Menuju konten utama

Betapa Bahagia WNI yang Bisa Naik Haji Saat Pandemi

Segelintir orang dapat tetap beribadah haji tahun ini. Mereka ada pada situasi yang tepat, juga diliputi keberuntungan.

Betapa Bahagia WNI yang Bisa Naik Haji Saat Pandemi
Peziarah berjalan di sekitar Kabba di Masjidil Haram, di kota suci Muslim Mekah, Arab Saudi, Jumat, 31 Juli 2020. (Kementerian Media Saudi melalui AP)

tirto.id - Faridah Bakti Yahra berkaca-kaca saat merekam wajahnya sendiri via ponsel. Ucapan yang keluar dari mulutnya bergetar. "Aku senang sekali suami dan anak-anakku bisa bergabung secara virtual, spiritual."

Faridah adalah sedikit WNI yang beruntung bisa mengikuti ibadah haji tahun ini, ketika sebagian orang lain tak bisa meski mampu karena pandemi Corona.

Saat tawaf, lewat ponsel pintar, ia bicara langsung dengan suaminya, Hendra Samosir, juga tiga anaknya. Video mereka ditayangkan AFP. Dalam video tersebut Hendra berkata, "saat dia mulai haji, saya bersama dengannya, berhaji dengannya. Itu benar-benar sebuah perjalanan suci."

Kerajaan Arab Saudi memutuskan untuk tetap menyelenggarakan haji di tengah pandemi COVID-19, setelah sebelumnya menutupnya. Keputusan tersebut tergolong berani karena ketika itu kasus positif mencapai 160 ribu dan 1.307 kematian.

Haji tahun ini tak seperti biasanya. Kerajaan hanya mengizinkan mereka yang memang sudah ada di dalam negeri. Kuota pun dibatasi dan harus menuruti protokol kesehatan. Faridah salah satu orang beruntung. Ia ada di situasi yang tepat. Ia memang sedang ada di Arab Saudi ketika kebijakan ditetapkan.

Pendaftaran dibuka secara online via aplikasi haji lokal. Orang berbondong-bondong mendaftar, dan hanya mereka yang benar-benar memenuhi syaratlah yang permohonannya dikabulkan.

Konsul Haji Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah Endang Jumali mengatakan tidak menerima informasi dari Kerajaan berapa WNI yang lolos seleksi, tetapi menurut laporan dari 'bawah', setidaknya ada belasan. "Data terakhir yang kami terima dari berbagai sumber, termasuk dari jemaah haji yang ada di lapangan, 16 jemaah," kata Endang kepada reporter Tirto, Senin (3/4/2020).

Mereka yang terpilih berasal dari berbagai latar belakang, ada yang guru sampai buruh migran. Semua WNI yang lolos dikumpulkan ke dalam grup telekomunikasi. Tujuannya agar mereka tetap dapat terpantau.

Endang mengatakan ia pernah berkomunikasi langsung dengan salah satu WNI yang haji tahun ini, Muhammad Wahyu, bekerja sebagai guru di Sekolah Indonesia Riyadh. Percakapan mereka dirilis di kanal Youtube Endang.

Di sana Wahyu bercerita ia tidak menyangka bisa terpilih, apalagi mendaftar di hari terakhir, Juli lalu. Teman-temannya yang juga mendaftar tak ada yang lolos. "Alhamdulillah saya lolos. Terus saya tanya teman-teman Sekolah Indonesia Riyadh, di Sekolah Indonesia Jeddah, ternyata enggak lolos. Berarti saya sendiri. Jadi bingung juga itu, bingung campur bahagia campur senang."

Begitu terpilih, Wahyu dimasukkan ke dalam grup Whatsapp yang dibuat oleh Kerajaan Arab Saudi. Di dalam grup virtual tersebut ternyata ada lima WNI lain, kata Wahyu, mereka tinggal di Madinah, Mekah, Jeddah, Yenbook, dan Riyadh.

Di sana ia diberikan banyak instruksi, termasuk dilarang meninggalkan rumah--dalam rangka karantina. "Setelah pengumuman saya diam satu minggu," katanya. Ia juga diberikan semacam jam tangan yang harus dipakai terus. Jam ini semacam GPS yang dapat memantau lokasi penggunanya. Ini untuk memastikan yang bersangkutan memang tidak ke mana-mana. "Kemudian setelah dipasang jam tangan ini kurang lebih 1 minggu juga [karantina]."

Para jemaah saling memperkenalkan diri dengan menggunakan bahasa Arab maupun Inggris. Mereka juga diminta memberikan testimoni.

Wahyu meninggalkan Riyadh bersama 171 orang lain yang juga terpilih untuk haji di tengah pandemi pada 25 Juli 2020. Pesawat yang dipakai merupakan pesawat khusus yang dipesan oleh Kerajaan, tak tercampur masyarakat umum.

Di lokasi, kira-kira 500 jemaah langsung disambut petugas. Wahyu bilang rombongan mereka memang mudah dikenali karena pakai jam khusus dari Kerajaan.

Wahyu menginap di Hotel Four Point. Selain ibadah, jemaah tidak boleh keluar sama sekali dalam rangka mencegah tertular virus. Mereka diantarkan makanan langsung ke kamar. "Kalau keluar kamar didiskualifikasi," akunya. Kerajaan pun mendatangkan dokter. Para jemaah dites swab untuk memastikan mereka tak terpapar Corona. "Kami didatangi dokter sekitar jam 11 malam, dites swab."

Semua rangkaian haji selesai dengan lancar.

Wahyu memperkirakan total jemaah haji tahun ini "ada 1.000". "Saya lihat itu mobil yang terparkir, mobil pemberangkatan besok, standby di depan hotel enggak sampai 200, mungkin 100an, apalagi di dalam mobil ada social distancing."

Endang bilang kini jemaah sudah berangsur-angsur dipulangkan. "Yang kami dapatkan, kepulangan secara bertahap sesuai dengan prosedur," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait IBADAH HAJI atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Rio Apinino