Menuju konten utama

BI Prediksi FFR Cuma Naik Sekali di Tahun 2019

BI berpandangan bahwa permintaan domestik perlu diperkuat dengan kebijakan suku bunga yang rendah.

BI Prediksi FFR Cuma Naik Sekali di Tahun 2019
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (21/2/2019). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/wsj.

tirto.id - Bank Indonesia memprediksi bahwa kenaikan suku bunga acuan The Fed, Fed Federal Reserve hanya akan terjadi satu kali selama 2019. Namun, Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, Indonesia masih belum mempertimbangkan untuk menurunkan suku bunga acuan dari level 6 persen.

Menurutnya, pertimbangan tersebut dipengaruhi oleh faktor perlambatan ekonomi global yang membuat ekspor Indonesia tak bisa seagresif tahun-tahun sebelumnya. Karenanya, bank sentral perlu mewaspadai potensi melebarnya defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada kuartal II/2019.

"FFR tidak jadi naik, tapi ekonomi global menurun sehingga kami perlu mendorong ekspor," katanya dalam konferensi pers di kantor BI, Jakarta Pusat, Kamis (25/04/2019).

Memang, BI berpandangan bahwa permintaan domestik perlu diperkuat dengan kebijakan suku bunga yang rendah. Namun, untuk saat ini, pertumbuhan ekonomi dinilai masih cukup berkat dorongan konsumsi dan investasi.

Laju inflasi juga masih terkendali dan diyakini bisa berada di bawah 3,5 persen sepanjang tahun 2019. Sementara cadangan devisa dinilai masih cukup kuat seiring dengan derasnya aliran dana asing pada kuartal I/2019 yang mencapai 5,5 miliar dolar AS.

Hal ini belum ditambah dengan pembayaran bunga dividen yang diperkirakan bakal meningkat pada kuartal II/1/2019.

Karena itu lah, ia yakin kebijakan suku bunga saat ini mampu membuat kondisi neraca pembayaran Indonesia surplus di tengah risiko pelebaran CAD. "Kami ingin pastikan pada kuartal II/2019, neraca pembayaran akan surplus," imbuhnya.

Kebijakan menahan suku bunga acuan yang diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI tersebut dianggap tepat oleh Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja.

Menurutnya, BI perlu mempertimbangkan dua hal sebelum memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan, yakni kecukupan likuiditas perbankan serta kebijakan suku bunga The Fed.

"Itu cocok sekali, mendekati lebaran pasti kebutuhan likuiditas sangat banyak. Kredit kita perkirakan dua bulan ke depan meningkat. Karena kebutuhan likuiditas lagi banyak ya memang jangan diturunin, kalau mau turunin nanti aja kuartal tiga," ucapnya.

Baca juga artikel terkait BANK INDONESIA atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Alexander Haryanto