Menuju konten utama

Bedah Buku Salju di Aleppo karya Dina Y Sulaeman Dibubarkan

Diskusi bersama penulis Dina Y Sulaeman dibubarkan oleh Jama’ah Ansharusy Syari’ah. Mereka menuding diskusi itu berbau Syiah.

Bedah Buku Salju di Aleppo karya Dina Y Sulaeman Dibubarkan
Avatar Dina Y Sulaeman

tirto.id - Acara diskusi bertajuk “Bedah Buku Salju di Aleppo" bersama penulis Dina Y Sulaeman” yang diselenggarakan oleh Laboratorium Hubungan Internasional FISIP Universitas Brawijaya terpaksa dibatalkan lantaran adanya desakan dari kelompok Ormas Jama’ah Ansharusy Syari’ah. Mereka merasa keberatan dengan acara yang sedianya dilaksanakan pada Jumat, (5/5/2017) pukul 14.00 di Ruang Rapat 7A Gedung Prof Darsono.

Di ranah media sosial, kabar tentang pembatalan diskusi tersebut turut viral beredar. Salah satunya adalah disertakan foto surat keberatan kegiatan yang dikeluarkan oleh Jama’ah Ansharusy Syari’ah (JAS) Mudiriyah Malang Raya. Isi pokok surat tersebut antara lain meminta kepada panitia pelaksana acara tersebut untuk dibatalkan lantaran sarat akan kegiatan Syiah.

Ketika dikonfirmasi oleh Tirto.id, Jama’ah Ansharusy Syari’ah Mudiriyah Malang Raya membenarkan bahwa surat yang beredar tersebut adalah dari pihaknya. Mereka mengaku mengetahui acara tersebut dari media sosial dan mencari tahu para pemateri yang dihadirkan.

“Jadi yang menjadi titik berat dari kita penekanannya adalah kenapa pematerinya adalah tokoh dari Syiah ini. Yang mana dari ulasan di buku-buku tersebut adalah ingin mengkaburkan fakta apa yang ada di luar (Suriah) tersebut. Kalaupun pematerinya dari orang lain yang bukan Syiah itu silahkan dan tidak akan mengganggu dengan menyampaikan surat keberatan seperti itu” ungkap Fuad yang menjabat bidang dakwah Jama’ah Ansharusy Syari’ah Jawa Timur ini kepada Tirto.id, Jumat.

Sementara itu Yusli Effendi selaku dosen Hubungan Internasional dan panitia penyelenggara mengaku didatangi oleh 4 orang perwakilan Jama’ah Ansharusy Syari’ah yang kemudian diterima oleh dosen Hubungan Internasional lain. Dari audiensi tersebut tidak ditemui kesepakatan, dan degan intimidatif jika tetap menyelenggarakan acara tersebut di FISIP Universitas Brawijaya, maka mereka mengancam tidak bisa menjamin keamanan jalannya diskusi.

“Maka kami memaknai yasudah ini kebebasan akademik yang kemudian diciderai dan direnggut dari kami. Dan itu memperihatinkan bagi kami” ungkap Yusli Effendi saat dihubungi via telepon oleh Tirto.id.

Surat tersebut diakui Jama’ah Ansharusy Syari’ah dilayangkan ke pihak fakultas dan rektorat pada Kamis (4/5) sore kemarin. Pihak rektorat lalu menindaklanjuti dengan memanggil Dekan FISIP dan perwakilan panitia dari dosen Hubungan Internasional yang meminta acara tersebut untuk ditiadakan agar tidak muncul protes dan kegaduhan.

Pihak panitia sendiri sejatinya masih tetap teguh dengan ingin menjalankan diskusi tersebut dengan berbagai penawaran kompromi kepada rektor, namun keputusan dari petinggi kampus tersebut tidak kunjung memberi restu.

Menurut Yusli Effendi selaku panitia, kejadian pembubaran yang dilakukan oleh ormas ini harus dimaknai sebagai urutan kejadian yang tidak bisa dibaca tunggal. Lantaran yang terdekat dalam beberapa hari lalu pihak kampus juga melarang kedatangan Felix Siauw dalam sebuah acara, juga pernah sebelumnya ada pelarangan pemutaran sekaligus diskusi terkait pabrik semen di Kendeng, dan pembubaran acara lainnya.

“Kami berikan argumen ini tetap jalan karena kerangkanya akademis jadi tetap terbuka. Mereka jawab lho kemarin yang Felix Siauw dilarang, tapi kenapa ini dibolehkan. Jadi mereka menuntut perlakuan yang sama. Salah satu argumennya seperti itu.” tutur Yusli.

Acara dipindah ke kampus lain

Karena dibatalkan di Universitas Brawijaya, pihak panitia akhirnya memutuskan untuk memindah lokasi acara bedah buku ke Cafe Pustaka di area kampus Universitas Negeri Malang. Mekanisme para peserta praktis hanya terbatas, dan dari mulut ke mulut.

Buku tersebut diantaranya berisi tentang narasi aliran dana yang digalang dari Indonesia lewat lembaga-lembaga fundraising atau filantropi yang menurut Dina Sulaiman dialirkan ke pos-pos mujahidin.

“... bagi mereka seolah-olah bahwa secara simplistik (Dina Sulaeman) dianggap mendukung Bashar al-Assad, mendukung Syiah dan tidak mendukung perjuangan mujahidin yang selama ini berita yang sampai di Indonesia adalah kerangka bahwa merekalah yang dianggap menjadi korban dalam konflik di Suriah.” pungkas Yusli lagi menanggapi.

Acara dadakan pada pukul 15.30 ini kemudian diberi tajuk “Terawang Jurnalisme Perang: Palagan Timur Tengah” dengan tetap dihadiri oleh Dina Sulaeman, juga pemateri lain yang sengaja ditambahkan oleh panitia seperti Ahmad Atho’ Lukman (penulis, Lakpesdam NU) dan Siti Muti’ah Setiawati (dosen UGM dan pakar Timur Tengah).

Baca juga artikel terkait BUKU atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Tony Firman
Penulis: Tony Firman
Editor: Agung DH