Menuju konten utama

Badan Geologi: Gempa M 5,5 di Sulteng akibat Sesar Palu Koro

Gempa bumi dengan magnitudo (M) 5,5 mengguncang Sulawesi Tengah pada Senin (27/2/2022) pukul 08.26 WIB.

Badan Geologi: Gempa M 5,5 di Sulteng akibat Sesar Palu Koro
Ilustrasi gempa bumi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Plt Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid mengatakan gempa bumi bermagnitudo (M) 5,5 di Sulawesi Tengah (Sulteng) pada Senin (27/2/2022) pukul 08.26 WIB akibat aktivitas Sesar Palu Koro.

"Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme sumber dari BMKG, maka kejadian gempa bumi tersebut diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif yang merupakan zona dari Sesar Palu Koro dengan mekanismenya merupakan sesar mendatar," kata Wafid melalui keterangan tertulis, Senin.

Sesar Palu Koro terakhir mengakibatkan gempa bumi dahsyat pada 28 September 2018 dengan magnitudo (M) 7,4.

Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lokasi pusat gempa bumi terletak di darat pada koordinat 120,21 BT dan 1,59 LS, berjarak sekitar 42 km tenggara Kabupaten Kepulauan Sigi, Sulteng pada kedalaman 10 kilometer.

Wafid menjelaskan lokasi pusat gempa bumi terletak dekat dengan daerah Kabupaten Sigi. Daerah ini pada umumnya tersusun oleh morfologi dataran hingga dataran bergelombang, lembah, dan perbukitan bergelombang hingga terjal.

Daerah ini tersusun oleh tanah sedang (Kelas D), tanah keras (Kelas C) dan batuan (Kelas B). Batuannya tersusun oleh batuan berumur Pra Tersier (berupa batuan beku, metamorf dan meta sedimen), batuan berumur Tersier berupa batuan sedimen dan endapan Kuarter berupa endapan sungai dan endapan rombakan.

Batuan berumur Pra Tersier dan Tersier yang telah mengalami pelapukan serta endapan Kuarter tersebut bersifat urai, lepas, lunak, belum kompak dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan guncangan gempa bumi.

"Selain itu pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan telah mengalami pelapukan akan berpotensi terjadi gerakan tanah dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi," jelas Wafid.

Menurut data BMKG, guncangan gempa bumi terasa di Kabupaten Sigi pada skala intensitas IV MMI (Modified Mercally Intensity), di Palu dan Poso terasa pada skala III-IV MMI.

Badan Geologi mencatat sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi sebagian besar terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi tinggi hingga menengah.

"Kejadian gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami karena lokasi pusat gempa bumi terletak di darat," ujarnya.

Wafid mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, mengikuti arahan dan informasi dari petugas BPBD setempat, serta waspada dengan kejadian gempa bumi susulan. Masyarakat diminta jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami.

"Bangunan di Kabupaten Sigi harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari risiko kerusakan. Selain itu juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi," kata dia.

Menurut Badan Geologi, Kabupaten Sigi tergolong rawan gempa bumi. Wafid mengatakan upaya mitigasi gempa bumi melalui mitigasi struktural dan mitigasi nonstruktural mesti ditingkatkan.

"Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi," ujarnya.

Baca juga artikel terkait GEMPA SULTENG atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Gilang Ramadhan