Menuju konten utama

Bencana Akibat Sampah, Banjir hingga Longsor Sampah

Selain banjir, sampah juga menyebabkan longsor sampah. Mirip dengan tanah longsor, longsor sampah ini terjadi di area tumpukan sampah.

Bencana Akibat Sampah, Banjir hingga Longsor Sampah
Pemulung memilah sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing, Kota Tangerang, Banten, Selasa (21/7/2020). ANTARA FOTO/Fauzan/foc.

tirto.id - Polusi sampah menjadi salah satu krisis yang melanda dunia saat ini. World Bank mencatat setidaknya terdapat 2,01 miliar ton sampah padat yang dibuang setiap tahunnya. Bahkan, 33 persen dari jumlah sampah yang dibuang tidak dikelola dengan baik sehingga mencemari lingkungan.

Apabila kondisi ini terus berlanjut, diperkirakan pada 2050 jumlah sampah global akan mencapai 3,40 miliar ton. Jumlah yang cukup untuk meningkatkan berbagai macam masalah lingkungan dan kesehatan.

Pengertian Sampah

Sampah merupakan material tak terpakai yang dibuang oleh manusia. Menurut e-book "Sampah dan Pencemaran" terbitan Kemendikbud, sampah juga bisa disebut dengan limbah. Sampah dapat dikurangi apabila dikelola dan dimanfaatkan dengan baik.

Namun, banyak kasus saat sampah bukan dikelola tapi justru dibuang di sembarang tempat. Sampah-sampah yang dibuang di sembarang tempat dapat menumpuk dan mencemari lingkungan. Selain itu dapat menyebabkan bau yang tidak sedap dan menjadi sumber penyakit.

Jenis-jenis sampah

Berdasarkan sifatnya, sampah dibedakan menjadi sampah padat dan sampah cair. Sampah padat biasanya berupa kayu, kertas, plastik, hingga barang-barang logam. Sementara sampah cair biasanya berupa bahan-bahan cair, seperti minyak, limbah cair, dan zat-zat kimia.

Berdasarkan materi penyusunnya, sampah dibedakan menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik juga merupakan sampah yang berasal dari bahan-bahan organik, seperti sampah dapur (sisa-sisa kulit buah, sayur, telur, dan sebagainya), makanan sisa, kayu, hingga bangkai. Sampah organik dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk.

Sementara, sampah anorganik merupakan sampah yang berasal dari bahan-bahan sintetis, seperti plastik, logam, karet, kaleng, kaca dan sebagainya. Sampah anorganik cenderung terurai lebih lama dibandingkan sampah organik, sehingga memerlukan pengelolaan khusus agar tidak menumpuk dan mencemari lingkungan.

Meningkatkan pencemaran air, tanah, dan udara

Sampah sebaiknya dibuang pada tempatnya dan diolah dengan benar. Apabila sampah dibuang sembarangan apalagi tanpa diolah dapat menyebabkan berbagai pencemaran termasuk pencemaran air, tanah, dan udara.

Sampah mencemari air

Sampah cair seperti limbah tekstil, zat kimia, atau minyak apabila dibuang ke sungai atau laut tanpa diolah dapat mencemari air. Selain itu, banyak kasus sampah padat dibuang sembarangan di laut dan sungai yang menyebabkan perairan menjadi kotor, akibat yang ditimbulkan antara lain:

  • Terganggunya ekosistem laut dan sungai karena banyak makhluk hidup yang mati keracunan limbah kotor.
  • Sampah menyumbat arus sungai dan menyebabkan sungai meluap dan banjir di lingkungan sekitar, khususnya saat musim hujan tiba.
  • Tumpukan sampah yang basah menjadi sarang jentik-jentik nyamuk penyebab malaria dan demam berdarah.
  • Air yang tercemar bila dikonsumsi dapat menyebabkan keracunan dan diare.
  • Lingkungan sekitar yang airnya tercemar oleh sampah menimbulkan bau busuk.
Sampah mencemari tanah

Tidak hanya mencemari air, tanah juga dapat tercemar akibat sampah. Banyak jenis sampah membutuhkan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk bisa terurai. Padahal sampah muncul dan dibuang setiap harinya. Sampah yang ada kemudian terus bertambah dan menumpuk mencemari tanah, akibatnya:

  • Kesuburan tanah berkurang akibat bakteri pengurai tanah mati.
  • Tanah yang tidak subur sulit ditanami tanaman.
  • Petani kekurangan lahan untuk bercocok tanam karena banyak wilayah tertumpuk sampah.
  • Menyebabkan kontaminasi dan pencemaran air bawah tanah dan air sumur. Air yang terkontaminasi berbahaya bila dikonsumsi.
  • Tumpukan sampah menjadi sarang nyamuk penyebab malaria dan demam berdarah.
Sampah mencemari udara

Limbah pabrik, proses pembakaran sampah, dan limbah kendaraan berbahan bakar fosil merupakan beberapa aktivitas penyumbang polusi udara paling umum. Sampah atau limbah gas yang dibuang dapat mencemari udara dan mengakibatkan berbagai kondisi termasuk:

  • Udara kotor menyebabkan langit keruh dan kabut asap.
  • Kabut asap yang mengandung karbon dioksida (CO2) yang berbahaya bagi mata dan pernapasan.
  • Perubahan iklim akibat suhu bumi yang terus meningkat yang berujung pada pemanasan global dan kekeringan.
  • Rusaknya rantai makanan karena sedikit makanan yang tersedia akibat kekeringan.
  • Terjadi kepunahan pada hewan dan tumbuhan yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan kondisi bumi.
  • Udara kotor yang dihirup dapat memicu penyakit pernapasan dan penyakit berbahaya lainnya seperti kanker.
Sebabkan bencana banjir

Menurut Radio Edukasi Kemendikbud, proses terjadinya banjir dikarenakan banyak saluran air yang tersumbat oleh sampah. Akibatnya, air meluap dan membanjiri pemukiman-pemukiman di sekitarnya.

Dalam kasus yang parah, banjir tidak hanya menyebabkan kerugian material, tetapi juga nyawa. Korban meninggal karena banjir bisa karena tenggelam, tertimpa reruntuhan, atau terinfeksi penyakit yang muncul dari banjir seperti diare atau demam berdarah.

Sebabkan bencana longsor sampah

Selain banjir, sampah juga menyebabkan longsor sampah. Mirip dengan tanah longsor, longsor sampah ini terjadi di area tumpukan sampah yang biasanya banyak terdapat di tempat pembuangan akhir (TPA).

Longsor sampah bisa sangat berbahaya karena dapat menimbun pemukiman sekitar, seperti rumah dan jembatan. Selain itu, bencana ini dapat menimbulkan korban jiwa.

Salah satu kasus longsor sampah yang pernah terjadi di Indonesia adalah longsor sampah di Desa Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat pada tahun 2005. Bencana ini menyebabkan 86 rumah, 8,5 hektar kebun dan lahan milik warga sekitar terkubur longsor.

Baca juga artikel terkait LONGSOR SAMPAH atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Nur Hidayah Perwitasari