Menuju konten utama

Bagaimana Strategi PAN untuk Gaet Pemilih Gen Z di Pemilu 2024?

Wakil Ketua Umum PAN, Viva Yoga Mauladi optimistis partainya bisa meraup suara pemilih muda pada pemilu mendatang.

Header Wansus Viva Yoga Mulyadi. tirto.id/Tino

tirto.id - Sejumlah lembaga survei menyebut lanskap politik Pemilu 2024 akan mengalami perubahan. Hal ini disebabkan pemilih muda diprediksi akan mendominasi dalam perhelatan pesta demokrasi lima tahunan yang akan digelar pada 14 Februari 2024.

Berdasar survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) misalnya, proporsi pemilih muda dalam kelompok usia 17-39 tahun diprediksi mencapai 60 persen. Pemilih muda juga disebut lebih tertarik pada pemimpin yang jujur dan antikorupsi dibandingkan sosok sederhana dan merakyat.

Terkait perubahan lanskap pemilih tersebut, Wakil Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN), Viva Yoga Mauladi optimistis partainya bisa meraup suara pemilih muda pada pemilu mendatang. Sebab, kata dia, PAN kerap diplesetkan sebagai partai artis nasional.

Parpol besutan Zulkifli Hasan ini memang memiliki banyak kader atau calon anggota legislatif yang berlatar belakang publik figur. Sebut saja Sigit Purnomo Said alias Pasha Ungu, Eko Patria, Desy Ratnasari hingga Farel Bramasta.

Viva Yoga dalam wawancara khusus dengan Tirto membahas banyak terkait isu tersebut. Tim Tirto yang terdiri dari Fahreza Rizky, Andrian Pratama Taher, Fransiskus Adryanto Pratama, dan Andhika Krisnuwardhana menemui Viva Yoga di Kantor DPP PAN, Warung Buncit, Jakarta Selatan pada Selasa (18/4/2023).

Berikut petikan wawancara Viva Yoga yang berlangsung sekitar satu jam terkait pemilih muda dan Pemilu 2024.

Belakangan ini keluar kota terus. Apa kesibukan Anda sebagai Waketum PAN, khususnya menjelang Pilpres 2024?

Kami sedang mempersiapkan finalisasi penjajakan dan nanti untuk DPR RI, DPRD Kabupaten/Kota seluruh calegnya akan dimonitoring oleh DPP PAN. Dalam hal ini DPP PAN memiliki komite, namanya Komite Pemenangan Pemilu Tingkat Nasional yang bekerja untuk menyiapkan caleg dan bekerja untuk menyiapkan strategi pemenangan pemilu.

Jadi, seluruh kekuatan sudah terkonsolidasi di rumah PAN yang baru, sejuk, nyaman, dan sederhana.

Dalam sebulan berapa kali Anda dan kawan-kawan rapat dengan Pak Zulhas?

Kalau dengan Pak Ketua Umum, ya, hampir setiap hari, tidak terbatas pada waktu libur. Justru kalau di partai politik hari libur PNS itu adalah hari aktif partai, Sabtu-Minggu. Kegiatan-kegiatan partai, kan, lebih banyak pada Sabtu dan Minggu. Frekuensi pertemuan, frekuensi diskusi, ya, tidak terjadwal harus seminggu berapa kali, hampir setiap hari.

Ini menjadi hal yang positif karena bisa memperbanyak bertemu, melakukan supervising, monitoring terhadap perencanaan yang telah ada di lapangan. Kalau ada hal-hal yang perlu dievaluasi, kami evaluasi. Intinya bahwa PAN terus melakukan koordinasi dan pematangan terhadap strategi persiapan PAN untuk Pemilu 2024.

Berdasar survei CSIS, jumlah pemilih muda di Pemilu 2024 mendekati 60 persen. Bagaimana strategi PAN untuk menggaet pemilih muda?

PAN itu, partai anak muda. Jadi, PAN itu bagian dari anak muda. Orang yang berumur 60 tahun juga merasa dirinya muda di PAN itu. Karena, PAN itu ada yang mengatakan Partai Artis Nasional. Dia tidak salah, karena artis yang bagian dari komunitas profesional merasa nyaman, tenang, dan at home di PAN.

Sebab apa? PAN itu partai yang terbuka yang inklusif, menghargai nilai kemanusiaan, kemajemukan, tidak ada sekat birokrasi antara pimpinan partai, pengurus, dengan anggota dan kader. Ketua umum setiap saat bisa ditelepon, bisa di-SMS, WhatsApp, dan itu dijawab dan setiap kali ketemu ketum bisa ditemuin tanpa protokol, tanpa surat menyurat.

Jadi, suasana yang seperti itu membuat para artis atau bahkan kader yang baru masuk, beberapa purnawirawan, kemudian atlet, dan tokoh-tokoh masyarakat yaitu habib menjadi at home di PAN. Jadi, ini hal yang positif di PAN yang mungkin spesifik berbeda dengan partai-partai yang lain.

Bagaimana cara PAN menyeimbangkan atau menempatkan generasi Z dan milenial untuk mendapatkan tempat yang pas, sebagai partai anak muda?

Setiap partai harus didirikan oleh ideologi yang jelas. Tidak ada parpol yang benar-benar modern dan munafik, tidak didirikan oleh ideologi. Ideologi PAN itu berdasarkan Pancasila dan berasaskan moral politik, agama yang membawa rahmat bagi alam semesta atau dengan kata lain PAN itu adalah partai nasionalis, religius, yang inklusif menghargai kemanusiaan dan kemajemukan.

Tidak ada sekat birokrasi di PAN, sehingga dalam segmen apa pun, dalam kelompok mana pun itu semuanya merasa at home di PAN. Terutama bagi kaum muda, milenial, generasi Z yang nanti pada Pemilu 2024 menempati suara pemilih terbanyak sekitar 60 persen, maka beberapa hal yang telah disiapkan, PAN itu punya badan organisasi otonom, sayap partai namanya Barisan Muda Penegak Amanat Nasional atau BM PAN. Jadi, BM PAN ini menjadi wadah otonom dari komunitas mahasiswa, pelajar, dan pemuda.

Nanti juga kami akan kembangkan lagi untuk amanat milenial dan sebagainya, tetapi di organisasi yang lain yang tidak berafiliasi ke PAN, tetapi mempunyai keterikatan politik itu juga ada beberapa. Di kalangan kaum perempuan, ada khusus organisasi otonom namanya PUAN atau Perempuan Amanat Nasional.

Jadi, PAN menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kaum muda dengan generasi Z dan milenial. Nah, strateginya tiap-tiap partai politik ada yang sama, ada yang tidak sama. Intinya, PAN ingin hadir di tengah kaum milenial, generasi Z bahwa mereka harus diberikan kesadaran politik, kesadaran ideologi bahwa partai politik adalah lembaga demokrasi modern yang berperan penting terhadap kemajuan peradaban Indonesia. Tanpa adanya partai politik, maka tidak ada demokrasi yang bagus, demokrasi bisa bagus kalau diisi oleh para politisi yang memiliki integritas, memiliki kualitas, kapasitas yang bagus, sehingga proses demokrasi dengan penguatan lembaga negara di legislatif, eksekutif, bisa menjadi baik.

Kaum milenial sudah masuk pada posisi-posisi struktur di beberapa partai politik yang lebih bagus. Ini hal yang menjadi sangat positif agar proses-proses politik dengan menghadirkan kaum muda, kaum milenial itu akan ada keterikatan dalam proses untuk merumuskan kebijakan. Contoh, mereka itu mungkin berbeda mindset dengan para pendahulunya karena soal adaptasi dan industri 4.0 sehingga yang dilakukan adalah proses untuk merumuskan kebijakan kontekstual.

PAN memikirkan hal-hal yang seperti itu, makanya PAN membikin magang di PAN, bikin sekolah politik ke anak muda menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan kesadaran politik terhadap mahasiswa atau milenial dan memberikan pemahaman ideologi terhadap gerakan-gerakan yang ada sekarang ini terutama kaum muda dan mahasiswa.

Apa saja program konkret yang sudah dilakukan PAN?

Salah satunya itu MAPAN, sekolah politik, diskusi-diskusi milenial, program-program kerakyatan, banyaklah. Intinya PAN itu hadir di tengah kaum milenial, generasi Z dengan program dan aksi nyata dan merekrut tokoh-tokoh dari kaumnya mereka, misalnya yang terbaru ada Farel, Uya Kuya, banyaklah. Maknya PAN itu sering dipelesetkan Partai Artis Nasional. Karena banyak artis, ya, tetapi di Sumatera Barat, PAN itu Partai Anak Naga. Di daerah saya di Madura, PAN itu, partai anak nelayan.

Bagaimana cara PAN menggaet milenial tanpa gimik, artinya partai bekerja sesuai harapan pemilih muda?

PAN tidak ada drama korea, tidak ada gimik-gimik, mereka tertarik datang ketemu ketum, Bang Zul, dan menyatakan siap bergabung dengan PAN. Beberapa tokoh-tokoh juga yang baru-baru, yang akan mencalonkan di PAN dan tidak ada gimik, karena kita perlakukan mereka sama baik kader yang baru dan lama, tidak ada anak tiri dan emas, kami perlakukan sama. Kalau mereka masuk menjadi calon legislatif mempunyai kewajiban yang sama. Jadi, itulah yang membuat mereka merasa enjoy, nyaman, at home di PAN.

Pemilih muda itu, kan, generasi Z dan milenial. Mereka tertarik dengan kesejahteraan masyarakat seperti penciptaan lapangan kerja, kebebasan sipil. Bagaimana PAN melihat itu, apa bukti konkretnya?

Ya, mereka tertarik dengan hal-hal yang tertarik dengan dirinya sendiri, terutama soal lapangan pekerjaan, kemudian soal ketersediaan fasilitas umum. Hal yang telah dilakukan PAN ya berjuang secara parlementarian di DPR RI, provinsi, dan kabupaten/kota tentang hak-hak yang harus diperjuangkan dalam kerangka bagaimana mengurangi tingkat pengangguran.

Tidak ada PHK, bagaimana meningkatkan kebutuhan ekonomi, apalagi sekarang Ketum PAN Zulkifli Hasan juga menjadi menteri perdagangan, maka peluang untuk berkontribusi dalam rangka meningkatkan kebutuhan ekonomi, meningkatkan jumlah ekspor, meningkatkan strategi pasar, meningkatkan pemberdayaan UMKM, membuka peluang kerja itu justru terbuka lebar. Karena sebagai menteri tentu punya program dan itu berkaitan dengan kesepakatan, sesuai yang ada di APBN yang diketok palu bersama pemerintah dan DPR.

Kita tahu generasi Z, anak muda identik dengan semangat bertindak cepat, ingin mendapatkan banyak hal. Bagaimana cara PAN akomodir semangat anak muda generasi Z yang bergabung ke PAN dan juga bagaimana pemilih pemula ini biar merasa diakomodir?

Kami melakukan kegiatan konkret misalnya magang di PAN, kemudian BM PAN itu melakukan penjaringan program-program untuk peningkatan kapasitas, kemudian berinteraksi dengan mereka. Membuat program-program yang bisa memberikan manfaat untuk kontribusi pemuda dan membuat masa depan mereka.

Intinya, kami melakukan proses penyadaran politik kepada mereka bahwa ayo gabung di PAN, politik itu bisa bersih kalau di tangan orang yang memiliki integritas, tetapi politik Itu bisa berubah hitam apabila kaum milenial dan generasi Z yang punya integritas justru menghindari politik dan bersikap skeptis, tidak boleh seperti itu. Proses penyadaran politik dari PAN terus kami lakukan agar mereka punya kesadaran historis, kesadaran ideologis, dan politis bahwa masa depan Indonesia itu ada di tangan mereka.

Upaya itu, kan, tidak bisa sekali, dua kali, makanya program kontinuitas dari BM PAN telah dibuat dari struktur di partai, baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota. Intinya, kami memposisikan anak muda tidak semata-mata untuk elektoral saja, tetapi ada tanggung jawab dari PAN memperdayakan mereka untuk proses penyadaran politik, ideologis, historis bahwa mereka berada di PAN dalam rangka untuk memperbaiki dan memberikan kontribusi positif bagi pembangunan Indonesia.

Jadi, itu. Bukan semata-mata kami menjaring [generasi muda, demi] misi elektoral, tetapi tanggung jawab dari PAN terhadap mereka kaum milenial dan generasi Z memberikan kesadaran bahwa masa depan Indonesia ada di tangan mereka.

Salah satu isu yang paling konsen pemilih muda ini, kan, salah satunya terkait pemberantasan korupsi, apa saja yang dilakukan PAN terkait itu?

Soal [isu] korupsi, kami berusaha semaksimal mungkin untuk lembaga-lembaga untuk kader-kader yang ada di lembaga legislatif dan eksekutif agar betul-betul menjaga muruah pribadi. Karena dengan menjaga muruah pribadi, bekerja sesuai dengan aturan, tidak terlibat proses hukum itu menjadi bagian dari proses pendidikan politik rakyat dengan keteladanan.

Ini menjadi tantangan buat diri sendiri, bukan hanya buat PAN dan juga buat partai politik yang lain bahwa kader-kader partai yang ada di lembaga legislatif dan eksekutif harus benar-benar mengabdi untuk kepentingan rakyat dan bangsa. Yang kedua, beberapa kali kami melakukan program dengan KPK. Kami akan program sampai ke tingkat daerah untuk memberikan beberapa hal penting terkait dengan pencegahan korupsi.

Ketiga, kami berusaha untuk terus saling mengingatkan bahwa PAN adalah lembaga perjuangan, PAN adalah alat politik perjuangan untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran, nilai-nilai kebaikan. Oleh karena itu, semua nilai-nilai yang bersih dan baik harus dijaga oleh kita semuanya, baik kader PAN yang ada di legislatif maupun kader PAN yang ada di eksekutif, meskipun tantangan ke arah penyimpangan, deviasi, kami akan berupaya semaksimal mungkin bersama dengan partai politik yang lain untuk menjadi kontributor clean government dan good goverments.

Para pemilih muda memilih karakter pemimpin nasional tidak lagi merakyat dan sederhana, tetapi lebih kepada pemimpin yang jujur dan antikorupsi. Memiliki kemampuan membuat perubahan, memimpin di saat krisis. Bagaimana PAN merespons ini? Apakah Zulhas layak disebut pemimpin demikian?

Jadi, memang banyak sekali hasil lembaga survei yang membeberkan hasil yang berbeda-beda, tetapi saya senang dengan adanya lembaga survei. Itu adalah bukti bahwa politik Indonesia sudah mengarah ke alam berpikir rasional. Artinya, yang bersifat kualitatif bisa diukur secara kuantitatif dalam bentuk angka-angka, misalnya mengukur popularitas baik elektabilitas, hal-hal yang bersifat kualitatif, subjektif bisa diubah menjadi angka-angka, persentase yang objektif dan kuantitatif, meskipun kadang saya agak keras menyoroti lembaga survei yang abal-abal. Lembaga survei yang abal-abal itu adalah melakukan penipuan berdasarkan ilmu statistik yang seakan-akan bertindak secara ilmiah.

Padahal, survei itu produk dari sikap dan nilai akademis ilmiah menggunakan ilmu statistik, tapi tidak semua lembaga survei misalnya satu dua lembaga survei dari 2004 sampai 2023 selalu menyatakan PAN itu partai nasakom, partai yang nasibnya satu koma. Minggu yang lalu di bawah nasakom lagi.

Mereka melakukan kesalahan secara konsisten bahwa PAN tidak akan lolos ambang batas parlemen sejak ambang batas parlemen dua persen, tiga persen, dan empat persen. Sampai sekarang juga ngomong begitu. Jadi, mereka konsisten melakukan kesalahan, apa lembaga survei kayak begitu, kenapa begitu?

Sedangkan, hasil survei lembaga yang lain hampir mendekati hasil rapat pleno KPU, tetapi yang satu, dua lembaga ini jauh banget. Ketika kita tanyakan, ya karena itu carik-carik PAN. Pertanyaannya memang hanya caleg PAN yang bergerak, caleg partai lain tidur. Sama-sama bergerak, kan. Jadi, kalau untuk mengutip hasil survei harus hati-hati karena tidak seluruh lembaga survei itu kredibel.

Untuk Bang Zulhas, terserah kepada masyarakat. Kalau memang dipercaya, ya kenapa tidak, tetapi PAN menginginkan figur-figur yang tampil itu betul-betul figur yang memiliki integritas, track record, visi, pekerja keras, cinta tanah air, yang betul-betul sudah teruji. Ukuran visi bisa diukur, terus ukuran kapasitas bisa diukur, komitmen perjuangan bisa diukur dari sikap.

Jadi, semua yang menjadi harapan dari masyarakat melalui hasil survei itu adalah merupakan aspirasi masyarakat yang harus dijawab oleh calon-calon pemimpin bangsa, tapi ini masih proses sekarang. Ini dalam proses pematangan politik untuk menentukan pasangan calon menjelang pendaftaran di KPU September 2023.

Bagaimana PAN melihat pemilih muda, apakah hanya objek semata atau subjek dalam setiap pengambilan keputusan?

Kan, tadi sudah saya ceritakan. PAN itu tidak melihat mereka dari sisi elektoral saja menjadi objek, mereka harus menjadi subjek. Caranya, meningkatkan kesadaran politik, ideologis mereka.

Kedua, mereka harus terlibat secara aktif. Caranya, ya, mereka harus masuk di partai politik, masuk di PAN, masuk di partai politik lain agar terlibat. Sekarang sudah ada di lembaga legislatif, eksekutif, wali kota, itu menjadi salah satu bukti bahwa mereka terlibat.

Soal persentase tinggal ditingkatkan apa enggak, tetapi karena ini hanya pemilihan elektoral, maka semua ditentukan oleh bagaimana strategi memenangkan pemilu elektoral ini. Intinya bahwa kita tidak ingin menjadikan kaum milenial, generasi Z sebagai objek politik, tapi PAN menginginkan mereka ikut terlibat aktif minimal mengemukakan ide, gagasan perubahan bangsa, dan yang kedua ikut aktif melalui proses-proses politik di lembaga legislatif, eksekutif melalui partai politik.

Viva Yoga Mauladi

Wakil Ketua DPP PAN, Viva Yoga Mauladi. (Tirto.id/Andhika Krisnuwardhana)

Animo pemilih muda untuk aktif dalam politik formal seperti mencalonkan diri dalam pemilu legislatif dan kepala daerah lumayan baik. Namun, belum tersedia mekanisme politik di internal partai yang memungkinkan mereka untuk berpartisipasi aktif, seperti masih rendahnya ketertarikan mereka menjadi kader/anggota partai. Ke depan partai politik perlu memberikan kuota pencalonan khusus bagi pemilih muda. Bagaimana PAN melihat ini?

Ukuran politik seluruhnya ukuran nasional. Tadi saya katakan berdasarkan pada hasil survei hal yang bersifat kualitatif yang merupakan aspirasi dari masyarakat tentang popularitas, elektabilitas bisa diukur oleh lembaga survei dan keluar produk persentase berapa kekuatan figur terhadap aspirasi masyarakat.

Jadi, ini adalah kompetensi elektoral. Elektoral itu tidak ada kebijakan afirmasi, kaum muda kasih peluang, tapi tidak bisa, tapi bahwa proses kompetensi itu harus dicermati secara adil, fair. Jadi, saya menyakini kaum milenial itu tidak kalah dengan kaum kolonial. Mereka sangat taat, punya kemandirian, banyak juga yang crazy rich dan di PAN mereka bebas untuk berekspresi, contoh crazy rich di Jatim menjadi kader dan nanti nyalon, artinya ada kesadaran politik dari mereka bahwa untuk melakukan perubahan dan ikut terlibat dalam pembuatan kebijakan harus masuk partai politik, tidak boleh di luar, kalau di luar LSM, kaum kritikus, pakar, [baru] boleh mengungkapkan ide, gagasan, tapi kalau mau terjun sebagai aktor, sebagai subjek menjadi bagian penting dari sebuah perubahan kebijakan, mereka harus terjun menjadi kader partai. Tapi untuk proses bagaimana mereka tampil, ya sesuai dengan kompetensi secara alamiah saja, bersaing dengan siapa pun.

Masih merujuk survei ini, pemilih muda menggali sumber informasi dari medsos. Lantas, apakah PAN memanfaatkan medsos untuk menggaet pemilih muda?

PAN memanfaatkan medsos untuk menggali komunikasi, sosialisasi dan berinteraksi dengan kaum muda, di IG, TikTok, Twitter, Facebook. Semuanya dimaksimalkan, dalam rangka apa? Ada proses interaksi yang mereka sosialisasi, aspirasi apa yang mereka butuhkan, kapan punya program seperti ini kami wartakan.

Jadi, proses saling take and give informasi itu menjadi bagian penting agar PAN itu dirasakan oleh mereka dan PAN bisa menangkap aspirasi mereka. PAN itu menjadi salah satu partai yang menganggap medsos adalah bagian penting dalam elektoral pemilu. Bagi, partai politik yang tidak masuk dalam medsos, dia akan masuk ke jurang.

Strategi khususnya apa untuk mendekati pemilih muda?

Ya, kami melakukan interaksi dengan mereka, apa kebutuhan mereka, aspirasi mereka kami fasilitasi, kami follow up, fokus kaum muda, PAN dulu, kan, sudah prediksi akan bertemu dengan mereka kaum muda, tanpa embel-embel partai, tanpa embel-embel organisasi bertemu dengan mereka. Kami serap aspirasi mereka, terus kami tampung, kami rumuskan dalam satu kebijakan yang kita perjuangkan oleh lembaga legislatif maupun di tingkat daerah.

Pandangan Pak Zulhas soal partisipasi anak muda dalam politik?

Bang Zul itu sangat konsen terhadap kaum muda dan generasi Z dilihat dari medsosnya, kan, tergambarkan bahwa beliau sangat konsen untuk itu. Bang Zul menginginkan anak muda ini melek politik dan ideologi dan menjadi bagian dari perubahan sejarah bangsa.

Bang Zul menginginkan anak muda itu tidak cengeng, anak muda yang mandiri, yang punya visi dan tidak muda putus asa seperti dirinya. Jadi, kalau mas membaca biografi-biografi Bang Zul, seperti itulah cerita Bang Zul terhadap anak muda, karena pada waktu dia merantau tanpa sandang, pangan, papan, tanpa pegang apa-apa, hanya bekal dari emaknya dia ke Jakarta sampai akhirnya dia menjadi menteri perdagangan dan ketum PAN.

Jadi, perjalanan panjang Bang Zulhas dalam eksistensinya sebagai manusia itulah yang menjadi cikal bakal Bang Zul agar anak muda itu tidak cengeng, tidak boleh putus asa, harus kerja keras, harus pintar, sekolah, harus berinteraksi, mandiri, harus punya cita-cita.

Baca juga artikel terkait WAWANCARA atau tulisan lainnya dari Fransiskus Adryanto Pratama

tirto.id - Politik
Reporter: Fransiskus Adryanto Pratama
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Abdul Aziz