Menuju konten utama

Bantah Deindustrialisasi, Menperin Bandingkan RI dengan Negara Maju

Airlangga Hartarto membantah deindustrialisasi terjadi di Indonesia. Dia menganggap kontribusi industri terhadap PDB di Indonesia tidak jauh berbeda dengan sejumlah negara maju.

Bantah Deindustrialisasi, Menperin Bandingkan RI dengan Negara Maju
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (tengah) berbincang dengan Rektor ITB Kadarsah Suryadi (kanan) dan Director and Chief Innovation and Regulatory Officer Indosat Ooredoo Arief Musta'in (kiri) seusai meresmikan IoT Innovation & Future Digital Economy Lab di ITB, Bandung, Jawa Barat, Senin (18/3/2019). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/foc.

tirto.id - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto membantah tudingan bahwa Indonesia sedang mengalami deindustrialisasi.

Airlangga berpendapat negara dengan peranan industri manufaktur di bawah 30 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) tak bisa dinilai mengalami deindustrialisasi. Dia beralasan kondisi ekonomi global saat ini berbeda dari beberapa tahun lampau.

"Pertama, tadi sudah disampaikan bahwa dunia ini [mengalami era] new normal. Jadi di tahun 1998, zaman ayah saya [Menperin Hartarto] Indonesia itu [kontribusi industrinya ke PDB] 30 persen, tapi kita punya PDB itu USD95 miliar,” kata Airlangga di ICE BSD, Tangerang, Senin (15/4/2019).

Sementara saat ini, kata Airlangga, meski kontribusi industri sekitar 20 persen terhadap PDB, kondisi ekonomi sudah berbeda. Sebab, menurut dia, nilai PDB Indonesia sudah mencapai USD1 triliun.

“Negara yang [kontribusi] industri manufakturnya terhadap PDB 30 persen, di dunia ini nol [tidak ada]," ujar Airlangga.

Dia mencontohkan kontribusi industri di Cina terhadap PDB negara itu juga hanya 29,7 persen. Negara maju lain, seperti Jepang dan Jerman, juga mengalami hal serupa.

"Jadi catat, [kontribusi industri ke PDB] Cina 29 persen. Jadi kalau bicara begitu [kontribusi industri ke PDB di bawah 30 persen] maka Cina pun tidak masuk negara industri,” ujar Airlangga.

“Jepang itu juga di bawah [30 persen]. Jerman sama dengan Indonesia, 20 persen [kontribusi industri ke PDB]," tambah dia.

Airlangga mengklaim standard baru kontribusi industri terhadap PDB yang berlaku saat ini ialah 16,5 persen. Di dalamnya, kata dia, sudah termasuk sektor yang terkait dengan industri (service related to the industry).

"Dalam proyeksi Kemenperin dan McKinsey, kita melihat bahwa dengan implementasi industri 4.0 itu ada potensi kenaikan PDB 1-2 persen. Itu nilainya antara USD125-150 miliar di tahun 2025,” ujar dia.

Airlangga melanjutkan, “Pada 2025 itu, ada potensi 22 juta pekerjaan baru, di mana 4,5 juta terkait manufaktur mulai dari IT, big data, [dan] sisanya service related to the manufacture."

Sebelumnya, dalam Debat Ke-5 Pilpres 2019, Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto menilai kebijakan ekonomi Indonesia salah arah. Dia juga menyatakan sedang terjadi deindustrialisasi di Indonesia.

"Di dalam negeri telah terjadi deindustrialisasi, oleh negara lain, industri-industri bangsa Indonesia tidak produksi apa-apa, menerima bahan produksi dari bangsa-bangsa lain, ini harus kita ubah. Prabowo-Sandi punya strategi untuk mengubah. Kami menilai bangsa ini sekarang menyimpang dari filosofi kemudian tidak punya strategi pembangunan," kata Prabowo pada Sabtu lalu (13/4/2019).

Baca juga artikel terkait DEINDUSTRIALISASI atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Addi M Idhom