Menuju konten utama

BI Optimistis Inflasi 2022 Lebih Rendah dari Perkiraan Awal

BI memproyeksikan inflasi tahun ini akan lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan awal berada di atas 6 persen.

BI Optimistis Inflasi 2022 Lebih Rendah dari Perkiraan Awal
Gubernur BI Perry Warjiyo bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (8/6/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/nz

tirto.id - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan inflasi tahun ini akan lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan awal berada di atas 6 persen. Meskipun secara agegrat inflasi masih berada di atas sasaran 3,0 plus minus 1 persen.

Gubernur BI, Perry Warjiyo menuturkan, optimisme tersebut didasari oleh Survei Pemantauan Harga (SPH) hingga minggu kedua dilakukan BI. Survei menunjukkan inflasi pada Oktober diprakirakan lebih rendah dibandingkan September 2022.

"Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memandang inflasi 2022 akan lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan awal," kata Perry dalam Konferensi Pers Pengumuman Hasil RDG Oktober 2022 di Jakarta, Kamis (20/10/2022).

Ke depan, lanjut Perry, sinergi kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah dengan Bank Indonesia akan terus diperkuat untuk memastikan inflasi agar segera kembali ke sasaran yang telah ditetapkan.

Dalam RDG sebelumnya, Perry memperkirakan inflasi sampai dengan akhir tahun akan tembus mencapai di atas 6 persen. Perkiraan itu mempertimbangkan dampak langsung dari penyesuaian harga BBM subsidi diikuti dengan kenaikan tarif angkutan umum.

"Mungkin ada tambahan kenaikan inflasi beberapa bulan dan akhir tahun sedikit lebih tinggi dari 6 persen," kata Perry dalam konferensi pers Pengumuman Hasil RDG September 2022 di Jakarta, Selasa (22/9/2022).

Dalam penelitian BI, dampak inflasi dari kenaikan BBM ini akan berlangsung kurang lebih sekitar tiga bulan ke depan. Pada bulan ini saja kemungkinan inflasi telah meningkat menjadi 5,89 persen.

"Yang tertinggi tentu saja bulan ini karena dampak langsung dari penyesuaian harga subsidi dan tentu saja karena tarif angkutan, meskipun tarif angkutan belum semuanya," kata dia.

Setelah melewati tiga bulan, Perry optimis inflasi akan mulai melandai turun. Sehingga diharapkan paruh pertama pada 2023 inflasi bisa kembali di kisaran 3 persen plus minus 1 persen sesuai dengan target BI.

"Dalam konteks seperti ini tentu kenapa langkah-langkah pengendalian itu perlu dilakukan baik dari sisi pasokan maupun dari sisi permintaan," jelasnya.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memproyeksikan laju inflasi Indonesia hingga akhir tahun ini mencapai 6 persen, atau lebih terkendali dibandingkan dengan proyeksi Bank Indonesia (BI) baru-baru ini di kisaran 6,5 persen.

Angka tersebut sedikit di atas realisasi inflasi per September 2022 yang sebesar 5,95 persen secara tahunan (year on year/yoy), salah satunya akibat kenaikan harga BBM.

Luhut menegaskan pihaknya akan terus memantau perkembangan ekonomi global dan dampaknya terhadap perekonomian ke depan, khususnya konflik geopolitik Rusia-Ukraina yang memicu kenaikan harga pangan dan komoditas lainnya.

"Meski inflasi Indonesia masih moderat, negara lain bahkan sudah 10 persen. Saya kira kita bisa menjaga setelah kenaikan harga BBM. Kita sangat percaya diri bisa menjaga sekitar 6 persen akhir tahun ini," kata Luhut dalam Pembukaan SOE International Conference di BNDCC Nusa Dua, Bali, Senin (17/10/2022).

Baca juga artikel terkait INFLASI atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang