Menuju konten utama

Berita Internasional: Konflik China-Taiwan Memanas & Saling Tuding

Taiwan menganggap jet yang melintasi garis tidak resmi antara China dan Taiwan sebagai serangan.

Berita Internasional: Konflik China-Taiwan Memanas & Saling Tuding
Kendaraan militer Taiwan melakukan parade saat perayaan Hari Nasional di depan Gedung Kepresidenan di Taipei, Taiwan, Minggu, 10 Oktober 2021. FOTO/AP Photo/Chiang Ying-ying

tirto.id - Awal mula dari munculnya kembali konflik China dan Taiwan dimulai pada 1 Oktober saat memperingati hari nasional. Mereka menerbangkan 25 jet tempur dan pesawat tempur serta mempertontonkan kekuatan militer di ujung selatan Taiwan, bahkan 56 pesawat tempur China ikut menguji pertahanan udara Taiwan.

New York Times melaporkan, jet Taiwan kemudian bergegas mengikuti, sedangkan Amerika Serikat memperingatkan kepada China kalau "aktivitas militer yang provokatif" itu bisa merusak "perdamaian dan stabilitas regional."

Namun China tak terlalu mengindahkan peringatan itu. Saat pengontrol lalu lintas udara tempur Taiwan mengirim radio ke satu pesawat China, pilot menolak dan memberikan kata-kata yang tak enak di hati petugas Taiwan.

Pemimpin China, Xi Jinping mengatakan pada hari Sabtu bahwa kemerdekaan Taiwan “adalah ancaman besar yang mengintai bagi peremajaan nasional.” Ia mengatakan, China menginginkan penyatuan damai.

“Tidak ada yang boleh meremehkan tekad yang teguh, kemauan yang kuat, dan kemampuan yang kuat dari orang-orang China untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas teritorial,” kata dia seperti dikutip New York Times.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-cheng mengatakan, ketegangan antara negaranya dengan China adalah yang terburuk dalam 40 tahun terakhir. Pernyataan itu ia sampaikan setelah China mengirim jet militer ke zona pertahanan udara Taiwan selama empat hari berturut-turut.

BBC mewartakan, Taiwan menganggap dirinya sebagai negara berdaulat, sedangkan Cina memandang Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri. Zona pertahanan udara Taiwan meluas di atas area yang mencakup Selat Taiwan dan sebagian besar daratan China.

Oleh sebab itu, Taiwan menganggap jet yang melintasi garis tidak resmi antara China dan Taiwan sebagai serangan. Menteri Chiu Kuo-cheng memperingatkan kalau China mampu melakukan invasi skala penuh ke pulau itu di tahun 2025.

Sebagai komite parlemen di Taipe, dia juga mempertimbangkan tagihan pembelanjaan pertahanan multi-miliar dolar untuk membangun rudal dan kapal perang.

Taiwan Menolak Tunduk pada China

Di sisi lain, Antara News melaporkan, Pemimpin Taiwan Tsai Ing-wei mengatakan, negaranya akan terus memperkuat pertahanannya untuk memastikan tak satu pun negara lain bisa memaksanya tunduk pada aturan yang ditetapkan China.

Tsai melakukan pidato dalam pawai Hari Nasional, sembari berharap ketegangan di Selat Taiwan bisa mereda. Meski mengatakan Taiwan tidak akan gegabah tapi dia menolak tunduk kepada China. "Namun tak akan ada ilusi bahwa rakyat Taiwan akan tunduk pada tekanan," kata dia seperti dikutip Reuters.

"Kami akan terus memperkuat pertahanan nasional kami dan menunjukkan tekad kami untuk mempertahankan diri untuk memastikan tak satu pun pihak dapat memaksa Taiwan untuk mengikuti jalan yang telah ditetapkan China buat kami," kata Tsai.

"Sebab jalan yang telah ditetapkan China tidak menawarkan cara hidup yang bebas dan demokratis bagi Taiwan, juga kedaulatan bagi 23 juta jiwa rakyat kami."

China mengklaim kalau negara pulau itu adalah wilayahnya. Otomatis wilayah itu berada di bawah tekanan militer dan politik untuk mengikuti aturan Beijing.

Baca juga artikel terkait KONFLIK CHINA-TAIWAN atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya