Menuju konten utama

Bappenas Sebut Ibu Kota Baru Tak Perlu Lagi Tabung LPG & Sumur Air

"Kalau sekarang kan kita masih harus cari LPG buat masak, di ibu kota ini tidak boleh lagi masak pakai LPG," Bambang.

Bappenas Sebut Ibu Kota Baru Tak Perlu Lagi Tabung LPG & Sumur Air
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro memberikan keterangan kepada pers mengenai pembahasan rencana pemindahan ibukota negara di Jakarta, Selasa (30/4/2019). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/hp.

tirto.id - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro meminta masyarakat yang nantinya akan pindah ke ibu kota baru untuk mengubah kebiasaannya. Ia mencontohkan agar masyarakat tidak lagi bergantung pada tabung gas LPG karena pemerintah katanya sudah menyediakan jaringan gas yang disalurkan ke rumah-rumah.

Bambang mengatakan berbagai hal ini mungkin dilakukan karena ibu kota nantinya akan dibangun dari nol. Alhasil pemerintah dapat menyediakan berbagai fasilitas pendukung yang sudah direncanakan untuk membuatnya seideal mungkin.

“Kalau sekarang kan kita masih harus cari LPG buat masak, di ibu kota ini tidak boleh lagi masak pakai LPG. Tapi dari jaringan gas kota yang dibangun sejak awal. Sekarang kan banyak rumah enggak ada jaringan gas,” ucap Bambang dalam diskusi bertajuk “Pindah Ibu Kota Ngeara: Belajar dari Pengalaman Negara Sahabat” pada Rabu (10/7/2019).

Contoh lainnya kata Bambang adalah masyarakat nantinya tidak lagi perlu membuat sumur-sumur di sekitar rumahnya. Selain dikhawatirkan berdampak lingkungan karena mengganggu persediaan air tanah, ia menjamin bahwa setiap rumah sudah terhubung dengan jaringan air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat.

“Lalu kami tidak ingin rumah itu ada sumurnya. Setiap rumah ada pipa dan jaringan PDAM. Perusahaan air minum sediakan water supply. Orang bisa menikmati air yang berkualitas dan tidak merusak lingkungan,” ucap Bambang.

Bambang mengatakan bahwa pemindahan ibu kota ini menjadi penting dilakukan karena pemerintha bisa mendesainnya secara lengkap. Berbeda dengan pengembangan kota yang sudah ada atau eksisting, Bambang menganggap sulit melakukan perubahan karena berbagai pembangunan sudah terlanjut dilakukan.

“Jadi perencanaannya engak bisa ideal. Kami ingin yang ideal diterapkan di ibu kota baru,” ucap Bambang.

Baca juga artikel terkait PEMINDAHAN IBU KOTA atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Irwan Syambudi