Menuju konten utama

Bahaya Buka Pintu Turis Asing saat Varian Baru COVID-19 Bergerilya

Rencana pemerintah mendatangkan wisatawan asing ke Indonesia mendapatkan lampu merah dari para epidemiolog.

Bahaya Buka Pintu Turis Asing saat Varian Baru COVID-19 Bergerilya
Seorang tenaga kesehatan memakai alat pelindung diri sebelum memberikan makanan kepada pasien positif COVID-19 di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Bandung, Jawa Barat, Senin (13/7/2020). (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/wsj)

tirto.id - Pemerintah menargetkan pariwisata bagi wisatawan mancanegara atau asing dapat dibuka paling cepat Juni-Juli 2021. Padahal beragam varian baru mutasi COVID-19 dari negara lain, kini telah masuk ke Indonesia. Para epidemiolog pun menilai, membuka pintu lebar untuk wisatawan asing adalah langkah yang berbahaya.

Target membuka pintu bagi wisatawan asing ke Indonesia itu diungkapkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno. Ia bilang, target itu mulanya diucapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan catatan kasus COVID-19 di Indonesia relatif menurun dan adanya dukungan dari negara tetangga.

“Mengutip presiden kalau angkanya kondusif semua patuh dan kita mendapat reciprocity dari negara sahabat. Mudah-mudahan Juni-Juli kita sudah bisa mulai wisatawan mancanegara,” ucap Sandiaga dalam rapat kerja nasional Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) di Jakarta, Kamis (18/3/2021).

Salah satu langkah pemerintah untuk mencapai target pembukaan destinasi wisata bagi wisatawan mancanegara: percepatan vaksinasi, khususnya bagi pelaku sektor pariwisata.

Di Bali sendiri saja, pemerintah telah mengalokasikan vaksin 2 sampai 2,5 juta dosis. Jumlah ini diharapkan dapat tercapai sebelum Juli 2021, lantaran Bali tergolong sebagai destinasi tulang punggung wisata di Indonesia.

“Mudah-mudahan dengan protokol kesehatan ketat, 3T [testing, tracing, treatment] diperluas, dan vaksinasi ini akan menekan penularan COVID-19 dan level kepercayaan masyarakat meningkat,” ucap Sandiaga.

Lampu Merah dari Epidemiolog

Epidemiolog Indonesia di Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, membuka pintu lebar bagi wisatawan asing saat situasi dalam negeri masih belum terkendali akan menimbulkan masalah baru.

“Di tengah situasi dalam negeri yang belum terkendali. Ditambah dengan ancaman potensi perburukan pandemi akibat varian-varian baru yang mana sistem screening di pintu masuk surveilans di dalam negeri belum optimal, bahkan belum memadai. Ini tentu berbahaya ya. Sangat berbahaya,” katanya kepada reporter Tirto, Jumat (19/3/2021).

Diketahui saat ini sejumlah varian baru seperti B117 yang pertama kali ditemukan di Inggris dan dikenal lebih cepat menular sudah menyebar di Indonesia. Kemudian juga ada varian mutasi N439K asal Skotlandia.

Di luar yang telah diketahui masuk ke Indonesia itu terdapat varian-varian lain yang telah menyebar di berbagai negara seperti varian P1 asal Brazil dan B1351 asal Afrika Selatan. Kedua varian terakhir itu memang belum terkonfirmasi masuk di Indonesia tetapi diketahui telah menyebar di berbagai negara seperti Amerika Serikat hingga negara tentangga, Filipina.

Oleh sebab itu, Dicky bilang membuka pintu lebar untuk wisatawan asing sangat berisiko jika tak dilakukan penguatan di pintu masuk. Bukan hanya karantina yang menjadi 14 hari, tapi juga ada penguatan di aspek pemeriksaan whole genomic sequencing (WGS). Pemeriksaan WGS untuk mendeteksi genom virus dan mengidentifikasi varian ini penting.

Jika tidak dilakukan maka datangnya wisatawan asing akan sangat berbahaya. Oleh sebab itu, Dicky meminta agar pembukaan pintu lebar bagi wisatawan asing perlu dipertimbangkan dengan matang. Sebab jika pandemi makin memburuk faktor ekonomi sosial juga jadi semakin terpuruk.

“Makin lama makin terpuruk karena apa? Ini konsekuensi dari pemerintah yang tidak fokus pada penanganan pandeminya bahkan sekarang sudah bukan setengah-setengah. Sudah lebih dominan ekonominya atau bahkan di luar faktor ekonominya,” ujarnya.

Epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riyono menambahkan, sekalipun para wisatawan asing yang akan masuk ke Indonesia ini diminta mematuhi protokol kesehatan, tetapi, menurutnya, tetap akan sulit. Sebab pandemi di Indonesia masih belum terkendali.

“Kesalahan cara berpikir pemerintah seakan-akan vaksinasi bisa mengendalikan pandemi. Mereka ingin sampai mengatakan seluruh penduduk Bali akan divaksinasi, itu juga cara yang keliru itu kan tidak adil. Kenapa penduduk Bali diprioritaskan untuk vaksinasi padahal kan kita punya punya aturan tadinya bahwa lansia dulu yang divaksinasi karena kan stok vaksin kita terbatas,” ujar Pandu kepada reporter Tirto, Jumat pekan lalu.

Indonesia, menurut Pandu, harus juga belajar dari Negara lain yang juga mengandalkan sektor pariwisata namun tak lantas membuka pintu lebar untuk wisata asing. Salah satu contoh yang ia sebut ialah Thailand yang sampai sekarang hanya mengizinkan turis yang akan tinggal dalam jangka waktu lama minimal tiga bulan. Namun, harus dikarantina terlebih dahulu.

Padahal ia menilai pandemi di Thailand lebih terkendali. “Problemnya Indonesia belum mengendalikan pandemi. Jadi jangan bermimpi dulu untuk memulihkan ekonomi, kendalikan dulu pandeminya di seluruh wilayah Indonesia,” ujarnya.

Bila nekat membuka pintu lebar saat pandemi belum terkendali, ia juga sepakat dengan Dicky bahwa pandemi akan makin memburuk.

Harapan Pelaku Industri Wisata

Mantan Ketua Dewan Pengurus Daerah Asosiasi Travel Indonesia (ASITA) 1971 Bali yang sekarang menjadi penasihat ASITA 1971 Bali, Ketut Ardhana mengatakan, pembukaan pintu wisata untuk turis asing di Bali sudah dinantikan oleh semua pelaku industri pariwisata di Pulau Dewata. Protokol kesehatan, kata dia, sudah pasti akan ditaati oleh stakeholder mulai dari hotel, objek wisata hingga biro bila benar-benar dibuka.

Namun, target pemerintah yang akan membuka pintu untuk wisatawan asing itu, menurutnya, belum ada kepastian, sebab syaratnya adalah apabila kasus COVID-19 sudah terkendali. “Jadi menurut saya masih harapan juga,” kata Ardhana melalui sambungan telepon, Jumat pekan lalu.

Menurutnya, semua pelaku industri pariwisata di Bali juga tidak akan mau bila pintu untuk wisatawan asing dibuka saat kasus COVID-19 belum terkendali.

“Bali tidak bisa memaksakan diri juga untuk dibuka kalau kondisi COVID-19 itu angkanya masih terus meningkat. Tentu Bali tidak bisa karena keputusan ini koordinasi antara pusat dan daerah. Tapi harapan kami tentu sebagai pelaku wisata ya dibuka secepat mungkin karena kami juga sangat sulit menghadapi kondisi ini,” ujarnya.

Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito menegaskan rencana pembukaan pintu untuk wisatawan asing baru akan dilakukan saat pandemi di Indonesia terkendali.

“Pada intinya rencana tersebut baru bisa dilaksanakan saat kondisi COVID-19 sudah cukup terkendali dan sistem maupun infrastruktur pendukung mobilitas sudah siap,” katanya kepada reporter Tirto, akhir pekan lalu.

Baca juga artikel terkait PANDEMI COVID-19 atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Mohammad Bernie & Mohammad Bernie
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Dieqy Hasbi Widhana