Menuju konten utama

Bahaya Anak Sering Makan Junk Food: Obesitas hingga Depresi

Junk food relatif rendah nutrisi penting lainnya seperti protein, serat, vitamin, dan mineral.

Bahaya Anak Sering Makan Junk Food: Obesitas hingga Depresi
Ilustrasi makanan cepat saji. FOTO/istockphoto

tirto.id - Junk food atau makanan cepat saji sering kali lebih menarik perhatian anak-anak karena rasa dan penyajiannya yang cukup menarik.

Junk food adalah istilah umum untuk semua jenis makanan yang kaya energi, karena mengandung banyak lemak dan gula, serta garam.

Namun junk food ini relatif rendah nutrisi penting lainnya seperti protein, serat, vitamin, dan mineral.

Sayangnya tak sedikit anak-anak yang menyukai junk food, padahal mengonsumsi terlalu sering junk food juga memiliki dampak negatif bagi anak-anak.

Berikut beberapa dampak negatif atau efek berbahaya karena terlalu sering mengonsumsi junk food.

1. Obesitas dan kekurangan nutrisi serta vitamin

Dikutip dari laman News-Medical asupan junk food secara teratur atau terlalu sering dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang seperti obesitas, masalah emosional hingga serta penyakit kronis di kemudian hari.

Satu makanan cepat saji dapat menambahkan 160 dan 310 kilokalori ekstra ke asupan kalori harian untuk remaja dan anak kecil.

Kekurangan vitamin seperti A dan C, dan mineral seperti magnesium dan kalsium, juga mendorong berkembangnya penyakit defisiensi dan osteoporosis, serta karies gigi akibat asupan gula yang lebih tinggi.

2. Gangguan atopik

Asupan makanan cepat saji lebih dari tiga kali seminggu dikaitkan dengan kemungkinan gangguan atopik yang lebih besar seperti asma, eksim atau rinitis, sementara keparahan asma hampir 40% lebih tinggi pada remaja dan lebih dari 25% pada anak-anak yang lebih muda.

Makan junk food 4-6 kali seminggu menyebabkan kemampuan matematika dan membaca yang lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak yang tidak terlalu banyak makan junk food.

3. Sembelit

Overdosis kalori, lemak, gula, dan karbohidrat lain dalam makanan berulang mengubah keinginan anak, dan memperkecil kemungkinan anak untuk makan serat, buah-buahan, susu, dan sayuran. Hal ini dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya sembelit.

4. Depresi

Obesitas dapat menurunkan kepercayaan diri, dan mungkin bisa menyebabkan depresi.

Beberapa anak yang mengonsumsi junk food berisiko mengalami depresi meski tanpa obesitas.

Depresi pada gilirannya mempengaruhi parameter pertumbuhan dan perkembangan, kinerja akademis, dan hubungan sosial.

5. Gangguan Tidur

Minuman cola atau sejenisnya sering kali mengandung kafein yang dapat membuat waktu tidur menjadi bermasalah, tak jarang bahkan mengakibatkan insomnia atau gangguan tidur.

6. Hiperaktif

Asam lemak esensial biasanya hilang atau kurang dalam makanan cepat saji. Ini termasuk asam lemak tak jenuh ganda omega-3 dan omega-6 yang tidak dapat diproduksi di dalam tubuh, tetapi penting untuk pembuatan membran sel, dan juga diperlukan dalam konsentrasi tinggi di dalam otak dan retina.

Kurangnya nutrisi tersebut diperkirakan terkait dengan peningkatan perilaku antisosial, dan mungkin dengan hiperaktif, meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membuktikan hal ini.

7. Masalah dengan jantung di kemudian hari

Porsi besar keju dan bahan berlemak lainnya tidak terlepas dari junk food. Dilansir dari laman parenting, hal ini meningkatkan kolesterol dalam tubuh, yang mulai mengendap di sepanjang garis arteri.

Kebiasaan konsumsi junk food membuka pintu bagi munculnya berbagai masalah yang berhubungan dengan jantung di kemudian hari.

8. Resiko diabetes

Kadar gula tertinggi pada junk food dan minuman yang menyertainya secara langsung berdampak pada hati, menyebabkan masalah sekresi insulin dan bahkan dapat menyebabkan diabetes tipe 2 di awal kehidupan.

9. Masalah ginjal

Peningkatan lemak dan kolesterol memberi tekanan pada jantung, menyebabkan peningkatan tekanan darah juga.

Hal ini berdampak pada fungsi ginjal, mengakibatkan retensi air di dalam tubuh karena kadar natrium yang tinggi.

Dokter biasanya akan mencari tanda-tanda tersebut untuk mendiagnosis ginjal yang tidak berfungsi dengan baik.

10. EQ yang lebih rendah

Kehadiran gula dan banyak zat penyedap lainnya mulai memengaruhi hormon yang tumbuh subur pada anak kecil.

Hal ini menyebabkan anak-anak mengalami perubahan suasana hati yang ekstrem, terkadang mengakibatkan tantrum atau bahkan depresi.

11. Risiko kelelahan

Perasaan kenyang yang datang segera setelah mengkonsumsi junk food dapat memuaskan perut tetapi tidak memberikan sumber energi bagi tubuh dalam bentuk protein atau karbohidrat apapun. Hal ini menyebabkan anak menjadi lelah dan lesu sepanjang waktu.

Baca juga artikel terkait JUNK FOOD atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH