Menuju konten utama

Bagaimana Menangani Cedera Seperti Dialami Anthony Ginting?

Jika tak segera ditangani, cedera ringan saat olahraga bisa berujung fatal.

Bagaimana Menangani Cedera Seperti Dialami Anthony Ginting?
Pebulutangkis tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting mengalami cedera saat bertanding melawan Shi Yuqi pada partai pertama, final bulutangkis beregu putra Indonesia melawan China di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (22/8/2018) malam. tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Kram paha membuat perjuangan Anthony Ginting terseok pada akhir gim ketiga partai kesatu final beregu putra Asian Games 2018. Pemain bulutangkis berusia 22 tahun itu terpaksa mundur dengan kedudukan 21-14, 21-23, 20-21, dan dinyatakan kalah dari Shi Yuqi. Ginting hanya punya waktu satu hari untuk memulihkan diri, sampai kemudian kembali berlaga pada Jumat esok.

Dilansir laman Antara, Sekretaris Jenderal PP Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), Achmad Budiharto mengatakan kram yang dialami Ginting terbilang parah. Rasa sakit itu mulai dirasakan sejak pertengahan gim penentuan, dan paling terasa di betis. Namun, Ginting masih terus bermain meski akhirnya tak bisa menyelesaikan pertandingan dengan sempurna.

“Ginting juga mengalami dehidrasi sehingga tarikan kram semakin kuat,” kata Achmad. Pemulihan Ginting akan dilakukan dengan melibatkan fisioterapi, menjaga elektrolit tubuh, dan pengaturan pola makan yang memberi asupan gizi serta nutrisi cukup.

Kram otot merupakan salah satu cedera yang sering menyerang individu dengan aktivitas olahraga tinggi seperti atlet. Laman Medicine Net menyebutkan kondisi ini terjadi karena otot kurang rileks sehingga menimbulkan kejang otot. Kejang otot berkelanjutan kemudian menyebabkan kram. Diperkirakan, 95 persen orang di dunia mengalami kram dalam fase hidup mereka.

Sejatinya, sebagian otot dalam tubuh dapat dikontrol dan berkontraksi dalam dalam satu mode. Otot-otot dirancang untuk mempertahankan postur tubuh, seperti menopang leher, kepala, lengan, dan kaki. Otot-otot tersebut melakukan kontraksi bergantian saat tubuh bergerak dan bersantai. Kram terjadi karena kontraksi otot secara tak sadar.

Selain kram, ada beberapa cedera lain yang umum terjadi saat berolahraga, di antaranya peradangan otot maupun sendi akibat salah posisi, otot robek/putus, ataupun dislokasi otot, tulang, dan sendi. Sementara itu, jenis cedera pada kaki meliputi ligamen pergelangan kaki robek, cedera tendon Achilles, dislokasi tendon peroneal, dan keluhan nyeri yang berhubungan dengan kondisi flatfoot atau kaki datar.

Kondisi tersebut dapat terjadi karena kesalahan posisi bagian tubuh saat berolahraga, bersinggungan dengan sesama pemain, teknik bermain kurang tepat, penggunaan otot berlebihan, dan dehidrasi.

Infografik Cedera Akibat olahraga

Butuh Pemulihan Panjang

Kejadian otot putus pernah dialami oleh pebulutangkis putri, Nitya Krishinda Meheswari saat bertanding di perempat final Thailand Open 2018 pada pertengahan Juli lalu. Saat itu, hasil pemeriksaan mengungkap 75 persen otot Achilles kirinya putus. Belum diketahui sampai kapan Nitya harus menepi dari lapangan bulutangkis untuk pemulihan.

Dokter Iman Widya Aminata, Sp. OT, spesialis bedah ortopedi di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), mengatakan dalam menangani cedera akibat olahraga diperlukan ketepatan dan kecepatan untuk meminimalkan risiko jangka panjang. Idealnya, individu harus segera berhenti beraktivitas ketika merasakan gejala awal cedera seperti rasa nyeri tiba-tiba.

“Masa pemulihan membutuhkan waktu hingga lima bulan,” katanya dalam sebuah diskusi terbatas di Jakarta beberapa waktu lalu. Kondisi ini ia tujukan untuk cedera serius seperti otot robek yang dialami Nitya.

Dalam jangka waktu tersebut, tubuh akan memulai pemulihan lewat fase proteksi, fase mobility untuk mengembalikan fleksibilitas, fase untuk meningkatkan kekuatan anggota tubuh yang cedera. Terakhir, barulah pasien masuk ke fase kembali melakukan aktivitas olahraga seperti semula. Fase ini dimulai dengan latihan aktivitas selain olahraga, baru berlanjut dengan latihan seperti sedia kala.

Penanganan Pertama

Sebelum dilakukan CT Scan atau MRI untuk mengidentifikasi cedera dan penegakan diagnosis, penanganan pertama pada cedera olahraga bisa dilakukan dengan cara berhenti olahraga dan beristirahat. Kaki perlu diluruskan sebagai relaksasi (stretching) dan bagian yang terkena cedera dapat dikompres dengan es. Sifat dingin es dapat memanipulasi otak agar tidak mengirimkan sinyal rasa nyeri.

“Selain itu es juga bermanfaat untuk mengurangi pembengkakan karena mempersempit pembuluh darah,” tambah Iman.

Penanganan lain yang dapat dilakukan adalah memberi tekanan dengan membebat bagian yang cedera. Tujuannya untuk mengurangi pembengkakan dengan memperlambat perdarahan dan membatasi akumulasi darah dan plasma dekat lokasi cedera.

Setelahnya letakkan bagian yang cedera lebih tinggi dari bagian lain untuk mengurangi pembengkakan, lindungi bagian tersebut menggunakan alat pelindung khusus, dengan sling misalnya. Terakhir, jangan lupa tunjang perlindungan cedera dengan perban, terapi, dan konsultasi dokter.

Baca juga artikel terkait ASIAN GAMES 2018 atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani