Menuju konten utama

Banyak Petugas Meninggal, KPU RI Imbau Lakukan Salat Gaib

KPU meminta Salat Gaib ini dilakukan sehabis Salat Jumat pada (26/4/2019).

Banyak Petugas Meninggal, KPU RI Imbau Lakukan Salat Gaib
Hasyim Asy'ari, Komisioner KPU RI, tirto.id/Lalu Rahardian

tirto.id -

Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI mengimbau kepada jajaran KPU di tingkat provinsi dan kabupaten/kota untuk melaksanakan Salat Gaib guna mendoakan petugas-petugas pemilu yang gugur saat bertugas.

KPU meminta Salat Gaib ini dilakukan sehabis Salat Jumat pada Jumat (26/4/2019).

"Khusus yang beragama Islam, lusa setelah Salat Jumat melaksanakan Salat Gaib dalam rangka mendoakan saudara kita penyelenggara pemilu yang meninggal," ujar Komisioner KPU Hasyim Asy'ari di Kantor KPU, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (24/4/2019).

Hasyim mengatakan tak hanya melalui Salat Gaib, KPU RI juga mengimbau jajaran KPUD di seluruh Indonesia untuk menggelar doa bersama.

"Kami dari KPU menyampaikan bela sungkawa sedalam dalamnya kepada penyelenggara pemilu yang telah bekerja hingga meninggal dalam tugas kepemiluan, dan yang sakit," jelas Hasyim.

Hingga hari ini, sebanyak 144 petugas pemilu di 33 provinsi di Indonesia meninggal dunia dan 883 orang sakit.

Ketua KPU Arief Budiman mengatakan perlu ada evaluasi dari penyelenggaran pemilu serentak ini, termasuk dengan teknis-teknisnya.

Hal ini mengingat banyaknya petugas pemilu yang meninggal dunia dan sakit karena kelelahan dalam bekerja.

Arief mengakui penyelenggaraan Pemilu 2019 yang digelar serentak antara Pileg dan Pilpres ini sangat melelahkan. Apalagi sampai adanya petugas-petugas pemilu yang sakit bahkan meninggal dunia.

"Memang melelahkan, ini melelahkan bagi semua. Bagi penyelenggara pemilu, bagi peserta pemilu, bagi petugas keamanan, bagi masyarkat juga. Ini tentu melelahkan bagi semua, jadi saya pikir perlu dijadikan pembahasan bersama," ucap Arief.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2019 atau tulisan lainnya dari Bayu Septianto

tirto.id - Politik
Reporter: Bayu Septianto
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Nur Hidayah Perwitasari