Menuju konten utama

Benarkah Klorofil Bermanfaat?

Klorofil memang penting bagi tubuh. Namun, Anda harus berhati-hati. Manfaatnya dapat berkurang terkait lama penyimpanan, apalagi jika tak disimpan pada kemasan dan suhu yang aman.

Benarkah Klorofil Bermanfaat?
Minuman klorofil. FOTO/iStock

tirto.id - Perubahan gaya hidup sebagian besar masyarakat Indonesia terlihat dalam pola konsumsi makanan. Tak hanya soal rasa yang diperhatikan, kini sudah banyak yang lebih sadar melihat kadar gizi dan pengaruh makanan tersebut terhadap tubuhnya.

Tak heran jika beragam makanan rendah kalori dan tinggi protein laris dijual di pasaran. Para penyedia katering sudah banyak yang menyajikan paket makanan diet yang bernutrisi tinggi. Suplemen kesehatan yang dibuat dari bahan-bahan herbal pun naik daun, klorofil contohnya.

Klorofil sudah dikenal lama sebagai suplemen kesehatan. Kandungannya dipercaya dapat meningkatkan vitalitas tubuh. Di dalamnya terkandung anti-oksidan, anti-inflamasi, yang berkhasiat membantu penyembuhan pada beberapa jenis luka. Di Indonesia sendiri distribusinya kebanyakan dilakukan melalui jalur Multi Level Marketing (MLM).

Namun, alih-alih menambah daya tahan tubuh, seorang wanita berinisial SN (31) malah harus masuk Rumah Sakit karena mengonsumsi minuman kesehatan Chlorophyll gamat. SN membeli minuman tersebut pada Mei 2016, dari seorang teman yang menawarkannya melalui MLM.

Malang bagi SN, minuman kesehatan yang ia minum ternyata tak terdaftar di BPOM, sehingga setelahnya ia mengalami diare. Atas kejadian tersebut, SN kemudian menuntut Dirut PT. Razedo Grup Sukses (MLM Livewell Global) Bambang Muliana sebesar Rp100 miliar.

Kandungan Klorofil

Klorofil telah lama digunakan sebagai bahan pewarna alami, namun dalam beberapa tahun terakhir fungsinya bertambah sebagai suplemen kesehatan. Klorofil mempunyai peranan fungsional dalam kesehatan karena beberapa senyawa turunannya memiliki daya antioksidan, antikarsinogenik, dan antiinflamasi.

Zat ini sejatinya merupakan pigmen berwarna hijau yang ditemukan pada seluruh mahluk hidup berfotosintesis. Menurut Clydesdale dan Francis (1996), klorofil terletak dalam badan-badan plastid yang disebut kloroplas. Kloroplas memiliki bentuk teratur dan berbentuk seperti lempengan berwarna hijau ketika dilihat di bawah mikroskop lensa lemah. Klorofil berkaitan erat dengan lipid, protein, lipoprotein.

Sesungguhnya, setiap sayuran yang dapat dikonsumsi mengandung zat klorofil, misalnya saja daun kemangi (Ocimum sanctum), cincau (Cylea barbata Myers), kangkung (Ipomoea aquatica), bayam (Amaranthus spp.), singkong ( Manihot utilísima L.), pegagan (Centella asiatica) dan daun pepaya (Carica papaya L).

Klorofil dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan fungsi metabolik, sistem imunitas, detoksifikasi, meredakan radang, dan menyeimbangkan sitem hormonal (Limantara 2007). Zat hijau daun ini juga merangsang pembentukan darah karena menyediakan bahan dasar dari pembentuk hemoglobin. Peran ini disebabkan karena struktur klorofil yang menyerupai hemoglobin darah dengan perbedaan atom penyusun inti dari cincin porfirinnya.

Kurniawati Wulan Sari (2005), merujuk penelitian Vlad, dkk., menyebutkan pemberian cuprofilin (kompleks Cu-(II)-klorofil) selama 90 hari pada tikus secara nyata menurunkan kadar kolesterol, trigliserida, dan lipida serum darah tikus yang sebelumnya terindikasi aterosklerosis. Selain itu, aorta tikus yang diberi cuprofilin juga menampakkan infiltrasi lipid yang berkurang secara nyata, artinya, klorofil dan turunannya berpengaruh terhadap metabolisme kolesterol.

Infografik Bahaya Minuman Klorofil

Klorofil di Indonesia

Salah satu suplemen makanan berbahan klorofil yang sudah banyak diperdagangkan saat ini adalah yang berasal alfalfa dan alga. Namun karena budidaya daun alfalfa mengalami kendala di Indonesia karena iklimyang kurang sejuk, maka UNDIP melakukan penelitian terhadap kandungan klorofil yang dapat digunakan pada tumbuhan lain.

Berdasar penelitian Nitya Setiari dan Yulita Nurchati, di antara sayuran yang sering dikonsumsi masyarakat Indonesia seperti daun kemangi, cincau, kangkung, bayam, singkong, pegagan dan daun papaya, jumlah klorofil tertinggi terdapat pada daun pepaya. Menyusul kemudian daun singkong, pegagan, bayam, cincau, kangkung, dan kemangi.

Bahkan jika dibandingkan dengan jumlah klorofil pada alfalfa, kandungan klorofil pada sayuran di atas menunjukkan angka yang lebih tinggi. Sehingga dapat disimpulkan, sebenarnya jenis pangan di Indonesia sudah kaya akan kandungan klorofilnya.

Manfaat Klorofil

Klorofil dan beberapa senyawa turunannya pada awalnya dianggap sebagai peroksidan yaitu zat yang memacu terjadinya oksidasi dalam tubuh yang dapat menghasilkan radikal bebas. Namun dalam perkembangannya, zat ini justru berperan sebagai antioksidan atau penghancur radikal bebas.

Egner, et al (2001) menyatakan hasil konsumsi klorofilin dapat melindungi perkembangan karsinoma sel hati atau kanker lain yang terinduksi dari lingkungan. Studi kapasitas antioksidatif in vitro yang dilakukan Ferruzzi (2002) menunjukkan bahwa cincin porfirin-lah yang berperan sebagai antioksidatif klorofil.

Namun, ternyata manfaat ini dapat berkurang bergantung pada lama penyimpanan, penelitian Rizqia Rufaida menunjukkan kadar total klorofil yang disterilisasi selama 5-10 menit mengalami penurunan yang diduga akibat degradasi klorofil menjadi turunannya yang berwarna gelap. Degradasi ini disebabkan oleh cahaya dan reaksi oksidasi.

Pengamatan yang dilakukan terhadap jumlah bakteri dalam minuman klorofil selama dua bulan penyimpanan hanya menunjukkan angka kurang dari 2.0x102 cfu/ml mikroba. Hasil ini dengan catatan pengemasan dilakukan dengan efektif dan steril pada suhu 121°C selama 5 menit.

Baca juga artikel terkait SUPLEMEN atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Zen RS