Menuju konten utama

Bantah BPN Prabowo, CORE: Investasi Asing Tak Picu Krisis 1998

Sistem keuangan Indonesia lebih kuat dibanding periode 1998, sehingga pengaruh modal asing tak membuat krisis.

Bantah BPN Prabowo, CORE: Investasi Asing Tak Picu Krisis 1998
Foto udara lokasi pembangunan sirkuit Moto GP di kawasan Jakabaring Sport City (JSC) Palembang, Sumatera Selatan, Senin (22/5). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

tirto.id - Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah menilai Indonsia tak akan kembali pada situasi 1998 yang bergantung sepenuhnya dari investasi asing.

Menurut Piter, investasi asing terdiri atas penanaman modal asing atau foreign direct investment (FDI) dengan porsi 5 persen dan portfolio dengan porsi sekitar 40 persen.

Investasi portfolio, kata dia, bisa memengaruhi nilai tukar lantaran berkaitan dengan pasar keuangan.

Gejolak yang ditimbulkan, kata dia, tak akan menyeret Indonesia pada masa lalu seperti krisis moneter pada 1998.

"Ini yang menyebabkan kondisi keuangan fragile [rentan], tapi ini bukan membuat kita berpotensi seperti krisis '98. Kita memang rentan, tapi kalau seandainya aliran modal dalam bentuk portfolio ini dampaknya lebih ke rupiah, kita yang bisa mengalami koreksi seperti tahun 2018," ucap Piter saat dihubungi reporter Tirto, Jumat (12/4/2019).

Penjelasan Piter ini terkait dengan ucapan anggota tim ekonomi BPN Prabowo-Sandi, Anthony Budiawan.

Budiawan mengkritik porsi investasi asing yang tinggi menjadikan Indonesia bergantung modal asing seperti pada 1998.

Menurut Piter, sistem keuangan Indonesia saat ini lebih mumpuni, sehingga situasi 1998 tak mungkin terulang. Ia mencontohkan pada 2018, Indonesia tak krisis meski ada gejolak perekonomian.

"Sistem keuangan kita sudah lebih berbeda dari '97-98. Walaupun masih fragile (ekonominya), struktur ekonomi kita sudah jauh lebih baik. Walaupun kita rentan, kita tidak dalam posisi krisis," ucap Piter.

Piter juga mengatakan, porsi FDI sebanyak 5 persen juga menunjukkan investasi asing belum dominan. Namun, lanjut dia, tetap menandakan Indonesia tergolong kurang kompetitif dibanding negara tetangga. Saat ini, aliran modal asing ke Indonesia masih kecil.

"Itu bukan berita yang bagus [porsi 5 persen FDI]. Berarti kita sangat kecil alirannya. Memang kita tidak dikuasai asing. Bad news-nya artinya kita selama ini tidak bisa bersaing mendapatkan modal asing [dengan negara lain]," ucap Piter.

Baca juga artikel terkait KRISIS EKONOMI atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Zakki Amali