Menuju konten utama

Bahlil Sebut Banyak Pengusaha Jadi 'Hantu' yang Hambat Investasi

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebut banyak pengusaha lokal yang menjadi mafia tanah di daerah.

Bahlil Sebut Banyak Pengusaha Jadi 'Hantu' yang Hambat Investasi
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia bersiap mengikuti foto bersama seusai pelantikan menteri Kabinet Indonesia Maju di Beranda Halaman Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (23/10/2019). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/ama.

tirto.id - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebut banyak pengusaha lokal yang menjadi mafia tanah di daerah. Menurutnya, pengusaha-pengusaha tersebut bak hantu yang mengganggu masuknya investasi asing ke Indonesia.

Karena itu, kata Bahlil, tantangan menggenjot investasi di berbagai daerah makin tak mudah lantaran ia harus berhadapan dengan rekan-rekannya sendiri.

"Memang problemnya besar, jujur saja enggak gampang. Saya harus berhadapan dengan teman-teman saya sendiri. Mereka masih jadi hantu, tapi saya sudah tobat jadi hantu. Saya sampaikan ke teman-teman, sudah cukup lah kita bermain-main," ujarnya di Wisma Antara, Jakarta Pusat, Senin (3/2/2020).

Bahlil melanjutkan, BKPM kini telah memberikan peringatan tegas kepada para mafia tanah agar berhenti merintangi tiap investasi yang masuk ke daerah.

Dengan menggandeng Kejaksaan Agung dalam pengawalan investasi, mulai dari tahap perencanaan, ia yakin BKPM dapat mempercepat realisasi penanaman modal asing di daerah.

"BKPM kerja sama dengan polisi, jaksa, sama Pemda setempat. Enggak boleh diganggu. Setelah itu kita kawal sampai produksi. Karena negara akan dapat multiplier effect apabila sudah produksi, BKPM sekarang lebih fokus," imbuhnya.

Mantan ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) itu juga tak akan mentolerir tindakan para mafia tanah. Ia berkomitmen tak akan menggunakan pendekatan birokrasi lantaran tak efektif.

Pendekatan adat dilakukan agar investasi di daerah bisa lancar, seperti kasus Lotte yang bisa selesai dalam 3 minggu.

"Hantu-hantu itu adalah orang yang pernah belajar jadi hantu dan atau dia pernah menjadi hantu. Jadi itu ilmunya enggak ada yang punya itu. Di ITB itu enggak ada ilmu itu. Masalahnya ada di daerah. Ada di tanah. Pemain lokal yang main total di situ, jadi terpaksa kita selesaikan secara adat," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait INVESTASI atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Hendra Friana