Menuju konten utama

Beradu Klaim Kubu Jokowi dan Prabowo Kuasai Suara di Jawa Barat

Jokowi-Ma'ruf menggunakan pendekatan ketokohan, sementara Prabowo-Sadiaga mengedepankan program perekonomian dalam merebut suara pemilih di Jawa Barat.

Beradu Klaim Kubu Jokowi dan Prabowo Kuasai Suara di Jawa Barat
Sejumlah petugas melipat surat suara Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden di Gudang Logistik KPU Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (11/2/2019). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/hp.

tirto.id - Jawa Barat merupakan medan pertempuran penting bagi dua kandidat calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2019. Tak heran, baik pasangan calon Joko Widodo-Ma'ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sama-sama mengklaim menguasai provinsi dengan jumlah pemilih paling banyak tersebut.

Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf, Ace Hasan Syadzily sesumbar telah menguasai Jabar yang menjadi basis suara Prabowo pada Pilpres 2014. Ace menyebut Prabowo-Sandiga salah langkah dengan menggempur Jawa Tengah yang merupakan lumbung suara Jokowi.

"Itu salahnya kenapa mereka gempur Jawa Tengah. Padahal Jawa Tengah ini sudah betul-betul ke kami [Jokowi]. Jawa Tengah dikejar, eh, Jawa Barat-nya ditinggalkan. Ya sudah kami rebut," kata Ace di Gedung DPR RI, Jumat (15/2/2019).

Ace mengklaim, hasil survei internal koalisinya menunjukkan Jokowi-Ma'ruf unggul 42 persen suara di Jabar. Sementara Prabowo-Sandiaga hanya 37 persen. Ace mengatakan, TKN menargetkan kemenangan hingga 60 persen suara untuk Jokowi-Ma'ruf di Jabar.

Andalkan Ketokohan

Juru Bicara TKN lainnya, Arya Sinulingga menambahkan kemenangan Jokowi-Ma'ruf ditopang oleh lima sosok berpengaruh di Jabar. “Mereka itu Ma'ruf Amin, Ridwan Kamil, Deddy Mizwar, Uu Ruzhanul Ulum dan Dedi Mulyadi,” kata Arya ketika dihubungi reporter Tirto, Sabtu (16/2/2019).

Arya berpendapat kelima orang itu mampu menetralisir daerah-daerah yang dukungannya untuk Jokowi-Ma'ruf masih kurang. Mereka juga dinilai berhasil mempengaruhi pendukung kubu lawan yang masih ragu-ragu.

“Yang kami tahu Prabowo merupakan pilihan ijtima ulama, tapi sisi keislamannya pun dipertanyakan banyak orang. Lucu, hingga dia mempertunjukkan dirinya bisa salat Jumat, itu membuat ragu pemilih muslim,” ujarnya.

Arya menuturkan, keislaman Ma'ruf, Deddy Mizwar dan Uu Ruzahanul, kemudian Ridwan Kamil yang merepresentasikan milenial, serta ke-sunda-an Dedi Mulyadi menjadi faktor penting merebut suara Jabar. Keberadaan tokoh-tokoh merupakan strategi TKN memenangkan Pemilu 2019.

"Hasilnya sudah jelas, ini akan kami gempur, tidak akan berhenti,” kata dia.

Strategi mengusung tokoh setempat juga akan dilakukan TKN Jokowi-Ma'ruf di daerah lain. “Pasti kami lakukan seperti itu di daerah yang masih lemah dukungannya seperti Sumatera Barat, Riau,” ujar Arya.

Kedepankan Program Perekonomian

Klaim TKN Jokowi-Ma'ruf menguasai suara pemilih Jabar dibantah BPN Prabowo-Sandiaga. Juru bicara BPN Ferry Juliantono mengatakan, petani dan nelayan belum hidup berkecukupan dan rendahnya lapangan pekerjaan membuat masyarakat sulit untuk mendukung Jokowi.

“Pemilih di Jawa Barat itu rasional, mereka terbuka dengan realitas sosial dan realitas kepemimpinan. Apalagi kegagalan pemerintah ihwal perekonomian, saya sulit membayangkan mereka mendukung Jokowi-Ma'ruf,” kata Ferry saat dihubungi reporter Tirto, Sabtu (16/2/2019).

Ferry mengatakan peran BPN di Jabar bukan untuk merebut suara, melainkan mempertebal kemenangan. BPN akan memaparkan program ekonomi kerakyatan dan penyediaan lapangan kerja. Ia yakin masyarakat Jabar antusias terhadap hal tersebut.

“Prabowo sendiri berdomisili di Jawa Barat, rasanya jaringan mendukung kami di sana luar biasa,” ujarnya.

Masih Diperebutkan

Kemenangan Prabowo dengan selisih 4,6 juta suara atas Jokowi di Jabar pada Pilpres 2014 tak jadi jaminan karena ada pergerakan dukungan partai koalisi. Direktur Eksekutif Lingkar Kajian Komunikasi Politik (LKKP) Adiyana Slamet mengatakan Jabar masih jadi rebutan kedua paslon.

“Tidak bisa diklaim bahwa pemilih rasional di Jawa Barat banyak, sebab masih ada pemilih yang berdasarkan psikologis, sosiologis dan geografis. Pemilih rasional lebih melihat rekam jejak kandidat, program dan visi misi,” kata Adiyana saat dihubungi reporter Tirto.

Menurut Adiyana, kubu Jokowi memiliki keunggulan karena banyak kepala daerah di kabupaten/kota di Jabar banyak berasal dari partai koalisinya.

Sementara itu, Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA Adjie Alfaraby menilai belum ada pasangan capres-cawapres yang menguasai kantong suara di Jawa Barat. Ia sependapat dengan Adiyana bahwa kedua kubu masih bersaing ketat memperebutkan Jabar.

"[Jawa Barat] Belum bisa diklaim oleh salah satu paslon bahwa itu adalah kandangnya. Posisi Jawa Barat mungkin per hari ini masih relatif ketat antara kedua capres," kata Adjie di kantor LSI Denny JA, Jakarta pada Kamis (7/2/2019).

Kedua pasangan bersaing ketat karena Jawa Barat merupakan kawasan strategis yang bisa menjadi salah satu penentu hasil Pilpres 2019. Menurut Adjie, Prabowo-Sandi perlu menang di Jawa Barat karena lawannya lebih unggul di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sebaliknya, Jokowi-Ma'ruf perlu menguasai Jawa Barat untuk memastikan kemenangan di Pilpres 2019.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Politik
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Gilang Ramadhan