Menuju konten utama
Periksa Fakta

Betulkah Rujak Cingur Makanan Favorit Firaun?

Cerita berselimut mitos dan hikayat ini terus direproduksi setiap tahun oleh berbagai media daring.

Header Periksa Fakta IFCN. tirto.id/Quita

tirto.id -

Bermodal sayuran, cingur atau moncong sapi, dan bumbu kacang kamu bisa membuat rujak cingur khas Surabaya. Baca juga: Resep Lontong Kikil Surabaya, Sajikan Pakai Sambal Kemiri Ciri khas rujak dari Surabaya ini adalah adanya irisan cingur sapi rebus dan bumbu petis yang diulek bersama kacang.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Resep Rujak Cingur khas Surabaya, Dibuat Tanpa Pisang Batu", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/food/read/2020/08/20/121200475/resep-rujak-cingur-khas-surabaya-dibuat-tanpa-pisang-batu.

Penulis : Yana Gabriella Wijaya

Editor : Yuharrani Aisyah

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:

Android: https://bit.ly/3g85pkA

iOS: https://apple.co/3hXWJ0L

Rujak cingur, makanan khas Surabaya, dengan ciri khas irisan cingur sapi rebus dan bumbu petis yang diulek bersama kacang, menjadi bahan pembicaraan di media sosial akhir-akhir ini. Pasalnya, ada klaim bahwa makanan ini bukan berasal dari Surabaya, melainkan dari Mesir. Lebih jauh lagi, klaim tersebut menyebutkan bahwa rujak cingur merupakan makanan favorit Raja Firaun bernama "Hanyokrowati". Tirto berusaha menelusuri asal mula informasi ini dan bagaimana klaim ini tersebar di jagat maya.

Salah satu sumber dari klaim ini adalah artikel Detik Food (arsip) berjudul “Ternyata Rujak Cingur Surabaya Pernah Jadi Favorit Raja Firaun”, yang mengutip artikel-artikel dari media daring lain mengenai informasi tersebut. Artikel ini sempat dibicarakan di Twitter. Tirto mengarsipkan cuitan dari media tersebut di sini.

Pada artikel tersebut, Detik Food menuliskan bahwa dari hikayat yang beredar, rujak cingur disebut-sebut bukan berasal dari Surabaya, melainkan dari Mesir. Terciptanya rujak cingur disebut berawal dari Raja Firaun Hanyokrowati yang sedang bertahta di Mesir. Saat itu Raja tengah berulang tahun, seperti yang media ini kutip dari situs Sejarah Unik yang mempublikasikan cerita ini pada Januari 2018.

Artikel di Detik ini lalu menyebutkan, Raja mengadakan sayembara, yakni barang siapa yang bisa menyajikan makanan enak dan istimewa, maka akan dikabulkan permintaannya. Kemudian, semua juru masak istana pun berlomba-lomba menyajikan makanan yang lezat.

Sayangnya, makanan-makanan tersebut tidak ada yang cocok di lidah Raja Firaun. Lalu, seorang punggawa kerajaan mengatakan kepada Raja bahwa ada seseorang yang ingin menyajikan masakan untuknya.

Selanjutnya, Detik menyebutkan bahwa Abdul Rozak membawa makanan yang dibungkus daun pisang, mengutip dari artikel Good News From Indonesia (GNFI) yang dipublikasikan pada 10 Maret 2020. Makanan tersebut lebih dulu dicek keamanannya oleh ahli kesehatan. Makanan itu terbuat dari cingur unta, aneka sayur, dan bumbu.

Makanan tersebut dicicipi oleh Raja. Raja pun makan dengan lahap, bahkan keringatnya sampai bercucuran karena rasanya yang pedas. Makanan buatan Abdul Rozak itulah yang berhasil memuaskan Raja Firaun. Walaupun tidak dimasukkan ke artikel Detik Food ini, menurut Sejarah Unik, Firaun bahkan menggunakan nama Rozak untuk menyebut nama makanan tersebut.

Singkat cerita, Abdul Rozak pun mendapat hadiah kapal dari sayembara yang diadakan Raja. Ia pun menggunakan hadiahnya untuk bertualang ke ke pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, tepatnya di masa-masa perdagangan. Saat itulah, Abdul Rojak menyebarkan resep makanan tersebut. Namun, karena kesulitan mencari cingur unta resepnya kemudian diubah menggunakan cingur sapi. Ia juga mengganti beberapa bumbu dengan bumbu yang mudah didapat di Surabaya.

Penelusuran Fakta

Tirto menelusuri artikel ini pada laman web GNFI, namun tak menemukannya. Namun, tim Tirto mendapati jejak publikasi artikel ini di sosial media GNFI, seperti Facebook dan Twitter, yang menunjukkan bahwa artikel ini pernah dipublikasikan pada Maret 2020. Hanya saja, artikel ini belum ramai dibicarakan sebelum akhirnya dituliskan kembali oleh Detik.

Penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa artikel mengenai topik ini telah dipublikasikan selama beberapa kali oleh berbagai media. Misalnya, Karawangpost mempublikasikan artikel terkait klaim ini pada 19 Maret, Fimela juga mempublikasikan artikel dengan tema serupa pada Januari 2019, sementara situs Pegipegi mempublikasikan artikel mengenai topik ini pada November 2017.

Tirto menemukan bahwa salah satu publikasi paling awal dari klaim ini adalah di Tribunnews pada Juli 2017. Namun, meski menggunakan narasi yang sama, artikel Tribun tidak menyebutkan sumber apa pun. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa artikel GNFI bukan merupakan sumber utama dari klaim bahwa rujak cingur berasal dari Mesir.

Selanjutnya, penelusuran dari Google Books dengan kata kunci “cingur unta” memunculkan potongan dari sebuah buku berjudul “Makanan Tradisional Indonesia Seri 3: Makanan Tradisional Yang Populer” yang ditulis oleh Murdijati Gardjito, Eni Harmayani, dan Umar Santoso dan dipublikasikan pada tahun 2017 oleh Gadjah Mada University Press. Buku ini juga membahas informasi mengenai rujak cingur buatan Abdul Rozak. Hanya saja, sumber yang dikutip oleh buku ini adalah sebuah sumber anonim yang tidak bisa diklarifikasi kebenarannya. Selain itu, kami tidak menemukan informasi lanjutan mengenai sosok Abdul Rozak yang disebut dalam buku ini.

Menanggapi viralnya tulisan ini, Detik sendiri menerbitkan artikel lanjutan pada 1 April dengan judul “Menelusuri Sejarah Rujak Cingur yang Diviralkan Pernah Jadi Favorit Firaun”. Pada artikel ini, Detik mewawancarai pemerhati sejarah dan budaya Surabaya, Kuncarsono Prasetyo. Menurutnya, hikayat itu hanya guyonan semata. Ia pun meminta tak perlu menyeriusi terkait hikayat tersebut.

"Itu tulisan guyonan. Sanepan kalau boso Surabayanya," ujar Kuncarsono pada hari Kamis (1/4/2021).

Meski begitu, Kuncarsono menyebut makanan rujak memang tak hanya ada di Indonesia atau bahkan Surabaya saja. Ia menyebut, seperti yang diberitakan Detik, di negara lain seperti Malaysia juga ada makanan sejenis, yang diberi nama 'rojak'. Harian The Star asal Malaysia pernah memuat opini mengenai makanan ini pada tahun 2014.

Selanjutnya, terkait hikayat yang menyebut dari Mesir, Kuncarsono mengaku belum membaca riset lebih lanjut terkait klaim itu.

Kompas juga turut menelusuri sejarah makanan asal Surabaya ini dengan mewawancarai pengamat kuliner dari Universitas Brawijaya, Ary Budiyanto. Ary menduga rujak cingur adalah bentuk hibrida (bentuk baru hasil persilangan) dari rujak buah dan ’djanganan’.

Menurut Ary, seperti diberitakan Kompas, ’Djanganan’ merupakan salah satu resep kuliner kolonial sebagaimana ditulis Cornelia dalam buku Kokki Bitja, atau, Kitab Masak-Masakan (H)India, Jang Baharoe dan Samporna (tahun 1864). Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mencatat bahwa buku ini diterbitkan oleh Lange and Company. Di sana digambarkan bahwa ’djanganan’ adalah masakan terdiri dari kacang panjang, tauge, kol, daun kacang, mentimun, kangkung, dan buncis, yang disiram dengan campuran bumbu cabe, gula merah, terasi, kemiri bakar, asam dan petis.

”Resep ’djanganan’ ini adalah resep kolonial Kokki Bitta yang legendaris. Mirip dengan rujak sayur petis, meskipun tidak memakai cingur dan kacang tanah,” kata Ary. Makanan lain mirip dengan rujak cingur menurut Ary adalah pecel sayur dan rujak buah.

Terlepas dari sumber yang tidak begitu jelas, perlu diketahui bahwa hampir semua bahan makanan untuk membuat rujak cingur sulit ditemukan di Mesir yang datarannya gurun. Lagi pula, sulit untuk benar-benar memastikan bahan makanan dan cara orang Mesir Kuno memproduksi bahan makanan, dari bukti-bukti sejarah yang ada.

Mengutip dari situs artikel sejarah History, berdasarkan penemuan arkeologi, roti dan bir disebut sebagai makanan pokok masyarakat Mesir Kuno. Setiap orang, dari imam tertinggi hingga pekerja rendahan, mengonsumsi dua jenis makanan tersebut, walaupun kualitas makanan untuk imam lebih tinggi dari untuk pekerja rendahan, melansir situs tersebut.

Selanjutnya, "Hanyokrowati” adalah gelar dari raja kedua Kesultanan Mataram, Prabu Hanyokrowati. Sulit membayangkan gelar Kesultanan Mataram ini menjadi gelar raja-raja Mesir. Selain itu, hasil pencarian “Raja Firaun Hanyokrowati” tidak memunculkan informasi selain sang Raja dan rujak cingur.

Sayangnya, cerita berselimut mitos dan hikayat ini terus direproduksi setiap tahun di berbagai media daring walaupun kebenarannya tidak bisa dibuktikan.

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran informasi yang dilakukan, disimpulkan bahwa klaim bahwa rujak cingur merupakan makanan favorit Raja Firaun merupakan informasi yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Informasi ini dikategorikan salah & menyesatkan (false & misleading).

==============

Tirto mengundang pembaca untuk mengirimkan informasi-informasi yang berpotensi hoaks ke alamat email factcheck@tirto.id. Apabila terdapat sanggahan ataupun masukan terhadap artikel-artikel periksa fakta maupun periksa data, pembaca dapat mengirimkannya ke alamat email tersebut.

============== Tirto mengundang pembaca untuk mengirimkan informasi-informasi yang berpotensi hoaks ke alamat email factcheck@tirto.id. Apabila terdapat sanggahan ataupun masukan terhadap artikel-artikel periksa fakta maupun periksa data, pembaca dapat mengirimkannya ke alamat email tersebut.

Baca selengkapnya di artikel "Video Sapi Terbawa Arus Banjir Yang Diklaim Terjadi di NTT", https://tirto.id/gbPf

Baca juga artikel terkait PERIKSA FAKTA atau tulisan lainnya dari Irma Garnesia

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Irma Garnesia
Editor: Farida Susanty
-->