Menuju konten utama

Beli Saham Freeport Pakai Utang, Inalum Pastikan Tak Gagal Bayar

Inalum menegaskan pembiayaan dari global bond untuk membeli saham PT Freeport Indonesia masih aman dan terhindar dari risiko gagal bayar.

Ilustrasi Area pengolahan mineral PT Freeport Indonesia di Tembagapura, Papua. Foto Antara/Puspa Perwitasari.

tirto.id - Kepala Komunikasi Korporat dan Hubungan Antar Lembaga Inalum Rendi Witular menegaskan pembiayaan dari surat utang yang digunakan untuk membeli saham PT Freeport Indonesia adalah jenis pembiayaan yang aman.

Pembiayaan yang dimaksud adalah pembiayaan dari global bond alias surat utang global. Menurutnya, global bond memiliki suku bunga acuan yang lebih stabil ketimbang pinjaman bank yang bunganya bisa melambung bila kondisi ekonomi global mengalami tekanan.

"Penerbitan obligasi ini lebih kompetitif dan stabil dibanding dengan pinjaman dari sindikasi perbankan asing dengan tingkat risiko suku bunga yang dapat melonjak di saat ketidakpastian ekonomi global," kata Kepala Komunikasi Korporat dan Hubungan Antar Lembaga Inalum, Rendi A. Witular, kepada reporter Tirto, Selasa (19/2/2019).

Dengan risiko pinjaman yang lebih terukur, lanjut dia, risiko gagal bayar bisa dihindari.

Ia pun menepis anggapan yang mengatakan global bond memiliki risiko gagal bayar yang tinggi sehingga Inalum sebagai perwakilan Pemerintah RI bisa kehilangan saham Freeport.

Justru, menurutnya, global bond merupakan jenis pinjaman yang sangat aman lantaran tak ada aset yang digadaikan untuk melakukan pinjaman.

"Tidak ada aset dan saham yang digadaikan Inalum dan anak usaha, termasuk Freeport Indonesia, dalam penerbitan obligasi ini," jelas dia.

Risiko gagal bayar juga bisa dihindari lantaran kinerja perusahaan yang baik. Kepemilikan saham Freeport Indonesia juga dipandang bisa meningkatkan prospek bisnis Inalum.

Kinerja keuangan yang baik itulah jadi magnet tersendiri bagi para investor untuk mempercayakan uangnya pada surat utang yang diterbitkan Inalum.

"Prospek usaha Freeport Indonesia sangat bagus. Perusahaan tersebut tidak punya utang dan dapat membiayai kebutuhannya sendiri. Selain itu, investor asing juga melihat prospek kinerja Inalum yang juga bagus dan sangat sehat serta kondisi ekonomi Indonesia yang stabil dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi," kata dia.

Sebelumnya, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menilai, global bond seperti yang diterbitkan Inalum memiliki risiko pembengkakan nilai. Mulai dari selisih kurs rupiah dengan mata uang dolar AS sampai bunga yang harus dibayarkan.

Potensi pembengkakan nilai utang itu memberi risiko gagal bayar. Ujung-ujungnya jika gagal bayar, saham Freeport yang dimiliki pemerintah lewat Inalum bisa hilang lantaran perusahaan terpaksa menjualnya kembali untuk melunasi utang dari penerbitan obligasi global itu.

"Sehingga menimbulkan risiko gagal bayar. Kalau ada risiko gagal bayar maka dari saham yang di dalam Freeport yang sudah diakuisisi itu biasa kemudian bisa berisiko dijual kembali ketika si BUMN dalam kondisi pailit," jelas dia.

Baca juga artikel terkait PT FREEPORT INDONESIA atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Bisnis
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Maya Saputri