Menuju konten utama

Berburu Barang Bermerek di Retail Central Neo Soho yang Bakal Tutup

Barang-barang yang dijual hampir semuanya mendapat diskon, bahkan potongan harganya mencapai 90%.

Penutupan Neo Soho. FOTO/Dok. Humas Neo Soho

tirto.id - Poster bertuliskan Closing Down Sale berjajar rapi di setiap pintu masuk Central Departement Store Neo Soho di Grogol, Jakarta Barat. Poster bernuansa merah itu berhasil menarik perhatian banyak orang mengantre belanja.

Barang-barang yang dijual hampir semuanya mendapat diskon, bahkan potongan harganya mencapai 90%. Ini merupakan langkah Central Departement Store dalam rangka penutupan gerainya.

Saat reporter Tirto datang pada Selasa (15/01/2019) pukul 19.03 WIB, gerai Central tutup karena waktunya istirahat. "Dilarang masuk, ya, karena break time," kata petugas keamanan di lantai dua.

Dari Jadwal yang tertera, penutupan sementara gerai dilakukan pada pukul 13.00-14.00 WIB, pukul 16.00-17.00 WIB dan pukul 19.00-20.00 WIB. Hal itu dilakukan agar pengunjung tidak berdesak-desakan seperti ketika hari pertama closing down sale.

"Biar enggak terlalu penuh," ujar salah satu penjaga ritel. Para pengunjung menunggu di pintu masuk lantai satu sampai empat ketika waktu istirahat.

Berdasarkan pantauan Tirto, rak-rak barang di lantai satu yang didominasi aksesoris mulai ludes. Misalnya rak kacamata RayBan dan jam tangan merek Lacoste, Esprit serta Puma. Barang-barang itu didiskon hingga 50%.

Pengunjung yang didominasi perempuan juga menyerbu rak parfum dan kosmetik. Namun mereka kecewa karena sebagian besar item diskon sudah habis. "Gila SK II baru dipajang, udah, habis aja," kata seorang pengunjung.

Selain aksesoris, parfum, dan kosmetik, rak sepatu menjadi incaran para pembeli. Seperti Putri, mahasiswi Universitas Tarumanegara, yang membeli dua sepatu merek Melissa.

"Murah banget, tadi pas mau beli sepatunya harus dipegangin. Jangan sampai lepas, kalau lepas takut diambil orang, sempat sedih juga tadi mau beli parfum buat ibu saya tapi habis," kata dia kepada reporter Tirto.

Manajer Humas PT. Central Retail, perusahaan yang menaungi Central Neo Soho, Dimas Wisnu Wardana menjelaskan, promo belanja itu sengaja dibuat karena Central Neo Soho bakal tutup.

"Central Neo Soho akan berhenti beroperasi. Proses penutupan ini dimulai dengan closing down sale hingga 90% mulai dari 14 Januari hingga 17 Februari 2019," kata Dimas kepada reporter Tirto.

Dimas mengatakan, penutupan gerai Central di Neo Soho akan diikuti dengan peralihan penjualan ke pasar online dalam waktu dekat. Kemudian penjualan beralih menggunakan omni channel sebagai pendukung gerai fisik yang kini tersisa satu di Grand Indonesia.

"Kami mengamati tren belanja konsumen kami bergeser kepada sistem yang lebih cepat dan efisien," ujarnya.

Penutupan retail ini bukan yang pertama, beberapa hari lalu, PT Hero Supermarket Tbk (Hero) resmi menutup 26 gerainya di Indonesia. Strategi ini dianggap lebih efisiensi untuk memaksimalkan produktivitas kerja. Kebijakan ini setidaknya membuat 532 karyawan terdampak PHK.

Mengapa kondisi ini Bisa Terjadi?

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira menjelaskan, perubahan perilaku masyarakat dalam berbelanja memengaruhi perusahaan ritel. Konsumen kini lebih gemar berbelanja secara daring.

Disrupsi digital memicu munculnya perusahaan-perusahaan e-dagang yang saat ini menjadi arus utama. Mereka menawarkan harga lebih murah dan efisiensi waktu.

Pola belanja masyarakat juga dipengaruhi media sosial. "Kalau dulu diskon hanya informasi terbatas, tapi sekarang di era internet orang bisa hunting diskon informasinya lebih luas," kata Bhima kepada reporter Tirto.

Selain itu, kata Bhima, ada pergeseran preferensi konsumen terutama di kalangan milenial. Masyarakat memutuskan mengurangi belanja barang di sejumlah ritel secara perlahan, seperti baju, sepatu, aksesoris atau tas.

"Ini didorong oleh milenial, karena milenial ini jadi kelas baru yang mengubah pola konsumsi," ujar Bhima.

Tak hanya jumlah konsumen yang berkurang, harga sewa lokasi khususnya di pusat perbelanjaan besar terus naik. Hal itu mengakibatkan ketidaksesuaian antara omzet dan harga sewa tempat.

"Jadi enggak sesuai antara tadi omzet dibandingkan kenaikan harga sewa yang tiap tahun kenaikannya di atas inflasi," jelasnya.

Baca juga artikel terkait RITEL atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Bisnis
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Mufti Sholih & Gilang Ramadhan