Menuju konten utama

Bagaimana Nasib Bisnis Musik di Era Social Distancing Virus Corona?

Beberapa musisi menggelar konser online untuk mengatasi penurunan pendapatan akibat virus corona COVID-19.

Bagaimana Nasib Bisnis Musik di Era Social Distancing Virus Corona?
Ilustrasi pertunjukan musik. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Virus corona COVID-19 tidak hanya membuat panik masyarakat dunia, tetapi juga memukul industri musik di seluruh dunia. Musisi Inggris misalnya, mereka mengalami kerugian sekitar £ 13,9 juta atau setara Rp 247 miliar (kurs 17.837) akibat penyebaran pandemi virus, demikian seperti dilansir NME.

Kerugian itu diketahui saat sebuah lembaga The Musicians Union, yang memiliki lebih dari 32.000 anggota, melakukan survei kepada 4.100 anggota. Hasilnya, 90 persen responden mengatakan virus corona berpengaruh terhadap pendapatan mereka.

Kepada The Guardian, Sekretaris Jenderal The Musicians Union, Horace Trubridge mengatakan, lembaganya juga akan memberikan hibah sebesar £ 200 untuk musisi yang tidak bekerja.

Sementara di Australia sendiri, menurut I Lost My Gig Australia, pembatalan ribuan acara konser musik, baik skala besar maupun kecil sejauh ini mengalami kerugian mencapai 200 juta dolar AS, demikian seperti dilansir ABC. Tokoh-tokoh seluruh industri musik Australia bahkan mengadakan pertemuan besar untuk membahas masalah besar yang diakibatkan virus corona.

Musikus Australia, Alex Lahey bahkan membuat surat terbuka untuk Perdana Menteri Victoria, Daniel Andrews agar mencari dukungan bagi para seniman dan industri musik yang mengalami kerugian akibat corona.

"Aku seharusnya sedang tur di Eropa, tapi sayangnya, itu sudah ditunda jadi aku kembali ke rumah," katanya.

Di Amerika, pembatalan sejumlah acara seperti SXSW, Coachella, konser Pearl Jam dan Madonna juga turut menghancurkan industri musik di Amerika Serikat. Diprediksi, kerugian akibat pembatalan acara yang berhubungan dengan corona mencapai 26 miliar dolar AS. Kendati demikian, beberapa sumber dari sektor tersebut menolak menjelaskan secara rinci terkait dampaknya kepada majalah Rolling Stone.

Namun, direktur pelaksana sebuah label independen, Zena White mengatakan: "Kami sedang mempersiapkan segalanya meskipun kami berharap cukup banyak perusahaan dan organisasi mengambil taktik mitigasi dengan serius, itu bisa diatasi pada musim panas," ungkapnya.

Selain itu, pembatalan tur BTS, Avril Lavigne, Green Day, Mariah Carey, Slipknot dan masih banyak lagi bahkan turut berpotensi menyebabkan kerugian terhadap industri musik senilai 54 miliar dolar AS, demikian diberitakan Forbes.

Bagaimana dengan penjualan musik streaming?

Ketika social distancing merugikan industri pertunjukkan musik, seperti konser dan tur. Mungkin orang-orang berpikir: "para musisi kan masih bisa berharap dari penjualan musik streaming?". Namun, anggapan itu salah besar. Sebab, sebuah data justru menunjukkan terjadi penurunan jumlah pendengar musik streaming di Amerika Serikat sepanjang pekan lalu.

Seperti dilansir NME, perusahaan penyedia analisis data, Alpha Data mengatakan, para pendengar musik streaming di Amerika Serikat turun 7,6 persen sepanjang 13-19 Maret 2020. Padahal, pekan tersebut merupakan waktu di mana banyak orang Amerika melakukan karantina diri dan segala macam bisnis ditutup di seluruh negeri.

Tidak hanya itu, penurunan juga terlihat dalam penjualan album dan lagu digital. Penjualan album fisik, album digital, dan lagu digital anjlok masing-masing sebesar 27,6 persen, 12,4 persen, dan 10,7 persen. Penurunan yang terjadi dilaporkan termasuk 4,3 juta dolar AS untuk penjualan di Bandcamp Jumat (20/3/2020) lalu ketika perusahaan memotong penjualan sebagai dukungan kepada para artis.

Hal ini diperburuk dengan keputusan Amazon untuk menghentikan pengiriman baru dari penyedia musik AS hingga 5 April. Keputusan ini dibuat untuk memprioritaskan hal-hal penting yang diminta seperti produk rumah tangga dan pasokan medis.

Sementara itu, statistik Alpha Data juga menunjukkan adanya pergeseran jenis musik yang disukai oleh para pendengar. Lagu-lagu baru yang dirilis dalam delapan minggu terakhir mengalami penurunan 14,5 persen, dua kali lipat penurunan yang dialami lagu yang dirilis 18 bulan yang lalu atau sebelumnya, demikian seperti ditulis Rolling Stones.

Demikian pula untuk musik populer, juga mengalami penurunan lebih tinggi daripada musik secara keseluruhan. Lima ratus lagu teratas memiliki jumlah pendengar 12,9 persen lebih sedikit sepanjang minggu lalu daripada 500 lagu teratas di minggu sebelumnya.

Strategi Para Musisi

Para musikus tampaknya tidak kehilangan akal meskipun virus corona turut memakan rantai perekonomian mereka. Saat para musikus itu kembali ke rumah akibat pembatalan sejumlah tur, mereka mulai mengadakan konser streaming untuk menghibur penggemarnya yang mengisolasi diri.

Vokalis Coldplay, Chris Martin turut menggelar konser yang disiarkan di Instagram, Keith Urban bahkan menggelar konser daring bersama istrinya, John Legend juga turut menyanyikan single berjudul "Actions" dan beberapa hari kemudian merilisnya di layanan streaming.

Cara seperti itu tidak hanya dilakukan oleh musikus yang sedang naik daun saja, tetapi juga berlaku untuk penyanyi baru untuk mencari basis pendengar mereka. Penyanyi pop Inggris, L Devine bahkan menggelar acara bertajuk "URL Tour" di berbagai platform media sosial setelah membatalkan tur Eropa.

Pada pertama pertunjukannya di Instagram tanggal 16 Maret lalu, ia mampu menarik 32 ribu penonton. "Ada kemungkinan Anda dapat menjangkau khalayak yang lebih luas ketika Anda melakukan secara online," katanya, seperti dilansir Billboard. "Ini memberi orang sesuatu untuk dinanti-nantikan."

Tidak hanya melulu soal uang saja, rocker asal Inggris, Yungblud bahkan bersedia tampil secara online untuk memberikan hasilnya untuk amal. Ia berhasil menarik 300 ribu pemirsa untuk acara bincang-bincang di Youtube. "Meskipun aku tidak menghasilkan uang, aku dalam posisi beruntung di mana aku mendapatkan royalti," katanya.

Baca juga artikel terkait KONSER MUSIK 2020 atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Musik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Agung DH