Menuju konten utama

BI Proyeksi Ekonomi Global Melambat 2023, Ini Pemicunya

Perlambatan pertumbuhan ekonomi global tersebut tidak lepas dari masih meningkatnya ketidakpastian global dan adanya potensi resesi di sejumlah negara.

BI Proyeksi Ekonomi Global Melambat 2023, Ini Pemicunya
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan keterangan pers tentang hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan Oktober 2019 di Jakarta, Kamis (24/10/2019). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/wsj.

tirto.id - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada 2022 tembus 3 persen (yoy), namun akan menurun di tahun depan di level 2,6 persen. Perlambatan pertumbuhan ekonomi global tersebut tidak lepas dari masih meningkatnya ketidakpastian global dan adanya potensi resesi di sejumlah negara.

“Perlambatan ekonomi global dipengaruhi fragementasi ekonomi, perdagangan hingga investasi akibat ketegangan geopolitik yang berlanjut dan pengetatan kebijakan moneter yang agresif di negara maju,” ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers RDG, di Jakarta, Kamis (22/12/2022).

Pery menyebut hingga Desember, kondisi ekonomi global masih akan diliputi meningkatnya ketidakpastian. Alhasil akan berdampak pada sisi perlambatan ekonomi di 2023.

“Ekonomi global 2023 melambat, sebagaimana perkiraan risiko resesi global di beberapa negara AS dan Eropa sehingga ekonomi global turun menjadi 2,6 persen di tahun 2023,” tegasnya.

Sementara itu, sisi inflasi diperkirakan masih akan tinggi, meski dalam tren melandai. Kondisi inflasi tahun depan masih dipengaruhi oleh berlanjutnya gangguan mata rantai pasok global, dan ketatnya pasar tenaga kerja di AS dan Eropa.

Tak hanya itu, dalam merespon lonjakan inflasi di AS, BI memperkirakan Bank Sentral AS (The Fed) masih akan menggunakan instrumen kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuannya untuk terus menurunkan inflasinya.

“Inflasi masih akan tinggi, ini akan mendorong kebijakan moneter yang tetap ketat. The Fed masih akan naikkan suku bunga di awal 2023 dengan siklus pengetatan kebijakan moneter yang panjang, meskipun besaran kenaikkanya akan lebih rendah dari perkiraan,” tuturnya.

Berbagai dinamika ketidakpastian di pasar keuangan global, lanjut Perry, masih akan mendorong kuatnya mata uang dolar AS terhadap mata uang negara lain termasuk Indonesia. Dampak lainnya, belum kuatnya aliran modal asing masuk dari emerging market termasuk Indonesia.

Baca juga artikel terkait EKONOMI GLOBAL 2023 atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang