Menuju konten utama
Periksa Fakta

Benarkah Inggris Kini Lebih Bernuansa Islami?

Informasi terkait klaim bahwa Inggris yang kian Islami merupakan informasi yang bersifat salah sebagian (partly false).

Benarkah Inggris Kini Lebih Bernuansa Islami?
Header Periksa Fakta. tirto.id/Quita

tirto.id - Dalam beberapa waktu terakhir, informasi terkait klaim bahwa Inggris kini kian bernuansa Islami banyak beredar di media sosial. Di Facebook, informasi ini salah satunya disebarkan oleh akun Abdulloh Jamil.

Akun Abdulloh Jamil membagikan unggahan tersebut di grup KUMPULAN Tanya Jawab Ustadz Abdul Somad Lc MA Riau (arsip) pada 14 November 2019. Unggahannya mendapat 3.200 reaksi dari warganet lainnya dan dibagikan sebanyak 1.400 kali.

Unggahan serupa juga dibagikan Aerina Mastika pada 16 November 2019 di grup Berbagi Nasihat & Kisah Islami (arsip) dan oleh Syafrudin di grup KOPERASI SYARIAH 212 INDONESIA (arsip). Kedua postingan tersebut juga ramai mendulang reaksi dan dibagikan berkali-kali.

Perikas Fakta Benarkah Inggris Kian Islami

Perikas Fakta Benarkah Inggris Kian Islami. screenshot/facebook/Abdulloh Jamil

Asal Usul Informasi

Informasi yang dibagikan oleh warganet tersebut berasal dari artikel Islampos (arsip) pada 20 Oktober 2018 berjudul "Inggris Kian Islami; Masjid Sesak sedangkan Gereja Kehilangan Jemaat." Situs ini memuat beberapa klaim yang coba dijadikan argumen untuk membuktikan bahwa Inggris menjadi negara yang semakin bernuansa Islami.

Sebagai catatan, seluruh klaim tersebut berasal dari artikel di situs Saudigazette.com (arsip) berjudul "Muslim London: 423 new mosques, 100 Shariah courts."

Saudigazette mengklaim bahwa wajah Inggris kini menjadi semakin Islami karena ratusan pengadilan syariah resmi beroperasi di London dan banyak masjid telah menghiasi berbagai kota di Negeri Ratu Elizabeth tersebut dengan mengutip seorang pengkhotbah di Inggris bernama Maulana Syed Raza Rizvi.

Dalam artikel Saudigazette disebutkan bahwa ada 423 masjid baru di London dan sebagian besar masjid ini penuh sesak pada saat-saat jam salat, tidak seperti banyak gereja yang kini jarang dikunjungi jemaatnya.

Saudigazette mengutip artikel Daily Mail yang menyebutkan bahwa di London Timur, Gereja San Giorgio dengan kapasitas 1.230 jemaat ternyata hanya berisi 12 orang ketika terdapat perayaan Ekaristi. Sementara itu, perayaan Ekaristi di Gereja Santa Maria yang terletak di area yang sama juga hanya dihadiri 20 orang kendati memiliki kapasitas 1.000 orang.

Situs ini juga membandingkan kondisi kedua gereja tersebut dengan kondisi Masjid Brune Street Estate yang disesaki umat Muslim. Padahal, masjid itu hanya dapat memuat 100 orang.

Tanpa rujukan yang jelas, Saudigazette juga mengklaim bahwa pada 2020, jumlah Muslim yang menghadiri salat diperkirakan akan mencapai setidaknya 683.000 orang. Berbanding terbalik, jumlah umat Kristiani yang menghadiri Misa mingguan diperkirakan akan turun menjadi 679.000.

Saudigazette mengutip survei oleh Institut Riset Sosial NatCen yang menyebutkan bahwa, "Jumlah Muslim di Inggris telah tumbuh hingga hampir satu juta orang. Sementara itu, jumlah orang yang pergi ke gereja akan menurun tiga kali lebih rendah dibandingkan jumlah Muslim yang pergi salat Jumat dalam hitungan satu generasi."

Saudigazette menyampaikan pula bahwa secara resmi kini ada 100 pengadilan syariah baru di London.

Untuk menambah kekuatan argumen, Saudigazette juga mengutip ucapan Walikota London Sadiq Khan pasca serangan teror mematikan di Westminster tahun 2017 lalu: "Teroris tidak akan tahan dengan multikulturalisme London."

Fakta

Tirto menelusuri berbagai klaim yang diajukan Saudigazette. Pertama adalah klaim 423 masjid baru di London. Fullfact, sebuah lembaga pemeriksa fakta independen di Inggris yang masuk dalam jaringan International Fact-Checking Network (IFCN) pernah mengecek klaim ini. Pada 3 Oktober lalu, Fullfact mengecek sebuah video di YouTube (arsip) yang memaparkan informasi terkait 423 masjid baru di London dan penutupan 500 gereja.

Terkait penutupan gereja, informasi tersebut pertama kali dipublikasikan di Wall Street Journal pada 2012 yang mengutip The Royal Institution of Chartered Surveyors yang menyatakan, "Sejak 2001, sekitar 500 gereja di London telah berubah menjadi rumah."

Namun, institusi itu tidak menjelaskan kapan persisnya bangunan-bangunan tersebut berhenti berfungsi sebagai gereja atau berapa banyak gereja baru yang dioperasikan.

Tidak ada angka resmi untuk jumlah total gereja atau tempat ibadah lainnya (kecuali gereja yang terdaftar untuk mendaftarkan pernikahan). The Church of England mengatakan ada sekitar 20 hingga 25 gereja ditutup setiap tahun karena tidak lagi digunakan sebagai tempat peribadatan.

Berdasarkan survei dan estimasi yang dilakukan Brierly Consultancy, Fullfact menemukan menemukan ada 3.559 gereja di London pada 1989. Jumlah tersebut meningkat jadi 4.865 gereja pada 2015. Namun, tidak seluruh gereja tersebut merupakan gereja tradisional. Brierly Consultancy juga menghitung jemaah yang berkumpul sebulan sekali, terlepas dari tempat mereka berkumpul.

Sementara untuk klaim masjid, situs Muslims in Britain menginformasikan ada 478 masjid di London, termasuk Pusat Kebudayaan Islam, ruang salat, dan ruang bersama yang disewa untuk peribadatan. Mengutip Guardian, banyak masjid yang telah berdiri selama selama beberapa dekade di Inggris.

Klaim 100 pengadilan syariah baru dibuka sendiri cukup muskil terjadi mengingat hukum syariah sangat kontroversial di Inggris. Namun, mengutip Fullfact, jumlah pasti pengadilan syariah di Inggris belum teridentifikasi hingga saat ini. Sebagai catatan, tokoh UK Independence Party Nigel Farage pernah mengatakan bahwa terdapat 80 pengadilan yang menerapkan hukum syariah di Inggris.

Namun, masih dari Fullfact, hukum negara Inggris tetap merupakan landasan utama bagi pengadilan di Inggris. Masyarakat dapat meminta dewan syariah untuk membuat keputusan yang mengikat secara legal. Namun, keputusan tersebut tetap harus sejalan dengan hukum negara.

Kutipan Walikota London Sadiq Khan pasca serangan teror mematikan di Westminster tahun 2017 oleh Saudigazette juga tidak tepat. Yang terjadi adalah, seperti dikutip The Independent, Sadiq Khan mengatakan bahwa para teroris ingin menargetkan kota-kota seperti London karena warganya "saling menghormati, merangkul, dan merayakan" satu sama lain. Sadiq juga menambahkan bahwa London tidak akan takut pada teror.

Terkait artikel Daily Mail, berdasarkan penelusuran Tirto, St Mary’s Church (Gereja Santa Maria) London rupanya tidak berdekatan dengan Masjid Brune Street Estate atau yang dikenal dengan BBC Community Centre di Spitalfields ataupun dengan St George Church (Gereja San Giorgio) yang terletak di Timur London. Berikut lokasinya melalui Google Earth Pro.

Perikas Fakta Benarkah Inggris Kian Islami

Lokasi Masjid dan Gereja di London. FOTO/Google Earth

Terlebih, informasi dari Daily Mail patut diragukan kebenarannya. Sejak 2017, Wikipedia bahkan secara resmi melarang penggunaan situs ini sebagai sumber untuk informasi di platform mereka. Para editor Wikipedia menganggap informasi dari media asal Inggris itu umumnya tidak dapat diandalkan.

Klaim bahwa jumlah Muslim yang menghadiri salat pada 2020 diperkirakan akan mencapai setidaknya 683.000 orang dan jumlah umat Kristiani yang menghadiri Misa mingguan akan turun menjadi 679.000 berasal dari artikel Express.co.uk pada 2008 berjudul "More attending mosques than Mass by 2020" (arsip). Express.co.uk menyebut sumber dari informasi tersebut adalah data dari lembaga think tank Christian Research.

Perlu diketahui bahwa situs Express.co.uk merupakan versi daring dari Daily Express dan Sunday Express di Inggris. Menurut situs media tracking asal Amerika Serikat, Media Bias Fact Check, beberapa sumber dari Daily Express masuk dalam kategori tidak dapat dipercaya.

Klaim Saudigazette selanjutnya mengutip Natcen Institute. Berdasarkan pengecekan kami pada Survei Natcen, pada 2012 terdapat 46 persen orang Inggris yang mengafiliasikan dirinya sebagai umat Kristen. Sementara pada 2014, jumlah tersebut menurun jadi 42 persen. Tidak ada penurunan yang tajam dari 21 persen menjadi 17 persen seperti yang diklaim Saudigazette.

Natcen juga mengemukakan, proporsi penduduk yang mengidentifikasi sebagai Anglikan turun dari 40 persen pada tahun 1983 menjadi hanya 12 persen pada tahun 2018. Sementara populasi Muslim saat ini terhitung sebanyak 5 persen dari populasi Inggris.

Sementara itu, berdasarkan laporan British Muslims in Numbers (2015) oleh Muslim Council of Britain, populasi Muslim sebanyak 4,8 persen dari total populasi di Inggris dan Wales. Jumlah ini meningkat dari 1,55 juta orang pada 2001 menjadi 2,71 juta pada 2011.

Satu-satunya klaim yang cukup presisi di Saudigazette adalah kutipan Maulana Syed Ali Raza Rizvi. Kutipan itu berasal dari sebuah artikel Telegraph pada 2016 berjudul "London 'more Islamic' than Muslim World." Dalam artikel itu disebutkan bahwa Maulana Syed Ali Raza Rizvi merupakan ulama Syiah terkemuka yang lahir di Pakistan. Ia mengatakan bahwa ia "merasa lebih Islami" di Inggris dibanding negara lain karena kebebasan beribadah dan masyarakatnya yang multikultur.

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan, klaim yang benar dari artikel Islampos yang mengutip Saudigazette hanyalah kutipan Maulana Syed Ali Raza Rizvi yang menyatakan bahwa ia "merasa lebih Islami" di Inggris dibanding di negara lain. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa informasi dari Islampos bersifat sebagian salah (partly false).

Baca juga artikel terkait PERIKSA FAKTA atau tulisan lainnya dari Irma Garnesia

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Irma Garnesia
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara