Menuju konten utama

Bantah Prabowo 'Bohongi Penguin', Persepi: Metode Kami Ilmiah

Metode ilmiah digunakan untuk hitung cepat Pilpres 2019, sehingga tak benar Capres 02, Prabowo Subianto merendahkannya dengan sebutan menipu penguin.

Bantah Prabowo 'Bohongi Penguin', Persepi: Metode Kami Ilmiah
Petugas menata 10 kotak suara yang diamankan di Kantor KPU Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Kamis (18/4/2019). KPU Kabupaten Tegal atas rekomendasi Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) pada 20 April 2019 akan menggelar pemungutan suara ulang (PSU) di TPS 04 Desa Blubuk dan TPS 24 Desa Dukuhwringin, karena ditemukan adanya pemilih yang mencoblos menggunakan KTP elektronik luar daerah. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/pd.

tirto.id - Ketua Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi), Philips J. Vermonte membantah pernyataan Capres 02, Prabowo Subianto lembaga survei seolah membuat hitung cepat abal-abal.

Philips memastikan, metode ilmiah digunakan lembaga survei, sehingga Prabowo sepatutnya tak merendahkan lembaga dengan sebutan 'penguin'.

"Quick count [adalah] aktivitas ilmiah, ada metodenya sudah established [mapan]. Bukan abal-abal atau ngarang. Bukan aktivitas menipu penguin. Kami perhatikan debat publik di media seolah-olah berusaha mendeligitimasi metode ilmiah," ucap Philips dalam konferensi pers bertajuk 'Expose Data Hasil Quick Count Pemilu 2019' di Morrissey, Jakarta, Sabtu (20/4/2019).

Sebelumnya, Capres 02 Prabowo Subianto menyebut lembaga survei berbohong soal hasil hitung cepat, sehingga diminta pindah ke negara lain agar bisa membohongi penguin di Antartika.

Peneliti Indo Barometer, Asep Saifuddin mengatakan, data yang digunakan dalam quick count sama dengan sumber data yang digunakan KPU rekapitulasi suara.

Meskipun quick count dan real count berbeda, Asep memastikan data quick count tidak dibuat-buat.

Menurut dia, metode hitung cepat secara acak dengan mengambil data sejumlah TPS yang mewakili populasi dari total TPS di Indonesia lebih dari 800 ribu.

Oleh karena itu, ia menegaskan data quick count dapat dipercaya sebagai prediksi, tetapi tetap tidak bisa dijadikan kesimpulan akhir.

"Quick count ini datanya pasti perhitungan di TPS. Quick count bukan hasil final, kami tidak bisa declare siapa menang atau kalah. Hanya proyeksi tak bias terhadap real count nanti," ucap Asep.

Direktur Eskekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Djayadi Hanan mempertanyakan keraguan orang yang mempermasalahkan hasil quick count.

Menurut dia, quick count sudah berkali-kali dilakukan tanpa ada persoalan yang berarti.

"Kita sudah ada 7 kali pemilu nasional yang pakai quick count. Indonesia sudah ada 1.500-an pilkada. Di situ selalu ada quick count. Tidak ada masalah dengan quick count. Jadi masyarakat dan politisi sudah terbiasa," ucap Djayadi.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Politik
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Zakki Amali