Menuju konten utama

Belajar dari yang di Atas 100 Tahun

Para manusia yang bisa hidup di atas umur 100 tahun sangat langka di dunia. Sehingga manusia mencoba mempelajari soal kemungkinan memperpanjang umur manusia. Namun faktanya umur manusia yang tercatat resmi paling tua hanya 122 tahun. Belum cukupkah umur sebanyak itu?

Belajar dari yang di Atas 100 Tahun
ilustrasi Mengukur umur manusia [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Seberapa panjang usia seorang manusia bisa bertahan? Pertanyaan ini akan melahirkan segudang jawaban yang tak akan ada habisnya. Manusia baru bisa memetakan umur yang ajaib saat seseorang menapaki usia 100 tahun atau lebih.

Saat Jeanne Louise Calment menghembuskan nafasnya yang terakhir di selatan Perancis, 4 Agustus 1997, umurnya tercatat 122 tahun 164 hari. Guinness World Records menobatkannya sebagai manusia tertua yang pernah ada. Sebelum meninggal, Jeanne harus menyaksikan kematian cucunya, sebuah pengalaman sangat jarang dirasakan manusia lainnya. Wanita ini juga masih aktif bersepeda di usia 100 tahun.

Ia salah satu dari sedikit manusia yang bisa menembus umur tiga digit dari total penghuni Bumi sekitar 7 miliar jiwa. Mereka biasanya dijuluki sebagai “centenarians”, orang yang berhasil melewati usia 100 tahun atau lebih.

Media thecentenarian.co.uk mencatat ada kurang lebih 450.000 centenarians di muka bumi. Jumlah ini hanya 0,006 persen populasi manusia. Untuk rumah para manusia tertua terbanyak ada di Amerika Serikat (AS) hingga mencapai 72.000 orang. Jepang menempati urutan kedua sebagai rumah terbanyak manusia tertua dengan populasi diperkirakan sebanyak 30.000 orang. Jumlah ini sudah meningkat 4 kali lipat sejak sepuluh tahun terakhir. Negara lainnya seperti Spanyol dihuni 10.000 centenarians, Perancis lebih dari 3.000 orang, Kanada dan Italia masing-masing 5.000 centenarians.

Para centenarians ini termasuk yang beruntung. Cerita-cerita sejarah menghadirkan manusia-manusia ambisius yang ingin hidup abadi, dan sayangnya tak pernah kesampaian. Perkembangan ilmu pengatahuan memunculkan berbagai penelitian dan asumsi yang memungkinkan manusia bisa hidup lebih lama lagi. Apakah di masa depan akan terlahir para “super centenarians” yang bisa menyalip usia Jeanne Louise Calment?

Keabadian Cacing

Beberapa riset mengungkapkan banyak faktor menentukan umur seseorang lebih panjang. Mulai dari keputusan berkeluarga hingga pola makan yang sehat. Orang yang berkeluarga punya kecenderungan berumur lebih panjang daripada yang memilih single. Orang yang pekerja keras juga malah punya kecenderungan punya keuntungan 20-30 persen terhindar dari kematian dini. Makanan yang sehat juga disebut-sebut punya peran terhadap masa hidup manusia.

Segala upaya tadi bisa jadi benar bisa juga salah, karena faktanya banyak centenarians di dunia ini punya pola makan yang tak sebaik dari seharusnya. Mereka juga umumnya perokok sampai usia lanjut, seperti yang dilakukan oleh Jeanne Louise Calment yang masih merokok sampai di usia 117 tahun.

“Ini indikasi faktor genetik memungkinkan yang memainkan peran besar apa yang membuat para centenarian hidup lebih panjang,” kata Jennifer Welsh dari livescience.com.

Salah satu poin penting lain yang menentukan seberapa lama umur seseorang adalah kemampuan sel-sel tubuh dan organ tubuh yang terus melakukan peremajaan. Sebuah riset oleh para peneliti dari Amerika Serikat (AS) soal genetik terhadap cacing Caenorhabditis elegans yang punya kemampuan anti penuaan. Para ilmuan memperkirakan bila pola genetika pada cacing bisa diterapkan pada manusia, sangat mungkin manusia bisa mencapai usia 500 tahun. Namun lagi-lagi, ini semua masih di atas kertas.

“Apa yang kami dapati di sini sebuah sinergi peningkatan lima kali lipat jangkauan umur,” kata Pankaj Kapahi, peneliti dari Buck Institute of Age Research, Novato, California dikutip dari dailymail.co.uk.

Manusia memang boleh berkhayal bisa menjiplak kemampuan cacing untuk abadi dalam mencegah penuaan sel. Kenyataannya para manusia super tua yang pernah ada, berakhir usianya ketika diserang penyakit. Berdasarkan laporan yang ditulis oleh BBC, penyakit yang sering menyerang para manusia langka ini adalah pneumonia daripada penyakit kanker atau serangan jantung.

Lalu apakah manusia masih mau berumur panjang? Pertanyaan ini mungkin bisa terjawab oleh Jeanne Louise Calment. Saat ia merayakan ulang tahun ke-120 atau dua tahun sebelum meninggal, Jeanne hanya menyahut singkat ketika ditanya apa harapannya di masa depan.

“A very short one.”

“I wait for death.”

Jawaban Jeane memberi gambaran seorang yang sudah dapat bonus hidup dari umur manusia kebanyakan pada akhirnya menghendaki sebuah titik akhir perjalanan. Jeane mungkin tak akan pernah berpikir hidup seperti sebuah cacing yang punya kemampuan mortalitas. Apakah Anda masih ingin seperti cacing?

Baca juga artikel terkait HUMANIORA atau tulisan lainnya dari Suhendra

tirto.id - Humaniora
Reporter: Suhendra
Penulis: Suhendra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti