Menuju konten utama

Beda Strawberry Full Moon, Super Moon, Blood Moon dan Blue Moon

Bulan purnama ini dinamai strawberry full moon untuk menandai musim tanam stroberi yang relatif singkat di timur laut Amerika Utara.

Beda Strawberry Full Moon, Super Moon, Blood Moon dan Blue Moon
Ilustrasi Strawberry Moon. foto/istockphoto

tirto.id - Fenomena alam gerhana bulan dan strawberry full moon akan dapat dilihat di Indonesia pada 6 Juni 2020.

Menurut catatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), strawberry full moon dapat diamati di Indonesia.

Puncak fenomena purnama strawberry full moon akan terjadi pada pukul 02.12 WIB pada jarak 369.005 kilomter dari pusat bumi. Purnama ini dapat disaksikan dari arah Barat Daya.

Apa itu strawberry full moon

Menurut Live Science, bulan purnama ini dinamai strawberry full moon untuk menandai musim tanam stroberi yang relatif singkat di timur laut Amerika Utara.

Nama bulan ini dikenal oleh sebagian besar suku Algonquin, Maine Almanac dari Maine Farmer yang sudah tidak ada lagi sejak 1930-an, jelas NASA.

Strawberry full moon sendiri terjadi ketika bulan berada di sisi bumi yang berlawanan dari matahari.

Pengamat akan melihat sisi bulan yang menghadap bumi memantulkan sinar matahari yang cerah, kecuali jika orbitnya membawa bulan dalam bayangan bumi, sehingga menyebabkan gerhana bulan.

Melalui teropong atau teleskop kecil, bulan purnama tampak begitu cerah sehingga membutuhkan filter khusus.

Tidak ada bahaya bagi mata seseorang untuk menyaksikan purnama strawberry full moon, tetapi detailnya bisa lebih sulit untuk dilihat daripada ketika bulan sabit atau selama fase seperempat dan setengah bulan.

Ini karena ada beberapa bayangan yang terlihat di bagian tengah piringan bulan dari sudut pandang pengama saat matahari langsung berada di atas kepala.

Bulan purnama ini juga dapat dilihat beberapa hari setelah puncak fenomena atau beberapa hari sebelumnya, ketika bayangan membuat fitur permukaan bulan lebih mudah dilihat.

Selain purnama strawberry full moon, April lalu, bumi juga menyaksikan fenomena super moon, yang menjadi bulan purnama paling terang dan paling besar di 2020 dengan nama “Super moon Pink”.

Sementara fenomena gerhana langka lain juga pernah terjadi di awal tahun 2018 lalu, yaitu Blue moon.

Lantas, apa yang menjadi perbedaan di antara fenomena purnama bulan langka tersebut?

Super moon

Melansir EarthSky, super moon merupakan bulan baru atau purnama, yang bertepatan dengan kondisi perigee, yaitu titik terdekat bulan ke bumi dalam orbit bulanannya.

Saat bulan berada dekat dengan bumi, maka ia akan terlihat lebih terang dan lebih besar daripada biasanya.

Itulah kenapa fenomena ini disebut super moon. Meski demikian, jika tanpa bantuan alat khusus, akan sulit untuk membedakan ukuran bulan dari yang biasanya.

Menurut definisi asli super moon, yang pertama kali diciptakan oleh peramal Richard Nolle pada 1979, bulan purnama harus terlihat 90 persen dari posisi terdekatnya ke bumi untuk dijuluki super moon.

Dengan kata lain, bulan purnama yang mencapai 224.865 mil atau 361.885 km dari planet kita yang diukur dari pusat-pusat bulan dan bumi, dapat disebut super moon. Itu sebabnya, kita mungkin mendengar tentang sejumlah super moon pada tahun tertentu.

Blood Moon

Blood moon atau bulan merah adalah istilah untuk menyebut fenomena gerhana bulan total. Saat terjadi gerhana bulan total, bulan akan terlihat berwarna merah, seperti warna darah.

Mengutip The Nine Planets, hal ini terjadi ketika bumi bergerak antara bulan dan matahari, melemparkan bayangan besar di bulan, menempatkan bulan dalam kegelapan.

Gerhana bulan total terjadi ketika bulan kebetulan berada dalam tahap bulan purnama. Ini berarti matahari, bumi, dan bulan berada dalam garis lurus dan tidak ada satupun yang lepas atau berada di bidang yang berbeda.

Terlepas dari kenyataan bahwa bumi melemparkan bayangan di bulan selama gerhana bulan total, kita masih bisa melihat bulan. Itu karena matahari masih bersinar, dan berkas cahaya membengkok di sekitar bumi. Dengan fakta, atmosfer bumi membelokkan cahaya sehingga sebagian cahaya matahari diarahkan ke permukaan Bulan.

Fase akan dimulai saat bulan masuk penumbra atau bayangan samar bumi, kemudian masuk ke bayangan inti bumi atau umbra. Setelah itu, bulan sepenuhnya berada di umbra bumi.

Selanjutnya, bulan keluar dari umbra bumi dan penumbra bumi, yang mana bulan akan terlihat kemerahan “darah” saat bulan berada di umbra, bukan saat mulai masuk ataupun keluar dari umbra bumi.

Bulan berwana merah karena cahaya yang dipancarkan sangat redup. Semakin banyak polusi di sekitar kita, maka bulan akan terlihat semakin merah.

Blue Moon

Blue moon adalah fenomena saat terjadi dua kali fase bulan baru atau purnama dalam satu bulan kalender. Bulan purnama kedua itu disebut yang disebut blue moon.

Alasannya, seperti dijelaskan dalam laman Space, karena adanya perbedaan antara kalender yang manusia buat dengan perhitungan revolusi bulan.

Selama satu tahun, ada 365 hari yang berarti bumi mengitari matahari selama itu juga. Selama satu tahun pula, sebanyak 12 kali bulan akan mengelilingi bumi, yang ternyata bulan tak membutuhkan waktu 365 hari untuk melakukannya.

Faktanya, bulan hanya membutuhkan waktu sekitar 354 hari lebih 10 jam 49 menit untuk 12 kali berevolusi. Dengan begitu, akan ada 235 fase bulan purnama selama 228 bulan kalender. Berarti dalam waktu 19 tahun, akan ada 7 bulan yang terjadi 2 kali fase purnama atau blue moon.

Baca juga artikel terkait STRAWBERRY FULL MOON atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ahmad Efendi
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari