Menuju konten utama

Berita soal Jual Beli Ijazah: Hak Jawab dari STMIK Triguna Utama

Slamet Riyanto, Ketua STMIK Triguna Utama, membantah angka-angka lulusan di kampus itu yang diberitakan Tirto.

Berita soal Jual Beli Ijazah: Hak Jawab dari STMIK Triguna Utama
Kampus STMIK TRIGUNA UTAMA di sebuah ruko, Jl. Limo Raya, Kota Depok. Google Maps/Lppsn Cinere

tirto.id - Berikut hak jawab dari Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Triguna Utama kepada redaksi Tiro:

Menanggapi pemberitahuan Tirto pada 26 November 2018 tentang Sindikat Jual Beli Ijasah Bodong di Kemenristek DIKTI, kami sangat terkejut dengan pemberitahuan yang menyangkut institusi yang kami pimpin dengan serius dan profesional.

Tulisan itu membuat kami sangat kaget karena selama ini kami menjalankan kegiatan akademik sesuai aturan yang berlaku di Kementerian Ristek Dikti. Sementara yang terlansir dalam pemberitaan, Institusi yang kami pimpin terindikasi melakukan jual beli ijazah bodong, sementara kategori bodong mengandung makna yang dalam untuk diketahui oleh publik.

Selama ini kami telah berusaha melakukan perbaikan sistem pelaporan secara profesional, melakukan perkuliahan sesuai aturan yang berlaku, yang didukung oleh dosen dengan kapasitasnya.

Andaipun ada kesalahan dan ketidaksesuaian dalam pelaporan data feeder mahasiswa, itu masih tahap perbaikan sesuai petunjuk dari Dikti, dan ini sedang kami perbaiki.

Jumlah skripsi yang disebutkan hanya 38 adalah jumlah skripsi yang saat itu kami bawa ke tempat pelaksanaan Monev Tim EKA. Sedangkan skripsi yang lain ada di kampus Cinere, baik secara fisik maupun soft copy.

Berkaitan dengan lulusan tahun 2017 yang berjumlah 873, berdasarkan penelusuran kami terhadap data yang ada, yang lulus sebenarnya sampai laporan semester ganjil (17.1) sebanyak 145 orang.

Dari 728 lulusan yang dianggap tidak jelas, setelah ditelusuri, ada 67 mahasiswa yang drop out (DO); dan 661 mahasiswa masih status aktif ataupun nonaktif (Flag A, Flag C, dan Flag N pada Pangakalan Data DIKTI). Tetapi, karena kesalahan operator mengisi field tanggal mutasi, sehingga seolah mahasiswa tersebut sudah lulus semua.

Pada semester genap (17.2), ada kelulusan 106 orang, sehingga pada tahun akademik 17.1 dan 17.2, jumlah lulusan ada 251 orang.

Dengan pemberitaan Tirto, kami mengalami pembunuhan karakter sehingga niat kami untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa melalui proses pembelajaran menjadi sangatlah sulit. Dan, untuk bangkit kembali menjadi susah karena informasi yang diterima publik sudah negatif.

Undangan yang diberikan kepada kami dari Biro Hukum dan Organisasi Kemenristekdikti adalah upaya pemangku kebijakan untuk melihat dan mengkaji serta memperbaiki sistem pendidikan di STMIK Triguna Utama agar ke depan tidak timbul permasalahan baru.

[Baca Berita Acara Monev Tim EKA terhadap STIE ISM dan STMIK Triguna Utama pada awal Oktober 2018]

Saat ini STMIK Triguna Utama sedang giat menambah dosen yang memiliki kompetensi di bidang sistem informasi di program strata satu, pengurusan jenjang fungsional dosen, peningkatan saran dan prasarana, dan merekrut profesional-profesional untuk mengelola kampus menjadi lebih baik.

Kami sadar tidak ada yang sempurna dalam hidup ini dan tidak ada individu ataupun organisasi yang tidak memilik niat untuk maju menjadi lebih baik.

Demikian jawaban kami atas pemberitaan Tirto.

Bogor, 28 November 2018

Slamet Riyanto, SP., ST., MM.

Ketua STMIK Triguna Utama

Baca juga artikel terkait HAK JAWAB atau tulisan lainnya dari Redaksi

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Redaksi
Editor: Redaksi