Menuju konten utama

Berharap Mendongkrak Penjualan dengan Warna Baru Sepeda Motor

Dengan sentuhan warna baru pada produk lawas, pabrikan sepeda motor bisa berharap memanen peningkatan penjualan.

Berharap Mendongkrak Penjualan dengan Warna Baru Sepeda Motor
Launching Yamaha X-Ride 125 generasi baru, Jakarta, Sabtu (30/6/2018. tirto.id/Yudistira

tirto.id - Dyonisius Beti nampak kesulitan membuka selubung kain berwarna hitam, satu dari empat sepeda motor "anyar" Yamaha yang berjejer di atas panggung. Vice Executive President and COO PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) ini sedang memamerkan warna baru Yamaha X-Ride 125, sambil menunggang sepeda motor di sela-sela keramaian Pekan Raya Jakarta (PRJ) akhir pekan lalu.

Ada empat varian warna anyar, yaitu yaitu biru-putih, putih-oranye, merah-hitam, dan hitam-abu-abu. Ragam kelir Yamaha X-Ride 125 bertujuan untuk menjangkau pangsa pasar konsumen usia muda. Keempat warna baru itu dibuat dengan nuansa atraktif, sehingga membuat tampilan motor lebih bergaya.

Pembaruan ragam warna X-Ride 125 merupakan strategi untuk menarik hati konsumen. Peluncuran warna baru dilakukan hanya setahun pasca Yamaha X-Ride 125 mulai dipasarkan di Indonesia. Tujuannya tidak lain adalah mengerek volume penjualan.

Apa yang dilakukan Yamaha Indonesia terhadap produk X-Ride 125 merupakan suatu prinsip dasar dalam pemasaran produk. Kemasan produk dibuat semenarik dan "segar" agar konsumen langsung terpikat pada pandangan pertama, dan warna adalah kuncinya.

Studi bertajuk "Exciting Red and Competent Blue: The Importance of Colour in Marketing" yang diterbitkan Journal of Marketing and Science tahun 2012, dilansir dari artikel berjudul “The Psychology of Color in Marketing and Branding” terbitan Entrepreneur Asia Pacific, memaparkan pengaruh warna terhadap daya tarik suatu produk. Disebutkan dalam jurnal tersebut, konsumen bisa memutuskan untuk membeli sebuah produk karena warnanya menarik.

Dalam artikel yang sama, warna digambarkan sebagai jiwa dari sebuah produk. Motor Harley-Davidson misalnya, dibuat untuk orang-orang yang ingin terlihat gagah, sehingga dibalur warna gelap. Bayangkan jika motor Harley-Davidson dibalut kelir warna merah muda atau kuning, pastinya akan berubah identitasnya. Kesalahan dalam membuat formulasi warna produk bisa berakibat pada penjualan.

Warna Sebagai Cara Memikat

Penelitian Didin Fatihudin dan Mochamad Mukhlas dari Universitas Muhammadiyah Surabaya yang dituangkan dalam International Journal of Innovative Research and Development tahun 2017 menuliskan, atribut kendaraan yang mencakup desain, warna, dimensi, kenyamanan, dan keamanan merupakan faktor nomor lima yang paling sering memengaruhi keputusan konsumen saat membeli kendaraan. Empat faktor terbesar lainnya adalah jumlah penghasilan, motivasi pribadi, pengaruh keluarga, dan lingkungan sosial.

Karena pentingnya atribut kendaraan, perusahaan otomotif berlomba membuat desain produk yang menarik, serta pilihan warna yang mewakili selera konsumen. Penentuan ragam warna sebuah sepeda motor bisa didasari beberapa aspek, di antaranya golongan usia dan gender sosial dari target konsumen yang dituju. Hasil penelitan dari Jaipur National University (2015) menunjukkan, faktor gender sangat memengaruhi preferensi warna seseorang. Pemilihan warna juga dapat berbeda antara konsumen golongan usia muda dan tua.

Dalam konteks pabrikan sepeda motor, yang membuat ragam pilihan warna juga untuk mendapatkan konsumen yang lebih majemuk. Variasi warna terpopuler didapatkan pabrikan sepeda motor seperti Yamaha Indonesia dari hasil survei kepada konsumen dan focus group discussion (FGD). Dari hasil survei tersebut, didapatkan warna-warna yang dianggap mewakili selera konsumen Indonesia.

“Kalau (pilihan) warna cocok bisa menaikkan 20 persen (penjualan) paling sedikit,” kata Dyonisius Beti.

infografik Motor lama warna baru

Selain penyegaran warna, perubahan striping kendaraan juga dimanfaatkan sebagai taktik pemasaran pabrik sepeda motor. Ada sejumlah produk motor di Indonesia yang terbilang rajin berganti warna dan striping. Sebut saja Suzuki Satria FU 150 yang sudah berganti warna setidaknya enam kali sejak pertama kali dirakit secara lokal tahun 2007, sampai era Satria F150 FI saat ini.

Skutik Honda BeAT, sudah mendapatkan enam kali perubahan warna mulai dari awal kehadiran model pertama sampai generasi All New BeAT. Produk motor sport Yamaha V-Ixion sempat berganti baju sebanyak lima kali, mulai dari generasi pertama sampai All New V-Ixion 2017. Honda Vario 125 juga terbilang sering beralih rupa sebanyak empat kali mulai tahun 2012 sampai 2018. Hal senada juga terjadi pada Yamaha NMax, yang mana telah melewati tiga kali penyegaran warna.

Strategi lain yang lazim dilakukan oleh pabrikan sepeda motor di Indonesia, ialah menggunakan livery motor balap MotoGP, seperti Repsol Honda, Movistar Yamaha, dan Suzuki Ecstar. Melalui cara tersebut, pabrikan sepeda motor berupaya memenuhi keinginan konsumen yang tergila-gila pada motor balap atau sosok pembalap di ajang balap motor terbesar di dunia.

Melansir penelitian tahun 2015 dari Jaipur International University tentang preferensi konsumen terhadap warna kendaraan, manufaktur otomotif bisa saja membuat tren warna kendaraan yang bisa menjadi favorit konsumen di masa mendatang. Pembentukan tren tersebut paling tidak dilakukan dalam kurun waktu dua sampai tiga tahun.

Upaya seperti ini juga sudah dijalankan oleh manufaktur sepeda motor di Indonesia. Tren warna dual-tone, doff, atau pelek warna emas misalnya, berhasil dibentuk oleh pabrikan sepeda motor dan akhirnya digemari konsumen. Dengan cara tersebut, pabrikan sepeda motor bisa mendapatkan pangsa pasar baru dan mengerek penjualan. Namun, apakah jurus berganti warna baju tanpa sentuhan fitur atau teknologi baru akan tetap laku di mata konsumen?

Baca juga artikel terkait SEPEDA MOTOR atau tulisan lainnya dari Yudistira Perdana Imandiar

tirto.id - Otomotif
Penulis: Yudistira Perdana Imandiar
Editor: Suhendra