Menuju konten utama

Benarkah Orang Tanpa Gejala Lebih Berisiko Tularkan Covid-19?

CDC memperkirakan lebih dari 50 persen dari semua infeksi Covid-19 ditularkan dari orang yang tidak menunjukkan gejala.

Benarkah Orang Tanpa Gejala Lebih Berisiko Tularkan Covid-19?
Ilustrasi Corona. foto/istockphto

tirto.id - Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih belum berakhir bahkan jutaan orang di seluruh dunia telah terinfeksi virus Corona jenis baru.

Orang-orang yang terkena Covid-19 tidak semua menunjukkan gejala, beberapa dari meraka ada yang tanpa gejala.

Melansir Antara, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengatakan bahwa orang yang terinfeksi Covid-19 tetapi tidak menunjukkan gejala justru menjadi penyebab sebagian besar penyebaran penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 itu.

Pada kebanyakan kasus Covid-19, terutama pada awal terinfeksi, banyak orang yang tidak menunjukkan gejala, seperti batuk, demam, dan sesak napas, sekitar enam hari setelah mereka terinfeksi.

Selama rentang waktu itu, orang-orang yang positif Covid-19 ini bisa sangat rentan menularkan penyakitnya dan biasanya mereka tidak menyadari mengidap virus, dan menyebabkan penyebaran yang tidak disengaja.

"Kebanyakan infeksi SARS-CoV-2 disebarkan oleh orang-orang tanpa gejala," kata CDC seperti dilansir dari Health.

CDC memperkirakan lebih dari 50 persen dari semua infeksi Covid-19 ditularkan dari orang yang tidak menunjukkan gejala.

Hal ini berarti setengah dari infeksi baru berasal dari orang yang mungkin tidak menyadari dirinya bisa menularkan virus ke orang lain.

Inilah alasan masker termasuk yang berbahan kain menjadi penting untuk memperlambat penyebaran COVID-19. Sebab masker bisa menghentikan orang yang terinfeksi menyebarkan virus dan melindungi pemakainya terkena tetesan pernapasan orang lain.

"Manfaat penggunaan masker berasal dari kombinasi kendali sumber dan perlindungan pribadi untuk pemakainya. Masker kain tidak hanya secara efektif memblokir sebagian besar tetesan berukuran besar, tetapi juga dapat memblokir tetesan dan partikel halus (juga sering disebut sebagai aerosol) yang lebih kecil dari 10 mikron," kata CDC.

Di Indonesia, pemerintah bersama para pakar kesehatan sudah mengimbau pemakaian masker terutama saat berada di ruang publik.

Masker yang dianjurkan antara lain berbahan kain dengan tiga lapis bahan sintetis tanpa tenun dan diatur agar lapisan filtrasi berada di tengah

Badan Standardisasi Nasional (BSN) menyarankan lapisan kain bisa terdiri dari katun dengan dua lapisan chiffon mengandung polyester-spandex untuk menyaring 80-90 persen partikel.

Efektivitas masker kain yang sesuai standar untuk melindungi Anda dan orang di sekitar Anda dari COVID-19 juga terkait cara pakai secara benar, lalu penerapan jaga jarak satu meter satu sama lain, perilaku mencuci tangan rutin dan tindakan tidak memegang wajah dan masker sebelum mencuci tangan.

Sebelum memakai masker, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO merekomendasikan Anda mencuci tangan dulu, lalu memeriksa kondisi masker apa ada yang rusak atau tidak. Hindari mengenakan masker dengan tali yang longgar. Setelahnya, pakai masker menutupi hidung dan mulut tanpa memberi celah pada sisi-sisinya.

--------------------------------------------

Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Baca juga artikel terkait KAMPANYE COVID-19 atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH