Menuju konten utama

Banjir Bandang Banyuwangi Saat Kemarau: Penyebab dan Dampaknya

Banjir Bandang melanda kawasan permukiman tiga dusun di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, pada Jumat pagi (22/6/2018).

Banjir Bandang Banyuwangi Saat Kemarau: Penyebab dan Dampaknya
Banjir bandang menerjang tiga dusun  yaitu Dusun Garit, Karang Asem, dan Bangunrejo di Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Jawa Timur pada Jumat (22/6/2018). FOTO/BNPB.

tirto.id - Banjir bandang terjadi di kawasan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dan sementara ini tercatat mengakibatkan 328 rumah rusak berat, sedang dan ringan. Banjir ini terjadi di tengah anomali cuaca saat musim kemarau.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat banjir bandang itu terjadi pada Jumat pagi (22/6/2018). Banjir itu terpantau meninggalkan lumpur setinggi 1 meter yang menerjang permukiman. Banjir itu mulai surut pada sekitar pukul 11.00 WIB, Jumat siang.

Banjir bandang ini melanda kawasan permukiman di Dusun Garit, Karang Asem, dan Bangunrejo. Tiga dusun itu berada di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi. Banjir itu juga berdampak ke kawasan di Kecamatan Songgon, Banyuwangi.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, sebelum banjir bandang itu terjadi, hujan deras mengguyur lereng Gunung Raung di Kecamatan Songgon sejak Kamis malam hingga Jumat pagi, 22 Juni 2018. Banjir muncul pada sekitar pukul 08.40 WIB.

“Hujan menyebabkan longsor lereng disertai tumbangnya pohon-pohon di hutan di lereng Gunung Raung. Material longsor dan kayu gelondongan menyumbat sungai dan aliran permukaan. Saat hujan terus berlangsung, akhirnya terjadi banjir bandang di sepanjang Sungai Badeng, Sungai Binau, dan Sungai Kumbo,” kata Sutopo dalam siaran resmi BNPB yang diterima Tirto.

Menurut Sutopo, banjir bandang akibat luapan Sungai Badeng telah terjadi 2 kali sepanjang tahun ini. Banjir pertama terjadi pada 15 Mei 2018 lalu.

Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengklaim banjir bandang tersebut tidak disebabkan oleh pembalakan liar maupun hutan gundul di lereng Gunung Raung.

"Banjir diakibatkan adanya gerakan tanah (sleding) di lereng Gunung Raung sisi Banyuwangi, tepatnya dari kawasan Gunung Pendil, akibat curah hujan tinggi," kata Anas usai mendatangi lokasi banjir itu seperti dikutip Antara.

"Ada sekitar 2 juta meter kubik longsoran di Bukit Pendil yang merupakan bukit yang muncul dari muntahan lahar dari ledakan Gunung Raung ratusan tahun silam, sehingga Bukit Pendil tidak terlalu solid dan rawan longsor," Anas menambahkan.

Menurut Anas, hujan deras di lereng Gunung Raung membuat endapan material vulkanik itu longsor dan akibatnya pohon-pohon di sana ikut terseret aliran banjir. Dia menambahkan, hasil penelitian Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) akhir Mei lalu menyimpulkan longsor di Gunung Raung diakibatkan hujan dengan intensitas tinggi yang mengikis permukaan tanah.

"Dari penelitian PVMBG bulan Mei lalu, areal longsor di hulu Sungai Badeng tersebut memang cukup luas. Longsor yang terjadi di kawasan Gunung Raung itu mencapai ketinggian 390 meter dengan lebar 40-50 meter. Jadi ini murni faktor alam," kata Anas.

Pada 20 Juni 2018 lalu, BMKG memang sudah merilis perkiraan akan adanya curah hujan tinggi pada pekan terakhir di bulan Juni 2018. Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, anomali cuaca di musim kemarau diprediksi terjadi selama 7 hari sejak 20 Juni.

“Anomali cuaca akibat adanya tekanan rendah di Samudera Pasifik sebelah timur Filipina, serta udara basah dari Samudera Hindia dan sirkulasi siklonik di wilayah Samudera Hindia Barat Bengkulu, Selat Karimata, dan Selat Makassar, yang mengakibatkan adanya pola pertemuan aliran udara di Bagian Selatan Kalimantan, Perairan Selatan Bangka Belitung, Sumatera Selatan-Lampung, Bengkulu hingga Samudera Hindia," kata Dwikorita.

Ia menambahkan terdapat belokan angin di wilayah Aceh dan Sumatera Utara. Kondisi inilah yang menyebabkan peningkatan cuaca ekstrim, seperti hujan sedang-lebat yang disertai petir dan kilat serta angin kencang di wilayah Pulau Sumatera, Jawa, Bali, NTB dan Sulawesi.

Dampak Banjir Bandang Banyuwangi

Lumpur yang terbawa oleh banjir bandang di Banyuwangi terpantau merusak permukiman, lahan pertanian dan destinasi wisata di Kecamatan Songgon dan Singojuruh. Banjir itu juga menyebabkan akses jalur dari Banyuwangi menuju Jember melalui Gambor ditutup akibat jalan tertutup lumpur setebal 50 centimeter.

Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Banyuwangi Eka Muharam memaparkan, berdasar data sementara, banjir itu membuat 23 rumah rusak berat dan dua di antaranya tersapu arus air, 80 rumah rusak sedang karena terendam lumpur 20 cm hingga 1,2 meter, serta 225 unit lainnya rusak ringan. Tidak ada korban jiwa akibat bencana alam tersebut.

"Sejumlah kecamatan yang dilewati Sungai Badeng, yakni Kecamatan Songgon, Singojuruh, Rogojampi dan Blimbingsari sebenarnya terdampak dari banjir bandang tersebut, namun kondisi yang paling parah dan menerjang permukiman warga berada di Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh, sehingga kami fokus di sini dulu," kata Eka pada Jumat malam, demikian dilansir Antara.

Menurut dia, BPBD Banyuwangi telah menyiapkan tenda pengungsian, dapur umum, dan posko bencana di Balai Desa Alasmalang untuk korban banjir bandang di wilayah itu. Jumlah korban itu sementara ini sekitar 300-an keluarga.

"Sebagian warga yang rumahnya rusak berat ditampung sementara di tenda pengungsian, namun ada juga warga yang memilih tinggal sementara di rumah sanak saudaranya yang tidak terdampak banjir," ujar Eka.

Dia menambahkan, sampai Jumat malam, sebanyak empat ekskavator diaktifkan untuk menyingkirkan material lumpur, kayu, dan batu yang terbawa arus sungai serta menerjang permukiman warga.

“Kami telah berkoordinasi dengan Kodim Banyuwangi untuk melakukan pembersihan. Ekskavator dan truk-truk ditambah untuk mempercepat proses normalisasi pasir di rumah-rumah warga, jalan, dan jembatan, terutama jembatan agar bisa segera digunakan," kata dia.

Baca juga artikel terkait BANJIR BANDANG atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom