Menuju konten utama

Belajar Membuat Sesuatu yang Tidak Berguna Bersama Geng Shuai

Melalui Geng Shuai kita belajar: sesuatu yang tidak berguna sesungguhnya bisa membahagiakan orang lain.

Belajar Membuat Sesuatu yang Tidak Berguna Bersama Geng Shuai
Geng Shuai. FOTO/Imaginechina

tirto.id - Jika ada orang yang tahan berjam-jam membuat berbagai macam barang tak berguna, dia adalah Geng Shuai. Oleh penggemarnya, dia dijuluki “The Useless Edison”, “Edison yang Tidak Berguna”--julukan yang secara ironis ditakik dari nama Thomas Alva Edison.

Geng Shuai sejatinya adalah pria asal Cina yang biasa-biasa saja. Lahir di Hebei, sebuah desa kecil di luar Beijing, Shuai mulai belajar memotong pisau dari pelat baja sejak usia 7 tahun, diajari langsung oleh sang ayah yang seorang tukang las. Lulus SMP, Shuai berhenti sekolah dan mengikuti jejak ayahnya bekerja di bidang pengelasan. Kini, pria 30 tahun itu telah menikah dan memiliki dua orang anak.

Sebelumnya Shuai sempat bekerja di pabrik pembuatan pompa milik keluarga di Beijing. Namun, kehidupan kota besar rupanya tidak cocok dengannya, sehingga Shuai pun memutuskan untuk kembali ke desa tempat ia dilahirkan. Di sana, Shuai menggeluti profesi sebagai pengrajin besi dan juga bekerja serabutan untuk menambah pemasukan.

Di Cina, ada sebuah platform video livestreaming yang amat populer: Kuaishou. Seturut laporan Guardian, total pendapatan livestreaming Kuaishou pada tahun 2017 secara keseluruhan mencapai angka 30,45 miliar yuan atau sekitar $4,76 miliar. Di platform inilah Shuai mendapatkan popularitasnya.

Sebermula dari video pembuatan semacam belalang berbahan besi yang ia unggah di akunnya. Video tersebut kemudian viral hingga ditonton lebih dari satu juta orang. Shuai pun mulai meyakini bahwa hidupnya ternyata tidak medioker-medioker amat. “Saya sangat terkejut hingga tidak bisa tidur semalaman. Saya merasa dapat melakukan yang terbaik,” ujar Shuai.

Sejak itulah Shuai memutuskan untuk menjadi pengrajin besi penuh waktu di Kuaishou. Berturut-turut ia menciptakan penemuan-penemuan absurd dari ide-idenya yang liar: bungkus gawai dari pisau daging, mangkuk tahan gempa agar mie tidak tumpah, hingga tas berbentuk Mjolnir: nama palu yang menjadi senjata andalan Thor, salah satu superhero rekaan Marvel.

Khusus soal tas Mjolnir itu, Shuai mengatakan: “Ini sangat fashionable. Kalau ada jambret yang berusaha mencuri, Anda tinggal lemparkan ke mukanya.”

Menjadi Berguna dengan (Membuat Sesuatu yang) Tidak Berguna

Pilihan Shuai untuk terus fokus di Kuaishoui tidak salah. Akunnya kini telah memiliki fans hingga lebih dari 2,5 juta orang dan 154 videonya telah ditonton hingga lebih dari 100 juta kali. Sungguh angka yang luar biasa bagi seseorang yang menciptakan barang-barang yang tidak berguna.

Kendati demikian, Shuai sebetulnya tidak sepakat bila barang-barang yang dibuatnya tidak memiliki kegunaan. Kepada Washington Post ia mengatakan: “Orang mengatakan penemuan saya tidak berguna, tetapi saya pikir ada dua dimensi kegunaan: kepraktisan dan hiburan. Saya suka melakukan ini. Jadi, ya, ini berguna."

Anda boleh berdebat sesuka hati mengenai buat apa Shuai menyulap pisau daging menjadi bungkus gawai atau membentuk helm Robocop untuk melindungi kepala seekor ayam. Yang jelas, ia telah berhasil menciptakan “penemuan” yang disukai oleh ratusan juta orang. Dan itu artinya profit yang menggiurkan.

Berdasarkan laporan CNN, para selebriti media sosial di Cina yang kerap melakukan livestreaming dapat mengantongi uang hingga $100.000 tiap bulannya. Dalam kasus Shuai, setiap kali ia tampil live sambil membuat penemuan terbaru, ia mendapatkan $150 atau sekitar Rp2,2 juta--jika video tersebut mencapai dua juta penonton.

Dengan uang sejumlah itu, Shuai tidak hanya bisa membiayai kebutuhan keluarga, tetapi juga dapat menggaji saudara laki-lakinya yang membantu merekam dan mengunggah video. Informasi tambahan: data ini hanya berdasarkan livestreaming. Di platform lainnya seperti Weibo, Shuai juga memiliki akun dengan jumlah pengikut lebih dari 640.000 orang.

Mengenai popularitasnya kini, Shuai mengaku merasa beruntung karena memutuskan kembali ke desa. Sebab di sana ia merasa kian terlecut untuk membuktikan diri.

"Saya merasa sangat senang karena kami berada di daerah pedesaan dan orang-orang memiliki stereotip bahwa kami hanya petani, penduduk desa yang tidak memiliki kemampuan untuk membuat apapun. Orang-orang, terutama tetangga Anda, berpikir Anda hanyalah seorang lelaki desa biasa yang tidak pernah bisa menemukan apapun. Saya ingin melakukan sesuatu yang saya sukai. Itulah yang akan mendorong saya untuk bekerja lebih keras,” ujar Shuai seperti dilansir LA Times.

Infografik Geng Shuai

Infografik Geng Shuai

Semula, Shuai hanya berniat menjadikan Kuaishou, Weibo, dan segenap media sosial lain untuk sekadar memasarkan karya-karyanya. Tapi cara tersebut gagal. "Apa yang ingin saya lakukan pada awalnya adalah menjual berbagai penemuan saya dan memberikan kegembiraan bagi siapa saja. Saya rasa, saya memang tidak pandai berjualan,” katanya. Merasa kecewa dengan sepinya pembeli, hal-hal terkait penemuan barang-barang aneh mulai seliweran di pikirannya.

Bungkus gawai dari pisau daging yang ia buat kini telah ditonton hingga 24 juta kali di Kuaishou. Sisir raksasa yang terbuat dari plat baja mencapai 8 juta viewers. Dengan angka bombastis tersebut, Shuai segera memiliki fans fanatik. Ada yang memohon kepadanya agar ia terus melanjutkan membuat barang-barang tak berguna tersebut. Bahkan ada pula yang mengirimkan gawai canggih agar kualitas livestreaming-nya lebih bagus.

Semakin liar barang yang dibuat Shuai, semakin banyak pula “hadiah” yang ia dapatkan--yang bisa dikonversikan menjadi uang. Shuai pun kian bersemangat. Ia membuat kipas lipat dari empat buah parang dan video itu ditonton lebih dari lima juta kali. Di lain video ia membuat "kursi bahagia" yang telah ditonton hingga 14 juta kali. Berbahan logam, kursi tersebut juga dipasangkan semacam tangan robot yang dapat menggelitik telapak kaki dan ketiak.

Lainnya lagi Shuai membuat pedang besar--bentuknya menyerupai pedang Sinbad--yang ternyata hanya berfungsi sebagai botol shampo. Lalu ada payung berputar yang dioperasikan dengan baterai, gunanya untuk menghindari cipratan air hujan yang turun dari payung. Kemudian ada pula senapan laras panjang berukuran mini yang fungsinya untuk mencabut bulu hidung.

Tingginya animo para penonton videonya membuat Shuai terus bersemangat menyajikan konten penemuan barang-barang minim fungsi tersebut. Ia mengatakan: “Sekarang saya menyadari bahwa orang-orang sangat menyukai bagaimana cara saya menyajikan penemuan tersebut. Dengan begini, saya dapat membuat sesuatu yang baru setiap saat.”

Ibu Shuai sempat khawatir dengan profesi aneh yang digeluti Shuai. Tapi dengan penghasilan tetap yang kini telah ia dapatkan, perlahan ibunya mulai memahami bahwa pekerjaan Shuai memang nyata adanya. “Mungkin dia khawatir para tetangga akan menganggap itu semacam pekerjaan yang tidak profesional bagi seseorang yang tidak menganggap serius kehidupan," demikian ujar Shuai.

Suatu hari, ketika memulai aksinya sambil livestreaming seperti biasa, Shuai menjanjikan akan membuat sesuatu yang betul-betul berguna. Sekian waktu berselang, benda itu pun selesai dibuat: sebuah gerobak bermotor yang dapat didorong dengan cara memutar gas, seperti tengah menaiki kendaraan roda dua itu. Dua juta lebih orang yang menonton livestreaming itu pun tertawa.

Sepertinya, itulah temuan terbaik Shuai selama ini: membuat orang bahagia.

Baca juga artikel terkait MEDIA SOSIAL atau tulisan lainnya dari Eddward S Kennedy

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Eddward S Kennedy
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti