Menuju konten utama

Benarkah Ikan Oarfish di Selayar Bisa Deteksi Gempa dan Tsunami?

Benarkah kemunculan ikan Oarfish merupakan pendeteksi gempa?

Benarkah Ikan Oarfish di Selayar Bisa Deteksi Gempa dan Tsunami?
Seekor bangkai ikan Oarfish terdampar di pantai di Meksiko. Ikan Oarfish hidup dikedalaman lebih dari 3.000 kaki. iStockphoto/GettyImages

tirto.id - Foto penangkapan ikan Oarfish tersebar di media sosial. Penangkapan ikan itu membuat heboh karena disebut-sebut merupakan pertanda terjadinya gempa. Belum ada yang mengonfirmasi kebenaran foto tersebut. Namun, benarkah kemunculan ikan Oarfish merupakan pertanda terjadinya gempa?

Independent mewartakan, Oarfish termasuk dalam kategori ikan besar yang dapat tumbuh hingga sepanjang 11 meter (36 kaki). Oarfish diyakini oleh beberapa orang sebagai pertanda bencana. Kemunculan ikan ini telah membuat orang takut akan terjadi gempa bumi atau tsunami.

Legenda mengatakan, ikan-ikan ini akan menepi atau terdampar ke pesisir pantai, sebelum sebuah bencana besar seperti gempa bawah laut atau tsunami terjadi. Kemunculan Oarfish atau ikan oar juga pernah membuat heboh warga Jepang pada Februari 2019 lalu. Ikan ini ditemukan warga telah mati di pesisir pantai.

Live Science menuliskan, menemukan Oarfish raksasa yang terdampar di pantai adalah kejadian langka, karena ikan ini adalah spesies laut dalam yang jarang terlihat sama sekali. Ikan ini hanya akan berada sekitar satu kilometer di bawah permukaan laut ketika sakit atau sekarat.

Sesaat sebelum gempa bumi dan tsunami Tohoku 2011 melanda Jepang, sekitar 20 Oarfish terdampar di pantai di daerah itu, Mark Benfield, seorang peneliti di Louisiana State University, mengatakan kepada Live Science dalam wawancara sebelumnya.

"Ikan laut dalam yang tinggal di dekat dasar laut lebih sensitif terhadap pergerakan patahan aktif daripada yang berada di dekat permukaan laut," ujar Kiyoshi Wadatsumi, spesialis dalam seismologi ekologis, kepada Japan Times.

Ini bukan kali pertama para peneliti melihat hubungan antara perilaku hewan dan gempa bumi atau bencana alam lain. Ada sejarah panjang laporan tentang hewan peliharaan, binatang, dan satwa liar yang bertindak sangat aneh pada hari-hari atau menit sebelum gempa dirasakan oleh manusia.

Salah satu contoh tercatat sejarah Helike, sebuah kota Yunani kuno. Selama musim dingin tahun 373 SM, "semua tikus dan martens, ular, kelabang, dan kumbang serta setiap makhluk lain yang sejenis di kota itu pergi," tulis penulis Romawi Aelianus. "Setelah makhluk-makhluk ini pergi, gempa bumi terjadi di malam hari; kota itu surut; gelombang besar membanjiri dan Helike menghilang."

Pada Februari 1975, gempa berkekuatan 7,3 melanda Haicheng, sebuah kota berpenduduk 1 juta orang yang terletak di provinsi Liaoning, Cina. Satu hari sebelumnya, pejabat kota memerintahkan evakuasi yang sebagian didasarkan pada laporan perilaku hewan aneh: hibernasi ular di daerah itu, misalnya, meninggalkan tempat persembunyian musim dingin mereka berbulan-bulan sebelum normal. Evakuasi awal Haicheng menyelamatkan ribuan nyawa manusia.

Petugas kebun binatang di Taman Zoologi Nasional Smithsonian di Washington, DC, melaporkan, banyak hewan mencari perlindungan atau membuat panggilan darurat pada menit-menit sebelum gempa berkekuatan 5,8 melanda wilayah itu pada sore hari 23 Agustus 2010.

Ikan Oarfish Bisa Deteksi Gempa?

Sebuah studi baru menyebutkan, Oarfish yang muncul di pantai belum tentu menjadi pertanda adanya gempa, demikian sebagaimana diwartakan Forbes. Cerita rakyat Jepang mengatakan, ketika ikan perak yang panjang dan seperti ular ini muncul dari kedalaman, sebuah gempa bumi besar akan segera terjadi.

Namun, para peneliti Jepang yang meneliti laporan surat kabar, catatan, dan makalah akademis yang berasal dari tahun 1928 tidak dapat menemukan korelasi antara penampakan ikan oar dan gempa bumi besar.

"Seseorang hampir tidak dapat mengkonfirmasi hubungan antara dua fenomena," tulis seismolog Yoshiaki Orihara dan rekan-rekannya dalam sebuah makalah baru-baru ini di Bulletin Masyarakat Seismologis Amerika.

Oarfish menarik perhatian setelah gempa bumi Tohoku Maret 2011 yang menghancurkan, yang (bersama dengan tsunami yang dipicu) menewaskan lebih dari 19.000 orang dan menyebabkan kehancuran pada tiga reaktor nuklir di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Diaiichi.

Setidaknya selusin ikan laut dalam yang jarang terlihat telah terdampar di Jepang pada akhir 2009 dan 2010, dan pengamat secara retrospektif menghubungkan penampakan tersebut dengan gempa Maret 2011, berdasarkan peran oarfish dalam pengetahuan gempa Jepang.

Disebut Ryugu no Tsukai, atau Utusan dari Istana Dewa Laut, oarfish - terutama salah satu spesies yang lebih kecil, oarfish yang ramping - konon mengunjungi pantai Jepang untuk memperingatkan akan terjadinya gempa bumi dan tsunami.

"Jika cerita rakyat ini terbukti benar, penampilan ikan laut dalam bisa menjadi informasi yang berguna untuk mitigasi bencana," tulis Orihara dan rekan-rekannya.

Sebelumnya, beberapa ilmuwan telah mencoba menjelaskan legenda dengan menyarankan pergerakan lempeng tektonik dapat menghasilkan arus elektromagnetik yang mendorong oarfish dan hewan laut dalam lainnya, seperti dealfish, ribbonfish, dan unicorn creshfish, ke area dangkal.

Oarfish hidup sekitar 200 meter (650 kaki) di Pasifik utara dan Samudra Hindia, dan para ilmuwan percaya mereka bermigrasi ke Laut Jepang di Arus Tsushima. Beberapa tim peneliti telah merekam video ikan oar hidup dalam beberapa tahun terakhir, tetapi selain itu hanya terbatas pada bangkai di pantai yang sporadis atau tangkapan tidak sengaja di jaring ikan.

Orihara dan rekan-rekannya mengatakan ikan laut ini tidak meramalkan gempa bumi. Tim menyisir laporan dan jurnal akademik penampakan oarfish, bersama dengan spesies laut dalam lainnya, tetapi mereka juga beralih ke surat kabar lokal pada 1928.

"Di surat kabar lokal domestik Jepang, kemunculan seperti itu sering dilaporkan karena kejadian langka mungkin menarik pembaca," tulis mereka.

Secara keseluruhan, Orihara dan rekan-rekannya menemukan 336 penampakan ikan laut dalam di Jepang antara November 1928 dan Maret 2011. Akan tetapi tidak satu pun dari penampakan itu terjadi dalam 30 hari setelah gempa bumi dengan kekuatan 7.0 atau lebih besar.

Orihara dan rekan-rekannya juga tidak dapat menemukan laporan tentang gempa berkekuatan 6,0 atau lebih besar yang terjadi dalam waktu 10 hari dari pengamatan ikan laut dalam.

Jadi, meskipun legenda Oarfish benar-benar menarik, menurut cerita, tidak ada alasan ilmiah Oarfish bisa menjadi sistem peringatan gempa. Para ilmuwan masih mencari penjelasan rinci tentang penampakan Oarfish sesekali di perairan dangkal, terutama karena mereka tampaknya datang dalam kelompok.

Sebuah studi tahun 2018 menemukan korelasi antara penampakan ikan Oar dan El Niño saat air di Samudra Pasifik tengah dan timur ekuatorial jauh lebih hangat dari biasanya. El Nino mempengaruhi kedalaman laut, sehingga habitat Oarfish berubah menjadi lebih dingin pada saat air permukaan memanas. Beberapa ilmuwan menyebut, laut dalam yang lebih dingin mungkin mendorong ikan oar untuk berenang ke perairan dangkal dan mengejar plankton.

Pejabat di Akuarium Uozu menyebutkan suhu air laut, atau perubahan lain dalam ekosistem laut dalam, mungkin menjadi penyebab atas serentetan penampakan ikan Oar.

Baca juga artikel terkait GEMPA BUMI atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Agung DH