Menuju konten utama

Bermain Kotor Bisa Tingkatkan Imunitas Anak Agar Tak Gampang Sakit

Kebiasaan terlalu bersih justru membuat imunitas anak tidak berkembang.

Bermain Kotor Bisa Tingkatkan Imunitas Anak Agar Tak Gampang Sakit
Ilustrasi anak bermain lumpur. foto/istockphoto

tirto.id - Melarang anak bermain kotor kerap dilakukan orangtua, karena kekhawatiran mereka terhadap bakteri yang akan mempengaruhi kesehatan. Sikap terlalu overprotective ini mengharuskan anak untuk terus-terusan bersih dari debu maupun kotoran.

Orangtua juga kerap membiasakan anak untuk menjauhi hal-hal kotor yang dianggap akan menghambat tumbuh kembang buah hati. Hal ini membuat ruang gerak dan aktivitas anak terbatas.

Namun, tahukah Anda, kebiasaan terlalu bersih ini justru membuat imunitas anak tidak berkembang.

Dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan alergi imunologi RS Premier Prasna Pramitha mengatakan bahwa perilaku orang tua seperti itu tidak baik untuk kesehatan anak.

Terlalu higienis membuat anak mudah terserang penyakit, karena tubuh membentuk antibodi yang berguna untuk imunitas tubuh, terangnya aebagaimana ia sampaikan kepada Antara.

"Jadi kita (orang tua) itu harus 'agak jorok'. Kalau membiasakan terlalu steril akhirnya bisa aja (anak) jadi mudah sakit," ujar Prasna Pramitha.

"Contoh misalnya orang yang enggak biasa jajan sembarang, terus dia makan [sembarangan] langsung deh sakit. Jadi pokoknya kita hidup agak lebih kotor," lanjutnya.

Prasna menjelaskan, tubuh butuh membentuk antibodi yang berguna untuk imunitasnya lewat sesuatu yang tak bersih. Jika anak terlalu dilarang untuk melakukan sesuatu karena dianggap kotor, justru akan membuatnya kurang kreatif.

"Ada yang sampai mandi aja pakai Aqua, itu kan udah enggak benar. Mandi ya tetap mandi seperti biasa air yang ada. Jadi dia pun dari tubuh sendiri bisa membentuk antibodi. Akhirnya dengan lingkungannya kalau dia enggak bisa kena kotor begitu kena malah jadi dia sakit," ujarnya menjelaskan.

Terdapat beberapa penyakit yang paling banyak diderita oleh seseorang yang terlalu higienis seperti typus dan flu.

"Biasanya seperti typus karena kurang jajan. Biasanya juga mungkin flu bisa sering terjadi karena lewat udara," katanya.

Bakteri atau mikrobia memang membangun sistem kekebalan tubuh pada anak. Saat terinfeksi virus atau terpapar bakteri, sistem imunitas akan mencari cara mempertahankan diri sehingga nantinya, saat kuman yang sama menyerang, tubuh siap melawan dan tidak sakit. Namun, kondisi tersebut tak bisa dijadikan pembenaran untuk membiarkan anak terkena kuman.

“Bayi akan mendapatkan paparan bakteri yang ia butuhkan secara alami,” kata Robert W. Frenck Jr, profesor pediatri dari Cincinnati Children's Hospital Medical Center, dipacak dari laman WebMd.

Berbeda lagi dengan kasus bayi di usia awal mereka. Laman Healthline menyebut bahwa masa awal setelah bayi lahir bukanlah waktu yang tepat untuk membangun kekebalan tubuh.

Saat-saat itu justru merupakan masa emas untuk merangsang ikatan antara bayi dan orangtua, serta melindungi mereka dari penularan kuman. Demam yang terjadi pada satu bulan pertama kehidupan merupakan indikasi infeksi serius pada bayi, apalagi jika ditandai gejala lain seperti sulit bernapas, muntah, diare, dan penurunan berat badan.

“Bayi sangat lebih rentan dibanding orang dewasa karena sistem imunnya belum benar-benar matang. Vaksinasisnya juga belum lengkap,” kata Marissa T.S. Pudjiadi, dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Premier Bintaro.

Kondisi sistem imun pada anak, terutama bayi yang belum terbangun sempurna, harus menjadi acuan utama para orangtua untuk menjaga anaknya lebih ekstra di bulan pertama kehidupan. Dokter Marissa menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan ketika berinteraksi dengan bayi. Salah satu yang terpenting adalah selalu mencuci tangan.

“Bersihkan tangan Anda setiap mau menggendong atau berinteraksi, terutama setelah mengganti popok,” ujarnya.

WebMD menulis, sentuhan merupakan cara paling umum penyebaran penyakit menular, sehingga aturan cuci tangan ini harus diterapkan orangtua kepada semua orang yang berinteraksi dengan bayi mereka.

Baca juga artikel terkait ANAK-ANAK atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Agung DH