Menuju konten utama

Bencana Alam Disebut Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi 2018

Willem mengatakan, angka pertumbuhan ekonomi pada akhir 2018 diproyeksikan bakal berada di kisaran 4,49 persen, mengingat adanya koreksi akibat gempa dan tsunami sekitar 1,75 persen.

Salah satu bangunan hotel yang rusak akibat gempa dan tsunami di Pantai Teluk Palu di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (29/10/2018). ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah

tirto.id - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei menyebutkan gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah pada 28 September 2018 lalu bakal berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Pertumbuhan ekonomi akan terkoreksi, karena dampak bencana sedemikian kompleks. Bukan hanya pada kehidupan saja, tapi juga berdampak pada perekonomian dan lingkungan,” kata Willem dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta pada Rabu (19/12/2018).

Willem pun lantas mengutip perhitungan yang dilakukan Badan Perencanaan Nasional (Bappenas). Ia mengatakan angka pertumbuhan ekonomi pada akhir 2018 diproyeksikan bakal berada di kisaran 4,49 persen, mengingat adanya koreksi akibat gempa dan tsunami sekitar 1,75 persen.

Hal tersebut terbilang kontras apabila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester I 2018, yang berada di angka 6,24 persen. Ia menyebutkan capaian itu bisa diraih dalam enam bulan pertama 2018 lantaran tidak ada bencana alam yang sebesar gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah.

“Inflasi juga akan terkoreksi menjadi 6,63 persen. Tingkat inflasi pada Agustus 2018 adalah 3,65 persen, namun setelah terjadi gempa bumi dan tsunami itu kenaikannya bisa mencapai 10,28 persen,” jelas Willem.

Oleh karena Indonesia merupakan negara rawan bencana, Willem berharap agar pengaruh bencana terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi bisa lebih diwaspadai pada tahun depan. Pasalnya apabila tidak demikian, maka dampaknya bisa merembet ke aspek lain seperti angka kemiskinan.

Penurunan angka pertumbuhan ekonomi akibat bencana alam sendiri diperkirakan bakal meningkatkan jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah. Tak tanggung-tanggung, Willem mengutip data yang menyebutkan bahwa pertumbuhan penduduk miskin bisa mencapai 18.400 jiwa.

Oleh karena itulah, tingkat kemiskinan di sana pada 2019 diproyeksikan meningkat 14,42 persen, atau mencakup 438.610 jiwa. “Seiring dengan perbaikan ekonomi pasca pemulihan kemiskinan di Sulawesi Tengah, diperkirakan butuh waktu sampai tiga tahun ke depan,” ungkap Willem.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI 2018 atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto