Menuju konten utama

BI Sebutkan Faktor Pendorong Utama Perekonomian Indonesia di 2018

Menurut Bank Indonesia, perekonomian Indonesia di tahun ini bakal didorong oleh menguatnya permintaan domestik.

BI Sebutkan Faktor Pendorong Utama Perekonomian Indonesia di 2018
Pelataran taman Bank Indonesia. Foto/Bank Indonesia.info.

tirto.id - Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 berada di kisaran 5,1-5,5 persen. Adapun prediksi tersebut mengacu kepada pertumbuhan ekonomi yang diklaim stabil di sepanjang 2017.

Menurut Asisten Gubernur yang merangkap Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo, perekonomian Indonesia di tahun ini bakal didorong oleh menguatnya permintaan domestik. Dody mengatakan pengendali utama pertumbuhan ialah stimulus fiskal yang terdiri dari konsumsi pemerintah dan investasi di sektor infrastruktur bangunan.

“Ini tentu membantu peningkatan perbaikan dari sisi konsumsi. Karena postur APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) di 2018 lebih banyak untuk rakyat kecil, seperti bantuan sosial maupun cash forward,” kata Dody saat jumpa pers di kantornya, Jakarta pada Kamis (18/1/2018).

Dengan demikian, perbaikan pendapatan yang diupayakan pemerintah pun dapat menunjang penyaluran pada konsumsi masyarakat.

Dody pun lantas berharap agar agenda-agenda besar seperti Pilkada serentak, Asian Games, maupun Pertemuan IMF-Bank Dunia dapat mendorong pengeluaran yang tersalurkan dalam bentuk konsumsi. “Perlu adanya confidence dari masyarakat untuk lebih baik melakukan spending dan investasi,” ucap Dody.

Tak hanya itu, pertumbuhan ekspor di Indonesia juga diperkirakan positif meskipun pertumbuhannya di bawah 2017. Dody berpendapat faktor yang memengaruhi hal tersebut tak lain karena harga komoditas yang tidak setinggi di 2017.

Sementara itu dari BI sendiri bakal kembali menahan suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate) di angka 4,25 persen per hari ini (19/1/2018). Suku bunga simpanan (deposit facility) dan suku bunga pinjaman (lending facility) pun turut dipertahankan, masing-masingnya yakni 3,5 persen dan 5 persen.

“Hal ini sesuai dengan kondisi makro ekonomi dan stabilitas sistem keuangan,” ujar Dody.

Selain mempertimbangkan kenaikan harga komoditas dunia maupun suku bunga acuan, The Federal Reserve selaku Bank Sentral Amerika Serikat yang berada di kisaran 1,25-1,5 persen pada Desember 2017, BI juga menjadikan kondisi perekonomian negara-negara lain sebagai acuan.

Salah satunya seperti Cina. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi di Cina cenderung berada di angka 6,5 persen. “Itu pengaruh dari proses re-balancing di perekonomian Cina. Kegiatan investasi dikurangi, namun banyak didorong ekspor dan konsumsi,” kata Dody lagi.

Di samping Cina, BI juga melihat kondisi perekonomian negara-negara di kawasan Eropa akan pulih di tahun ini, sedangkan Jepang berpotensi mengalami perlambatan.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Maya Saputri