Menuju konten utama

BI Gandeng 3 Bank Sentral ASEAN Dorong Penguatan Mata Uang Lokal

Bank Indonesia bersama bank sentral Malaysia, Thailand dan Filipina bersepakat untuk terus bekerja sama menguatkan mata uang lokal di kawasan ASEAN.

BI Gandeng 3 Bank Sentral ASEAN Dorong Penguatan Mata Uang Lokal
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) bersama Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara (kiri) dan Deputi Gubernur Erwin Rijanto (kanan) menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (20/12/2018). ANTARA FOTO/Galih Pradipta

tirto.id - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bersama gubernur bank sentral tiga negara ASEAN meneken Letter of Intent (LOI) untuk mendorong Local Currency Settlement (LCS) Framework terus diperkuat.

LCS framework adalah kerangka kerja sama penyelesaian transaksi perdagangan bilateral dan investasi langsung dalam mata uang lokal. Kerja sama ini dilakukan untuk mengurangi pemakaian mata uang asing dalam transaksi perdagangan bilateral antarnegara.

BI bersama Bank Negara Malaysia, Bangko Sentral ng Pilipinas, dan Bank of Thailand meneken LOI untuk merefleksikan kepentingan bersama dalam menjajaki kemungkinan pembentukan LCS framework di antara keempat negara.

"LCS framework tersebut diharapkan dapat memfasilitasi kegiatan ekonomi dan keuangan antara Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand secara lebih efisien," ujar Direktur Eksekutif BI Ony Widjanarko lewat keterangan tertulisnya, Jumat (5/4/2019).

Selain itu, Bank Indonesia dan Bank of Thailand juga sepakat untuk mengeksplorasi kemungkinan perluasan cakupan LCS framework yang telah berjalan selama ini.

Komitmen itu melanjutkan kesepakatan dalam Nota Kesepahaman antara BI-Bank Negara Malaysia dan BI-Bank of Thailand pada 2016 silam untuk mendorong implementasi LCS.

BI menilai setelah dua nota kesempahaman itu diteken pada 2016, ada peningkatan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan bilateral ketiga negara.

Pada triwulan I 2019, total transaksi perdagangan melalui LCS menggunakan Baht (THB) mencapai USD13 juta (setara Rp185 miliar). Angka ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2018, yang sebesar USD7 juta (setara Rp96 miliar).

Sementara untuk transaksi LCS menggunakan Ringgit (MYR) mencapai USD70 juta (setara Rp1 triliun) pada triwulan I 2019. Data itu meningkat tajam dibandingkan periode yang sama tahun 2018, yang senilai USD6 juta (setara Rp83 miliar).

Selain itu, berdasar catatan BI, implementasi local currency swap (LCS) dengan skema Appointed Cross Currency Dealers (LCS-ACCD) bersama Malaysia dan Thailand menghasilkan perkembangan positif.

Pada pertengahan November 2018 lalu, outstanding settlement transaksi dagang dengan uang lokal masing-masing negara tercatat mencapai THB1,3 miliar, RM394 juta, dan Rp111 miliar.

Selain Malaysia dan Thailand, kerja sama dengan kerangka lain yakni "bilateral currency swap agreement" (BCSA) juga telah dilakukan Indonesian dengan beberapa negara, di antaranya Cina dan Australia.

Baca juga artikel terkait MATA UANG atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Addi M Idhom