Menuju konten utama
Seri Laporan II

Banjir di Perumahan Bekasi: Pengembangnya Sama, Nasibnya Beda

Perumahan Harapan Indah dan Cluster Heliconia Extension hanya dibatasi tembok. Tapi nasib keduanya beda: yang satu kena banjir, yang lain kering.

Banjir di Perumahan Bekasi: Pengembangnya Sama, Nasibnya Beda
Suasana usai banjir di Perumahan Harapan Indah, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi, Rabu (26/2/2020). tirto.id/Adi Briantika

tirto.id - Nurani sudah tiga hari tidak ganti baju. Daster hijau bercorak kembang, pakaian yang menempel di tubuhnya, sudah lepek. Ada setumpuk baju di lemarinya yang berwarna plastik biru empat susun. Tapi semua demek. Jelas tak bisa dipakai.

Dikeluarkannya satu per satu pakaian di lemari itu untuk dijemur di depan rumah. Dijemur pula sepatu, karpet, dan perabotan di bawah matahari yang sayup.

"Tinggal piring-piring yang belum aku jemur. Tuh masih ada airnya," kata perempuan berusia 56 tahun ini kepada saya, Rabu 26 Februari lalu, menunjuk ke arah tumpukan piring-mangkok yang jumlahnya 5 lusin.

Tetangga Nuraini di RT 6 RW 18 Perumahan Harapan Indah, Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medansatria, Kota Bekasi, juga tengah melakukan hal yang sama: menjemur segala rupa perabotan di rumah masing-masing, setelah diterjang banjir pada Minggu dan Selasa, 23 dan 25 Februari lalu.

Nuraini mengatakan banjir pada Minggu itu adalah yang terparah selama ia menetap di perumahan ini sejak 1991 lalu. "Tahun 1997, 2007 juga banjir, tapi biasa saja. Kalau yang kemarin air sedada," katanya.

Ia menduga banjir bisa separah ini karena saluran air terhalang tembok pembatas yang berada di ujung kompleks. Tembok beton itu membentang sepanjang 500 meter dengan ketinggian 5 meter, membelah Perumahan Harapan Indah yang berada di sebelah selatan dan Cluster Taman Sari serta Cluster Heliconia Extension di sisi utara. Gorong-gorong yang terletak di tembok pembatas itu, menurut Nuraini, tak sanggup menampung debit air hujan yang melimpah, hingga akhirnya berbalik dan menggenang RW 16, RW 17, RW 18, RW 19 dan RW 20.

Warga punya nama khusus untuk tembok ini: Tembok Berlin. "Gara-gara 'Tembok Berlin' jadi banjir. Real estat (Heliconia Extension) sih enggak banjir," katanya.

Banjir Harapan Indah Bekasi

Suasana usai banjir di Perumahan Harapan Indah, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi, Rabu (26/2/2020). tirto.id/Adi Briantika

Tidak Ada Sekolah Hari Ini

Gorong-gorong yang ada di 'Tembok Berlin' adalah satu masalah. Kecilnya selokan dari Perumahan Harapan Indah menuju Cluster Taman Sari adalah masalah lain. Lebar selokan itu hanya 50-60 sentimeter. Kondisi kian parah karena Taman Sari cenderung lebih tinggi ketimbang Harapan Indah. Di RW 18, banjir bahkan tak juga surut selama tiga hari tiga malam.

Karena kondisi ini Saidah terpaksa meliburkan TKIT Khairunnisa sampai Senin (2/3/2020). TK itu terletak di Jl. Nusa Indah 16, RT 003/RW 018.

"Banjir yang Minggu itu sampai setinggi spion motor. TK mirip lautan. Terus Selasa banjir lagi, tapi enggak parah," ujar sang kepala sekolah.

Saidah beserta pegawai TK lain sibuk menata kembali bangku-bangku kelas yang porak-poranda dihantam banjir. Bangku-bangku itu terbuat dari kayu yang dicat warna-warni. Untungnya lebih banyak yang masih bisa digunakan.

Seorang pegawai TK lain, Ani Romlah, sibuk menjemur buku-buku pelajaran dan bacaan di atas meja di tengah lapangan sekolah. Ia bilang buku pasti kering, tapi masih layak dipakai atau tidak, itu perkara lain.

Sejarak 300 meter dari TKIT Khairunnisa, seorang pria paruh baya bernama Sapril sedang membersihkan lantai SMK Yaperti. Sebagian sisi lantai bersih, sisi lainnya masih penuh bercak tanah merah dan lumpur di mana-mana. Sapril nampak telaten menekuni profesinya sebagai penjaga sekolah.

"Tiap hujan gede, udah deh, pasti banjir abis itu," katanya kepada saya. "Ini [banjir] sisaan yang kemaren, kan, dua kali tuh banjir."

Ketika SMK Yaperti diterjang banjir pertama, ketinggian air mencapai dada orang dewasa. "Itu perahu karet BNPB sampai masuk. Evakuasi warga ke lantai 2. Bayangin deh," katanya.

Sapril sempat bahagia saat air surut. Tapi kebahagiaannya tak bertahan lama. Sekolah kembali direndam banjir pada Selasa. Beruntungnya, ketinggian air hanya sebetis orang dewasa. Meski demikian, air tak lekas mengering. Lapangan sekolah masih tergenang air bercampur lumut hijau dan lumpur semata kaki.

SMK Yaperti, yang memiliki 26 ruang kelas, nampak seperti lokasi uji nyali program televisi swasta. Lantai bawahnya lembab, tembok basah, dan meja bangku lepek.

"Yang terparah di lab komputer. 40 komputer kerendam banjir. Infocus dan alat-alat elektronik ancur," ujarnya. "Ada satu ruangan yang belum saya buka sampai sekarang. Kantor Kepala Sekolah," ia melanjutkan.

Sapril melangkah dengan hati-hati di tengah lantai sekolah yang basah dan berlumur. Ia membuka ruangan itu perlahan. Gelap dan bau apek menyeruak mengusik penciuman. "Lihat deh. Berantakan begini," ujarnya di bibir pintu. Ia seolah tak berniat memasuki ruangan itu. Meja dan bangku sudah tak beraturan. Map cokelat dan berkas-berkas berserakan di lantai, tentu tidak dalam kondisi kering.

Ia sudah menjadi penjaga sekolah selama 30 tahun dan setiap kali hujan deras turun, banjir selalu datang. Ia mendaku sudah kebal, meski diam-diam menaruh harapan agar kondisi sekolah yang lebih layak dan bebas banjir.

"Seharusnya dibikin saluran-saluran supaya airnya lancar. Hujan sih enggak masalah, asal salurannya lancar," ujarnya.

Heliconia yang Kering

Cluster Heliconia Extension terdiri dari puluhan rumah dengan rata-rata luas tanah 200 meter dan luas bangunan 174 meter. Rumah-rumah di sini tak pakai pagar. Lingkungan nampak asri dengan pepohonan yang tumbuh rimbun di halaman. Cluster Heliconia Extension dibangun oleh PT Hasana Damai Putra pada medio 2010, yang juga membangun Perumahan Harapan Indah.

Saya ingin memastikan ke warga yang menetap di sana pernyataan Nuraini, bahwa tiap Harapan Indah Banjir, kluster ini tak terdampak sama sekali. Sayangnya satpam tidak mengizinkan saya masuk. Alhasil saya hanya memantau keadaan kompleks dari atas Masjid Baitul Husna yang berada di area Harapan Indah.

Kondisi Heliconia pada Rabu 26 Februari pukul 16.22 relatif kondusif. Tidak ada sampah yang menumpuk di ruas jalan. Tidak ada jemuran pakaian atau perabotan rumah di halaman. Aspal mereka hitam berkilau nan kering. Dari posisi itu saya tidak melihat aktivitas pemilik rumah. Yang terlihat hanya petugas keamanan hilir mudik dan asisten rumah tangga sedang menyapu halaman rumah. Suasananya tentram betul, kontras dengan area tetangga di sisi selatan.

Lim, warga RW 18 Harapan Indah, menduga Heliconia tidak terdampak banjir karena saluran air berada di bawah dan tertutup rapat. Ini adalah saluran yang melintasi gorong-gorong tembok beton yang hanya selebar 4 meter.

"Dari masjid kan ada gorong-gorong bawahnya. Airnya belok kanan, enggak jauh, sekitar berapa meter, airnya belok kiri terus lurus hingga ke ujung ini [Kali Mati]," ujarnya pada saya saat sama-sama meninjau jalur pembuangan air dari Heliconia di Jalan Taman Harapan Indah.

Lim menduga air yang mengalir dari Harapan Indah lalu masuk ke gorong-gorong tembok beton hingga melewati saluran bawah tanah Heliconia tidak tersalurkan dengan benar. Ia menyebut air itu diarahkan ke Kali Mati atau ada juga warga yang menyebutnya Kali Buatan. "Aliran ini sampai ke [sekolah] Saint John. Mentoknya yang dekat Transera [Waterpark]," ujarnya.

Banjir Harapan Indah Bekasi

Suasana usai banjir di Perumahan Harapan Indah, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi, Rabu (26/2/2020). tirto.id/Adi Briantika

Andika Dwiwanto, Koordinator Forum Warga Perumahan Harapan Indah, juga menduga saluran air yang berhulu ke gorong-gorong berukuran tak memadai sehingga rawan tersumbat sampah yang terbawa arus.

"Sudah begitu [saluran] tertutup jadi tak bisa dikontrol [...] ketika air tidak bisa keluar, ya sudah muter-muter saja," ujarnya saat saya temui di RW 18.

Anggota Forum Warga Perumahan Harapan Indah, Wana Alamsyah, menilai aliran air ini harus dibuat jelas. "Setidaknya buka dulu RTRW di sini," katanya.

Saya mencoba menelusuri aliran air yang dibuang dari gorong-gorong tersebut. Ketika air bermuara di Kali Mati, melalui peta digital, saya mendapatkan adanya rute air menuju Sungai Blencong dengan panjang yang ditaksir mencapai 8,9 kilometer.

Sampai naskah ini ditulis, Division Head Town Manager PT Hasana Damai Putra Gunawan belum merespons pesan singkat dan sambungan telepon. Sementara Kepala Bidang Sumber Daya Air pada DBMSDA Kota Bekasi, Zainal Abidinsyah, enggan mengomentari karut marut saluran air di dua pemukiman yang dibikin pengembang yang sama tapi beda nasib ini.

Meski demikian, ia mengatakan banjir sangat mungkin terjadi karena "ada penyempitan sungai di belakang RW 16 Harapan Indah."

==========

Seri Laporan I: Kisah Pilu Korban Banjir di Harapan Indah Bekasi

Baca juga artikel terkait BANJIR BEKASI atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Rio Apinino