Menuju konten utama
Flash News

Bank Indonesia Kembali Kerek Suku Bunga jadi 5,50 Persen

Rapat Dewan Gubernur BI pada 21 dan 22 Desember 2022 memutuskan menaikkan suku bunga acuan menjadi 5,50 persen.

Bank Indonesia Kembali Kerek Suku Bunga jadi 5,50 Persen
Gubernur BI Perry Warjiyo memberikan keterangan mengenai hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (21/11/2019). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/nz

tirto.id - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 5,50 persen. Selain itu, bank sentral juga menaikkan suku bunga deposit facility 25 basis poin menjadi sebesar 4,75 persen persen dan suku bunga lending facility naik menjadi sebesar 6,25 persen.

“Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 21 dan 22 Desember 2022 memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan menjadi 5,50 persen," kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers Pengumuman Hasil RDG Desember 2022 di Jakarta, Kamis (22/12/2022).

Perry menjelaskan keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi (overshooting) dan memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3,0±1 persen.

Kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah juga terus diperkuat untuk mengendalikan barang impor di samping memitigasi semakin kuatnya mata uang dolar AS dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat.

Dengan penyesuaian ini, Bank Indonesia juga terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi. Pertama, memperkuat operasi moneter melalui kenaikan struktur suku bunga di pasar uang sesuai dengan kenaikan suku bunga BI7DRR tersebut untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasarannya lebih awal.

Kedua, memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah dengan tetap berada di pasar sebagai bagian dari upaya pengendalian inflasi, terutama imported inflation, melalui intervensi di pasar valas baik melalui transaksi spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian/penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

Ketiga, melanjutkan penjualan/pembelian SBN di pasar sekunder untuk memperkuat transmisi kenaikan BI7DRR dalam meningkatkan daya tarik imbal hasil SBN bagi masuknya investor portofolio asing guna memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah.

Analis Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih sebelumnya menilai, keputusan The Fed menaikkan suku bunga membuat beberapa bank sentral melakukan kebijakan yang sama termasuk Indonesia.

Bank Indonesia telah mengikuti langkah The Fed, tercermin untuk keempat kalinya secara berturut turut hingga di pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI November suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) berada pada level 5,25 persen, atau naik 50 bps dari RDG bulan lalu. Jika dihitung, spread suku bunga BI dan The Fed saat ini hanya sebesar 75 bps.

“Oleh karena itu, Bank Indonesia diprediksi akan tetap mengikuti langkah The Fed untuk menaikan suku bunga di pekan depan demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mencegah capital outflow di pasar keuangan seperti saham dan obligasi, di tengah imbal hasil obligasi Amerika Serikat yang lebih menarik,” kata dia.

Baca juga artikel terkait SUKU BUNGA ACUAN atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz