Menuju konten utama

BI Optimistis Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,1-5,5 Persen pada 2018

Bank Indonesia menilai stimulus dari pemerintah, Pilkada serentak 2018 dan penyelenggaraan Asian Games di Indonesia bisa mengerek konsumsi dan menopang pertumbuhan nasional di kisaran 5,1-5,5 persen.

BI Optimistis Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,1-5,5 Persen pada 2018
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (ketiga dari kiri) saat menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (16/11/2017). ANTARA FOTO/Galih Pradipta.

tirto.id - Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2018 berada di kisaran 5,1-5,5 persen karena didorong peningkatan permintaan domestik, serta perbaikan perekonomian global.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan stimulus dari pemerintah akan berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi 2018. Tak hanya itu, momen pilkada dan Asian Games 2018 juga ikut berpengaruh.

“Stimulus pemerintah, pilkada dan Asian Games akan berpengaruh terhadap permintaan domestik, khususnya konsumsi,” kata Agus dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2017 di Jakarta, Selasa (28/11/2017).

Sejalan dengan itu, BI juga memperkirakan pergerakan inflasi secara konsisten akan berada dalam kisaran target yang ditetapkan sebesar 3,5 plus minus 1 persen, tidak jauh berbeda dengan capaian tahun ini.

Selain didorong konsumsi, pertumbuhan ekonomi nasional juga akan didorong dari investasi, terutama investasi pemerintah dalam bentuk proyek infratruktur. Untuk ekspor impor, BI memperkirakan ekspor juga masih akan tumbuh.

Selain faktor internal, pertumbuhan ekonomi nasional juga akan dipengaruhi pertumbuhan ekonomi global. Pada tahun-tahun mendatang, pertumbuhan ekonomi global akan meningkat secara gradual.

Dalam jangka pendek, sumber pertumbuhan ekonomi dunia akan merata, baik dari negara maju maupun negara berkembang. Namun dalam jangka panjang, negara berkembang akan memainkan peranan yang lebih besar sebagai sumber pertumbuhan ekonomi global.

“Negara-negara berkembang diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dengan Cina dan India sebagai motor utamanya. Sedangkan AS, Eropa dan Jepang tumbuh lebih rendah karena persoalan aging population dan produktivitas,” tutur Agus.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi global yang meningkat, harga komoditas juga akan mengikuti pola yang serupa. Hanya saja, kenaikan harga komoditas pada tahun depan agak cenderung lambat. Namun pada tahun-tahun berikutnya, kenaikan harga komoditas akan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi global.

Dengan prospek pertumbuhan ekonomi nasional pada 2018, BI memproyeksikan penyaluran kredit perbankan akan tumbuh 10-12 persen. Sementara dana pihak ketiga diproyeksikan naik 9-11 persen.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI atau tulisan lainnya dari Ringkang Gumiwang

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Ringkang Gumiwang
Penulis: Ringkang Gumiwang
Editor: Addi M Idhom