Menuju konten utama

Beda Trading & Investasi, Mana yang Lebih Aman untuk Resesi?

Perbedaan paling dasar antara trading dan investasi adalah dari jangka waktu aktivitas di pasar uang, mana yang lebih aman untuk menghadapi resesi?

Beda Trading & Investasi, Mana yang Lebih Aman untuk Resesi?
Ilustrasi Trading Forex. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Resesi yang diprediksi akan melanda dunia pada 2023 membuat banyak orang mulai memperkuat kondisi finansialnya. Sebagian orang mempersiapkan diri dengan banyak menabung, namun tidak sedikit juga yang mencoba menambah penghasilan lewat pasar uang.

Ada berbagai kegiatan yang biasa dilakukan para investor di pasar uang, termasuk trading dan investasi. Kedua istilah tersebut merujuk pada metode mencari keuntungan yang berbeda, terutama dari segi jangka waktu target keuntungan diperoleh.

Bagi investor pemula, sangat disarankan untuk mengetahui terlebih dahulu perbedaan antara trading dan investasi agar dapat mempertimbangkan kegiatan apa yang paling sesuai dengan profil risikonya.

Apa Bedanya Trading dan Investasi?

Baik trading maupun investasi sama-sama merupakan metode kegiatan mencari keuntungan di pasar uang. Namun, menurut Investopedia, perbedaan paling dasar antara trading dan investasi adalah dari jangka waktu aktivitas di pasar uang.

Investasi adalah kegiatan membangun kekayaan secara bertahap dalam jangka waktu yang lama. Investasi biasanya memakan waktu tahunan atau puluhan tahun.

Instrumen pasar uang yang sering digunakan untuk berinvestasi termasuk saham, reksa dana, obligasi, dan surat-surat berharga lainnya. Ketika melakukan investasi, investor biasanya lebih peduli dengan fundamental pasar, seperti rasio harga terhadap pendapatan dan prakiraan manajemen.

Jenis keuntungan yang diincar oleh investor dengan berinvestasi beragam, mulai dari bunga, deviden, atau fasilitas lainnya. Umumnya, kegiatan investasi dilakukan untuk keperluan jangka panjang, seperti tabungan pendidikan atau pensiun.

Di sisi lain, trading adalah kegiatan perdagangan jual-beli saham, komoditas, mata uang, atau instrumen lainnya yang dilakukan dalam jangka waktu singkat.

Transaksi atau kegiatan jual-beli dalam kegiatan trading lebih sering dari pada investasi. Tujuan utamanya tentu memperoleh keuntungan dalam jangka waktu singkat, bisa bulanan, mingguan, harian, bahkan beberapa jam saja.

Kegiatan trading memanfaatkan pergerakan aset-aset yang bersifat fluktuatif dalam jangka pendek. Trading dilakukan dengan membeli pada harga rendah dan menjualnya pada harga tinggi dalam waktu relatif singkat.

Mengingat risiko kerugian cenderung tinggi dalam jangka pendek, trader akan menerapkan prinsip stop-loss. Ini merupakan upaya agar jika terjadi penurunan harga aset, trader tidak merugi di bawah batas toleransi.

Keuntungan yang diincar oleh para trader adalah margin yang lebih tinggi dibanding aktivitas investasi. Jika investor mungkin puas dengan pengembalian tahunan 10 hingga 15 persen, maka trader mungkin menargetkan pengembalian 10 persen setiap bulannya.

Dikutip dari Sahabat Pegadaian, berikut beberapa perbedaan antara trading dan investasi:

Parameter Trading Investasi
Jangka waktu aktivitas Jangka pendek Jangka panjang
Tujuan Fokus pada keuntungan dan pertumbuhan aset Fokus pada pertumbuhan modal
Sifatnya Volatile (mudah berubah) Stability (tetap/ tidak mudah berubah)
Metode analisis Menggunakan analisis teknis Menggunakan analisis fundamental
Sistem pembelian Buy and sell Buy and hold

Lebih Aman Trading atau Investasi di Tengah Ancaman Resesi

Baik investasi maupun trading sama-sama memiliki risiko kerugian. Kendati demikian, banyak ahli yang menilai bahwa risiko trading lebih tinggi dibanding risiko investasi.

Hal ini karena trading dilakukan dengan prinsip mengambil keuntungan dari tingkat harga (volatilitas) pasar dalam jangka pendek. Padahal, pergerakan pasar lebih sulit diprediksi dalam jangka pendek.

Namun, menurut Forbes jika berbicara soal resesi yang paling dibutuhkan adalah menambah penghasilan dan berinvestasi pada aset defensif. Upaya ini dilakukan untuk mempersiapkan diri dari risiko yang dapat terjadi pada saat resesi, termasuk kehilangan pekerjaan, kelangkaan akibat berkurangnya produksi, dan kenaikan harga-harga.

Menambah penghasilan bisa dilakukan dengan menambah peluang penghasilan baru, seperti berdagang atau melakukan trading. Jika memilih untuk melakukan trading, trader bisa memilih instrumen yang paling rendah risiko kerugian atau menerapkan prinsip stop-loss yang konservatif.

Selain menambah penghasilan, yang tidak kalah penting untuk menghadapi resesi adalah investasi dalam aset likuid yang sifatnya aman dan stabil.

Menurut Forbes, berinvestasi selama resesi bisa dilakukan dengan membeli saham-saham dari perusahaan yang bergerak pada kebutuhan pokok, seperti di sektor makanan, listrik, properti, atau kesehatan.

Hal ini karena tidak peduli seberapa buruk keadaan ekonomi, orang-orang tetap memerlukan produk dari perusahaan-perusahaan tersebut. Ini tentu membantu menjaga portofolio tetap aman dari kerugian.

Baca juga artikel terkait RESESI GLOBAL 2023 atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yantina Debora