Menuju konten utama

Berbalas Kejam dan Daur Ulang Dendam

Berbalas Kejam tayang di kanal daring Amazon Prime Video mulai 16 Februari.

Berbalas Kejam dan Daur Ulang Dendam
salah satu adegan di film Berbalas Kejam. foto/istimewa

tirto.id - Adam (Reza Rahadian), seorang arsitek muda berbakat, dipaksa menyaksikan bangunan keluarga belianya runtuh dalam semalam. Ia melanjutkan hidup dalam kehampaan sampai suatu malam konspirasi semesta menghampiri. Ada jalan keluar, tapi harganya luar biasa mahal.

Berbalas Kejam, demikian judul presentasi audio-visual ini. Sebuah proyek kreatif yang kembali menyandingkan Teddy Soeriaatmadja dengan Reza Rahadian pasca buah manis kerjasama mereka dalam Something in The Way beberapa tahun yang lalu.

Kali ini kombinasi sutradara dan aktor papan atas tersebut menelurkan sebuah karya yang menjelajahi satu bagian dari dimensi dendam yang teramat luas. Film ini tayang di kanal daring Amazon Prime Video mulai 16 Februari.

Konstruksi Dendam

Selain cinta, dendam mungkin adalah tema besar yang paling sering diangkat sepanjang sejarah seni film. Nyaris mustahil menemukan film laga yang tidak menggunakan kekuatan dendam. Dendam menjadi katalisator ampuh yang tidak lekang oleh transisi zaman.

Atas dasar itu, tak heran bila kita menyaksikan ada begitu banyak reinterpretasi, rekalkulasi, serta redefinisi terhadap dendam. Dimensinya terkadang melebar ke persoalan materiil, di lain waktu menggali kedalaman samudera psikologis.

Dendam terbukti merupakan faktor yang paling cepat menggugah benih-benih konflik, dan tanpa konflik takkan pernah lahir yang namanya semesta film kontemporer arus utama. Dengan kata lain, pengaruhnya tak perlu diragukan lagi.

Lantas apa saja yang kira-kira membuat pemaknaan Teddy dan Reza saat ini berbeda dari beragam penjelajahan terdahulu? Di mana letak kesegaran/kebaruan (novelty) dendam yang mereka tawarkan kepada penonton?

Guna menjawab pertanyaan itu, kita bisa menelusuri sebuah metode yang identik dengan hakekat dendam, yaitu kekerasan. Idiom mata ganti mata nyawa ganti nyawa, menjadi representasi terbaik bagi pemuasan dahaga dendam.

Dalam sepasang karya kolaboratif mereka, Teddy dan Reza setia memanfaatkan metode kekerasan sedemikian rupa. Namun tidak seperti Something in The Way, kekerasan begitu maksimal melayani dendam yang mengambil porsi utama dalam Berbalas Kejam.

Manifestasi dendam tampil gamblang tatkala sesi psikoterapi berlangsung antara Adam dan Amanda (Laura Basuki), seorang psikolog yang direkomendasikan oleh bos Adam, Kian (Irgy Fahrezi). Belum ada hal baru dari ‘penampakan’ dendam di sini.

Semesta kemudian mengintervensi ritme rutinitas Adam (ditandai oleh mobil mogok) sehingga Adam memperoleh kesempatan melampiaskan dendamnya. Aksi kekerasan yang ia lakukan lantas menghasilkan rasa lega.

Sayangnya kelegaan itu hanya berlangsung sesaat. Dahaga batin Adam belum tuntas, dan ia terdorong mencari sasaran berikutnya. Lagi-lagi kekerasan mengambil alih dengan tingkatan yang lebih kompleks. Sontak, Adam merasakan damai yang telah lama pudar.

Apakah damai itu bersifat permanen atau suam-suam kuku? Yang jelas, Amanda menyadari perubahan drastis dalam ritme keseharian pasien favoritnya tersebut. Hubungan mereka perlahan memasuki dimensi yang lebih intim pasca penuntasan dendam.

Sampai pada titik ini, usaha Teddy dan Reza mendaur ulang kekhasan dendam tampak masih terbatas. Selain metode kekerasan pilihan Adam yang kental sekali dengan sentuhan arsitektural, saya belum melihat pembacaan anyar dari elemen estetik yang muncul di layar.

Betul bahwa Adam menerapkan kekerasan pula pada dirinya sendiri, namun moda kekerasan semacam itu pun sudah sering kita temui di film-film thriller lainnya. Daur ulang polos belaka tanpa sentuhan baru yang mampu memantik provokasi dalam benak penonton.

Infografik Misbar Berbalas Kejam

Infografik Misbar Berbalas Kejam. tirto.id/Fuad

Konstruksi Katarsis

Dendam memiliki sebuah antitesis dalam rupa katarsis. Dari sisi etimologis, katarsis bermakna pemurnian atau pembersihan. Ia menjadi simbol penaklukan emosi positif (rekonsiliasi, ketenangan batin) atas emosi negatif yang diwakili oleh amarah atau dendam.

Katarsis adalah prinsip dasar yang ditegaskan Cobb (Leonardo DiCaprio) kepada Eames (Tom Hardy) saat mereka merumuskan cara menanam benih gagasan ke dalam alam bawah sadar milik Robert Fischer (Cillian Murphy) di Inception (Christopher Nolan, 2010).

Dalam ekosistem keilmuan psikologi, terminologi tersebut lekat dengan metode psikoanalisis Freudian yang dipopulerkan oleh Sigmund Freud. Lebih lanjut dalam kamus Freudian, katarsis berkorelasi secara spesifik dengan "daya upaya untuk membawa trauma yang terpendam ke permukaan lalu melepaskannya secara permanen".

Secara teknis, katarsis merupakan proses pelepasan emosi negatif (umumnya terkait dengan berbagai format peristiwa traumatik) demi memberi ruang bagi kemampuan berpikir jernih untuk memegang kendali psikologis seseorang.

Film-film yang mengusung tema dendam sering sekali menempatkan katarsis sebagai epilog narasi mereka pasca puncak konflik terlampaui. Klimaks Berbalas Kejam mengikuti pola serupa, tapi telanjur mengalami penyederhanaan yang berlebihan (oversimplifikasi).

Melanjutkan pokok bahasan di atas, hubungan Adam dan Amanda yang kian dekat justru membuka kotak pandora. Cengkeraman dendam yang disangka telah sirna nyatanya hanya bersalin rupa. Digambarkan bahwa dilema personal Adam mendadak carut marut.

Di tengah kesemrawutan itu, Adam menemukan revelasi yang lain. Karni (Baim Wong) selaku target pamungkasnya ternyata berbagi pola keluarga belia yang persis sama dengan yang pernah dimiliki Adam. Ia harus menghadapi duplikasi memori mendiang istrinya, Lina (Niken Anjani), beserta Nara (Athar Barakbah), anak semata wayang mereka.

Saat kerumitan konflik mencapai level tertinggi, Amanda tetiba hadir dan melontarkan kata-kata yang langsung menjadi obat mujarab atas segala masalah. Sebelah alis mata saya spontan naik. Masa sih segampang itu Adam merengkuh katarsis yang ia idam-idamkan?

Karakter Adam sebagai arsitek kekerasan yang cukup inovatif memang sudah tertebak bakal merubuhkan segala jenis kekejaman yang ia kerjakan dengan susah payah, ketika ia mencampakkan rumah-rumahan yang ia bangun dari nol bersama Nara semasa hidup.

Namun konklusi yang tersaji berbanding terbalik dengan bangunan dendam yang begitu intens memenuhi setengah durasi awal film. Intensitasnya anjlok cukup jauh. Karma yang menyambangi karakter protagonis guna membalas tindakan kejamnya justru hampa.

Saya membayangkan Teddy dan Reza akan menempuh jalur alternatif dalam proses petualangan mereka, tentang bagaimana mereka akan memilih lintasan ekstrem demi menuntaskan dialektika antara dendam dan katarsis. Bayangan itu tidak terwujud sama sekali.

Maka komparasi antara Something in The Way dan Berbalas Kejam tak lagi terelakkan. Ketika karakter Reza di judul pertama mencapai kedamaian hakiki meskipun bersimbah darahnya sendiri, karakter sang aktor di judul kedua tidak benar-benar meraih kelegaan serupa.

Pada kesudahannya, Adam tertawa seraya menangis. Mungkin ia menertawakan kebodohannya mengejar-ngejar pemuasan dendam, mungkin juga ia menangisi ketiadaan emosi positif yang ia peroleh setelah semua jerih payah yang ia keluarkan.

Bisa jadi ia menertawai nasib buruk yang menimpa keluarganya, atau bisa saja ia menangisi kekejaman demi kekejaman yang lahir dari tangan kosongnya. Apapun itu, penonton cuma bisa mengobservasi sikap final Adam yang jadinya cenderung kekanak-kanakan.

Baca juga artikel terkait FILM INDONESIA 2023 atau tulisan lainnya dari Jonathan Manullang

tirto.id - Film
Kontributor: Jonathan Manullang
Penulis: Jonathan Manullang
Editor: Lilin Rosa Santi