Menuju konten utama

Bagaimana Nasib Pengungsi Gunung Merapi di Tengah Pandemi Covid-19?

Para pengungsi erupsi Gunung Merapi tidak hanya berhadapan dengan bencana, tetapi juga pandemi Covid-19. 

Bagaimana Nasib Pengungsi Gunung Merapi di Tengah Pandemi Covid-19?
Petugas medis memeriksa pengungsi yang sakit di barak pengungsian Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (9/11/2020). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/foc.

tirto.id - Sampai dengan Rabu, 11 November 2020, total ada sekitar 203 orang pengungsi erupsi Gunung Merapi di Kalurahan Glagaharjo, Kapanewon Cangkringan.

"Sampai tadi malam pengungsi di barak pengungsian Glagaharjo ini menjadi 203 orang, setelah ada penambahan empat orang, " kata Panewu (Camat) Cangkringan Pramono di barak pengungsian Glagaharjo, DIY, seperti dilansir Antara.

Pada awalnya, kata dia, ada sekitar 164 warga Dusun Kalitengah Lor, Glagaharjo yang mengungsi, namun kini jumlahnya bertambah menjadi menjadi 185 orang. "Kemudian hari ketiga 198 dan tadi malam hari keempat menjadi 203 orang pengungsi," katanya.

Berdasarkan data yang ia terima, kebanyakan penambahan dari pengungsi dewasa. Pengungsi dewasa ini sebenarnya bukan kelompok rentan yang wajib mengungsi.

"Namun mereka ikut mengungsi barangkali menemani kakek/neneknya, menemani anaknya atau penduduk dewasa yang merasa khawatir karena punya trauma erupsi Merapi 2010," katanya.

Untuk kebutuhan logistik pengungsi, kata dia, masih mencukupi. "Tadi sudah kami cek untuk logistik, bahan pangan sangat aman, kemudian untuk peralatan mandi dan kebutuhan sehari-hari semua sudah tersedia di gudang logistik," katanya.

Selain itu, kata Pramono, peralatan protokol kesehatan COVID-19 juga sudah memadai seperti tempat cuci tangan, sabun cuci tangan, skat antar-pengungsi dan lainnya.

"Hanya saja yang paling mendesak adalah masker medis, agar setiap hari pengungsian bisa ganti masker. Karena kalau masker kain, pengungsi lansia akan kesulitan ganti tiap tiga jam dan mencucinya," katanya.

Sejak ditetapkannya status Siaga Level 3 Gunung Merapi, pada 5 November lalu, warga yang tinggal di beberapa desa di sekitar kawasan Gunung Merapi telah mengungsi, tetapi tetap menerapkan protokol kesehatan.

Per Sabtu (7/11), jumlah pengungsi di Kabupaten Magelang, seperti diwartakan Antara, sudah mencapai 635 orang di tujuh titik pengungsian. Hal itu disampaikan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Edy Susanto.

Selain itu, puluhan warga lereng Gunung Merapi yang masuk dalam kategori rentan, termasuk balita dievakuasi ke tempat penampungan pengungsian sementara (TPPS) di Desa Tlogolele Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, pada Senin (9/11).

Imbauan Sultan

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X pada hari ini, Rabu, 11 November 2020 mengingatkan agar menerapkan protokol kesehatan untuk para pengungsian erupsi Gunung Merapi di barak pengungsian Glagaharjo, Kapanewon Cangkringan, Sleman, DIY.

"Di samping harus mengantisipasi Merapi tetapi juga jaga pencegahan penularan COVID-19. Protokol kesehatannya harus dipenuhi," kata Sri Sultan seusai memimpin Apel Kesiapsiagaan Bencana di Mako Brimob Polda DIY, Baciro, Yogyakarta, seperti diwartakan Antara.

Ia mengatakan, Pemkab Sleman sudah memfasilitasi protokol kesehatan, sarana dan prasarana untuk para pengungsi di Glagaharjo, Cangkringan. "Untuk para pengungsi sudah ditangani oleh Sleman," kata dia.

Sultan mengaku sudah meminta Pemkab Sleman agar tetap memastikan kesehatan para pengungsi, terutama yang masuk kategori kelompok rentan seperti manula, balita, serta ibu hamil. Menurut Sultan, hal itu untuk mencegah penyebaran COVID-19 di tengah-tengah pengungsian.

"Kesehatan harus benar-benar diperhatikan, diperiksa betul-betul supaya pengungsi dalam keadaan sehat. Ini menyangkut protokol kesehatan, karena COVID-19 jadi pertimbangan. Jangan sampai timbul masalah baru di pengungsian," kata Sultan.

Ia juga menekankan, setiap lokasi pengungsian harus disediakan satu ruang khusus untuk karantina, sehingga, bila ada pengungsi yang terkena Covid-19 bisa langsung diisolasi sehingga tidak menyebar ke pengungsi lainnya.

Sementara itu, Koordinator Bidang Operasi Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Endro Sambodo mengatakan, lokasi pengungsian sudah diberlakukan sejumlah prosedur pencegahan COVID-19, mulai dari prosedur untuk para petugas, protokol untuk para pengungsi, distribusi logistik, relawan, serta kedatangan orang di pengungsian.

"Yang jelas sesuai prosedur mulai dari memakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak itu terus kami tekankan," kata Endro.

Tips Mencegah Covid di Tempat Bencana

Sebelumnya, pada Oktober 2020 lalu, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito pernah memberikan beberapa tips dan upaya mitigasi bencana untuk menekan penularan COVID-19 di lokasi pengungsian.

"Karena harus disesuaikan dengan bencana non alam yaitu pandemi COVID-19. Kontigensi plan dan mitigasi risiko harus disiapkan dengan matang untuk meminimalisir kerugian bahkan korban jiwa pada sektor terdampak termasuk memastikan lokasi pengungsian, yang akan digunakan untuk dapat meminimalisir penularan COVID-19," kata Wiku seperti dilansir dari laman resmi Satgas Penanganan Covid-19.

Berikut adalah beberapa tips untuk menekan penularan COVID-19 di lokasi pengungsian sebagaimana disampaikan oleh Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito:

1. Pemerintah daerah harus menyiapkan lokasi pengungsian yang menerapkan protokol kesehatan COVID-19. Tujuannya, untuk mengurangi potensi penularan COVID-19 serta penyakit lainnya.

2. Kepada masyarakat, Wiku mengatakan, apabila memungkinkan agar menghindari lokasi pengungsian di tenda jika tidak terpaksa. Selain itu, manfaatkan tempat-tempat penginapan yang terdekat sebagai lokasi pengungsian.

3. Para pengungsi harus mendapatkan masker cadangan, hand sanitizier, alat makan pribadi dan tempat evakuasi yang dirancang untuk menjaga jarak pengungsi. Dan harus ada petugas kesehatan di sekitar pengungsian.

4. Pemerintah daerah, khususnya di wilayah rawan bencana, harus menyiapkan segala peralatan dan fasilitas sesuai protokol kesehatan. Bagi masyarakat tetap patuhi 3M, memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak selama di lokasi pengungsian.

5. Pemerintah daerah juga diminta bersinergi dengan lembaga daerah TNI, Polri serta masyarakat untuk menghindari klaster Pengungsian.

6. Daerah yang rawan juga diminta untuk berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), untuk mempersiapkan segala fasilitas yang dibutuhkan.

"Ingat, protokol kesehatan merupakan langkah yang penting untuk melindungi diri kita dan orang-orang terdekat dari COVID-19. Pemerintah daerah juga harus lakukan monitoring yang ketat termasuk testing dan tracing jika dibutuhkan di lokasi pengungsian," ujarnya.

Baca juga artikel terkait STATUS GUNUNG MERAPI atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Agung DH