Menuju konten utama
Advertorial

Berbagi dari Rumah Melalui Parsel Lebaran

Bagi-bagi parsel punya sejarah panjang, sebelum melekat sebagai bagian dari tradisi Hari Raya.

Berbagi dari Rumah Melalui Parsel Lebaran
lustrasi berbagi parsel. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Parsel, hamper, hantaran. Apa pun sebutannya, bingkisan ini sudah menjadi budaya setiap mendekati hari raya, terutama menjelang Idul Fitri. Mengirim parsel dipercaya sebagai lambang berbagi kebahagiaan sekaligus sarana menjalin tali silaturahmi dengan orang lain.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), parsel adalah bingkisan yang berisi berbagai hadiah, seperti aneka kue, makanan dan minuman dalam kaleng, barang pecah belah, yang ditata apik dalam keranjang dan dikirimkan kepada orang-orang tertentu pada hari raya.

Konsep parsel pertama kali diperkenalkan di Prancis sebelum abad ke-11. Orang Prancis menyebutnya hanapier, sebuah wadah yang terbuat dari keranjang anyaman, biasanya dari kayu willow. Bingkisan itu digunakan untuk mengangkut makanan dan minuman saat melakukan ekspedisi berburu atau perjalanan panjang.

Hanapier kemudian sampai ke Inggris pada zaman Victoria dan diadopsi namanya menjadi hamper. Seiring revolusi industri, jaringan transportasi yang lebih baik memudahkan pengangkutan barang-barang dan makanan segar ke seluruh Inggris. Dari situ hamper atau parsel kian dikenal.

Selanjutnya, parsel berisi makanan menjadi bagian dari perayaan Natal. Orang-orang kerap berkirim parsel sebagai hadiah. Parsel ini biasanya berisi produk musiman, daging, dan buah-buahan yang diawetkan, dibuat untuk memastikan agar semua orang bisa menikmatinya.

Karena semakin mudah untuk mengimpor barang dari negara-negara di seluruh dunia, isi parsel semakin beragam. Parsel juga tidak hanya dihadiahkan saat hari raya, tapi juga ketika hari spesial lainnya seperti ulang tahun. Malah selama Perang Dunia I, banyak parsel disumbangkan ke Palang Merah untuk dikirim ke tentara dan tawanan perang di luar negeri.

Parsel dan Ramadan punya sejarah panjang. Di India, parsel Idul Fitri terinspirasi dari parsel Natal, ketika ada pertukaran hadiah dan permen di antara orang dewasa, serta sejumlah kecil uang yang disebut Eidi yang diberikan para orang tua kepada anak-anak.

Sementara itu, kaum muslim di Lhasa, Tiongkok, juga memiliki kebiasaan mengirim parsel. Sebuah studi yang dikerjakan Xiaochun Yang (2011) menunjukkan jika orang muslim di Lhasa saling bertukar bingkisan dengan saudara etnis Tionghoa Han dan Tibet, tetangga mereka. Uniknya, kegiatan mengirim parsel tidak hanya berlaku saat Ramadan, tapi juga saat perayaan Festival Musim Semi Tiongkok.

Beda cerita dengan India dan Tiongkok, budaya berkirim parsel di Indonesia dimulai sejak zaman penjajahan. Saat itu, perempuan Indonesia tidak diperbolehkan untuk ikut berperang. Mereka diminta untuk tinggal di rumah.

Pada dasarnya, para perempuan ingin ikut berjuang. Sebab itulah mereka berjuang dengan cara lain: mengirimkan parsel berisi makanan untuk mereka yang berada di garis depan.

Hal demikian terus dilakukan hingga Indonesia merdeka. Hasilnya, kebiasaan mengirimkan parsel makanan terus berlanjut hingga hari ini, menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi menyambut Lebaran dan Natal.

Kirim Parsel Online yang Cepat, Mudah, dan Aman

Sebagai sebuah tradisi, berkirim parsel tak ubahnya ladang bisnis musiman yang cukup menjanjikan. Tak heran pada momen Ramadan dan jelang Lebaran seperti sekarang—meski kemungkinan besar Lebaran di rumah aja—pedagang musiman tetap bermunculan menjajakan parsel dengan beragam bentuk dan harga.

Kalau dahulu para pedagang bisa dijumpai di pasar maupun pinggir jalan, sekarang kebanyakan beralih menjadi online. Satu hal yang terlihat dari penjual parsel online, kita bisa memodifikasi isi bingkisan sesuai keinginan. Beberapa inspirasi parsel Lebaran tahun ini bisa saja berupa takjil, makanan sahur atau berbuka, kue kering, kue basah, dekorasi rumah, sampai alat-alat kesehatan.

Walau tidak bisa ke mana-mana, kita masih bisa berbagi selama di rumah aja. Pengiriman parsel justru bisa meningkat melalui transaksi online.

ADA Indonesia, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang data dan artificial intelligence (AI), menganalisis perubahan konsumen selama pandemi terjadi. Sejak pembatasan sosial diumumkan, penggunaan aplikasi belanja mengalami kenaikan hingga 300%. Aplikasi yang banyak digunakan adalah aplikasi belanja yang menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari.

“Masyarakat Indonesia, terutama kelas menengah dan atas, telah beradaptasi dengan dunia baru ini. Mereka beralih ke cara-cara baru untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya,” kata Kirill Mankovski, Managing Director ADA Indonesia.

Dengan semakin maraknya transaksi online, konsumen harus teliti memilih media dan aplikasi yang digunakan untuk bertransaksi. Terkait hal tersebut, Jenius adalah aplikasi yang tepat.Infografik Advertorial Jenius Parsel

Infografik Advertorial Berbagi Parsel Dari Rumah. tirto.id/Mojo
Produk perbankan Bank BTPN ini punya Kartu Debit Jenius, yang membuat nasabah bisa bertransaksi online tanpa kartu kredit di seluruh merchant Visa, seperti belanja, berlangganan layanan streaming, hingga melakukan berbagai macam pembayaran. Keunggulan Kartu Debit Jenius adalah adanya pengaturan limit transaksi kartu dari aplikasi. Fitur ini ampuh untuk menjaga pengguna dari perilaku belanja berlebihan.

Selain itu, Jenius punya fitur Jenius Pay. Fitur ini menggunakan $Cashtag sebagai identitas pembayaran. Cara ini lebih praktis: nasabah tak perlu memasukkan informasi kartu kredit seperti nomor kartu atau CVV; dan lebih aman karena tak perlu menyimpan informasi kartu di aplikasi belanja. Saat ini, e-commerce yang menerima pembayaran dengan Jenius Pay antara lain BliBli, Sayurbox, hingga MyXL.

Transaksi online dari rumah memang secara umum memudahkan masyarakat. Meski demikian, Jenius mewanti-wanti nasabahnya agar tetap waspada terhadap berbagai bentuk penipuan, misal, saat menemukan penjual yang mematok harga terlalu murah untuk sebuah barang. Kata pepatah: if it’s too good to be true, it probably is.

Adapun soal keamanan, pengguna Jenius tak perlu khawatir karena mereka bisa melakukan blokir kartu dari aplikasi, serta tersedia pilihan password, PIN, serta kode OTP saat melakukan transaksi. Jika ada penjual online yang mencurigakan, atau ada kejanggalan pada akunmu, segera laporkan ke Jenius Help di 1500365 agar bisa segera ditindaklanjuti.

Jika transaksi online dari rumah bisa cepat, mudah, dan aman dengan Jenius, maka Ramadan dan persiapan Lebaran tetap bisa dijalani dengan lancar. Boleh jadi, Ramadan kian berkah saat kita masih bisa berbagi dan mempertahankan parsel sebagai tradisi hari raya, sekalipun melakukannya hanya dari rumah.

Baca juga artikel terkait JENIUS atau tulisan lainnya dari Advertorial

tirto.id - Mild report
Penulis: Advertorial
Editor: Advertorial

Artikel Terkait