Menuju konten utama

Bacaan Niat & Tata Cara Sholat Tahajud pada Bulan Puasa Ramadhan

Tata cara salat tahajud saat bulan Ramadan seperti pada bulan lainnya, minimal dua rakaat. Niat sholat tahajud, "Ushalli sunnatat tahajjudi rak‘ataini lillaahi ta‘aalaa".

Bacaan Niat & Tata Cara Sholat Tahajud pada Bulan Puasa Ramadhan
Umat Islam melaksanakan Shalat Tarawih saat permukimannya terdampak pemadaman listrik di Cinunuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (23/4/2020). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/aww.

tirto.id - Salat tahajud adalah salat yang dikerjakan pada malam hari setelah bangun tidur entah lama atau baru sebentar. Salat ini utamanya dilakukan pada sepertiga malam yang terahir. Ketika bulan Ramadan, seorang muslim tetap dapat mengerjakan salat tahajud setelah mengerjakan salat tarawih.

Hukum melaksanakan salat tahajud bagi umat Islam adalah sunah. Dasarnya adalah Surah al-Isra:79, "Pada sebagian malam, hendaklah kau bertahajud sebagai tambahan bagimu. Semoga Tuhanmu mengangkatmu ke derajat terpuji."

Salat tahajud termasuk dalam salat malam, sedangkan salat malam tidak hanya salat tahajud semata. Yang ada dalam kategori salat malam adalah tarawih (yang dikerjakan pada bulan Ramadan), witir, hajat, atau salat sunah mutlaq.

Salat Tahajud Saat Bulan Ramadan

Salat tahajud saat bulan Ramadan tetap dapat dikerjakan. Yang perlu diperhatikan adalah pengerjaan salat witir. Sabda Nabi Muhammad, "Tidak ada dua witir dalam satu malam (H.R Abu Dawud 1439).

Artinya, seseorang dapat memilih, setelah tarawih melakukan witir, atau menunda witir hingga dini hari, ketika selesai menunaikan tahajud. Lebih utama jika witir itu dilakukan sesuai fungsinya untuk penutup salat malam, yaitu ketika seseorang usai melakukan salat tahajud.

Seorang muslim tidak boleh mengerjakan salat witir setelah tarawih, kemudian witir lagi setelah tahajud, karena witir adalah salat penutup.

Terkait teknis pelaksanaan salat witir ini, Rasulullah bersabda, "Siapa yang khawatir tidak dapat bangun pada akhir malam, hendaklah dia salat witir pada permulaan malam, dan siapa yang ingin bangun pada akhir malam, hendaklah dia witir pada akhir malam, karena sesungguhnya salat akhir malam itu disaksikan (malaikat) dan lebih utama" (H.R. Muslim).

Bacaan Niat Salat Tahajud

Berikut lafal niat salat tahajud yang dikutip dari laman NU Online dalam artikel "Ini Lafal Niat Shalat Tahajud".

أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَهَجُّدِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatat tahajjudi rak‘ataini lillāhi ta‘ālā.

Artinya,"Aku menyengaja sembahyang sunnah tahajud dua rakaat karena Allah SWT."

Tata Cara Salat Tahajud

Salat tahajud dikerjakan minimal dua rakaat. Sedangkan jumlah maksimal rakaat salat ini, berbeda-beda berdasarkan pendapat imam empat mazhab. Untuk mazhab Syafi'i, salat tahajud dapat dikerjakan sebanyak-banyaknya (tidak terbatas).

Dalam mengerjakan salat tahajud dua rakaat, tata caranya adalah sebagai berikut ini.

  • Pertama, membaca niat salat tahajud, jika dilafalkan dalam bahasa Arab berupa "Ushalli sunnatat tahajjudi rak‘ataini lillāhi ta‘ālā".
  • Kedua, membaca takbiratul Ihram
  • Ketiga, membaca surat al-Fatihah dilanjutkan salah satu surah dalam Al-Quran
  • Keempat, rukuk.
  • Kelima, iktidal.
  • Keenam, sujud pertama.
  • Ketujuh, duduk di antara dua sujud
  • Kedelapan, sujud kedua rakaat pertama.
  • Kesembilan, berdiri dan mengulang urutan di atas sejak membaca Surah al-Fatihah hingga sujud kedua.
  • Kesepuluh, duduk tasyahud.
  • Kesebelas, mengucapkan salam, menoleh ke kanan dan kiri.

                      Doa Salat Tahajud

                      Usai mengerjakan salat tahajud, maka sebaiknya disertai dengan membaca doa sebagaimana salat tahajud Nabi Muhammad yang berisi pujian, pengakuan, dan permohonan ampun. Berikut adalah doa salat tahajud lengkap dengan tulisan latin dan arti dalam bahasa Indonesia.

                      اَللهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ واْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاءُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ. اَللهُمَّ لَكَ اَسْلَمْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْكَ اَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَاِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْلِيْ مَاقَدَّمْتُ وَمَا اَخَّرْتُ وَمَا اَسْرَرْتُ وَمَا اَعْلَنْتُ وَمَا اَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ. اَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَاَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ

                      Allâhumma rabbana lakal hamdu. Anta qayyimus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta malikus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta nûrus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu antal haq. Wa wa‘dukal haq. Wa liqâ’uka haq. Wa qauluka haq. Wal jannatu haq. Wan nâru haq. Wan nabiyyûna haq. Wa Muhammadun shallallâhu alaihi wasallama haq. Was sâ‘atu haq.

                      Allâhumma laka aslamtu. Wa bika âmantu. Wa alaika tawakkaltu. Wa ilaika anabtu. Wa bika khâshamtu. Wa ilaika hâkamtu. Fagfirlî mâ qaddamtu, wa mâ akhkhartu, wa mâ asrartu, wa mâ a‘lantu, wa mâ anta a‘lamu bihi minnî. Antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru. Lâ ilâha illâ anta. Wa lâ haula, wa lâ quwwata illâ billâh.

                      Artinya, "Ya Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, Engkau penegak langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau penguasa langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau cahaya langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau Maha Benar. Janji-Mu benar. Pertemuan dengan-Mu kelak itu benar. Firman-Mu benar adanya. Surga itu nyata. Neraka pun demikian. Para nabi itu benar. Demikian pula Nabi Muhammad SAW itu benar. Hari Kiamat itu benar.

                      "Ya Tuhanku, hanya kepada-Mu aku berserah. Hanya kepada-Mu juga aku beriman. Kepada-Mu aku pasrah. Hanya kepada-Mu aku kembali. Karena-Mu aku rela bertikai. Hanya pada-Mu dasar putusanku. Karenanya ampuni dosaku yang telah lalu dan yang terkemudian, dosa yang kusembunyikan dan yang kunyatakan, dan dosa lain yang lebih Kau ketahui daripada aku. Engkau Yang Maha Terdahulu dan Engkau Yang Maha Terkemudian. Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada daya upaya dan kekuatan selain pertolongan Allah."

                      Baca juga artikel terkait RAMADAN atau tulisan lainnya dari Beni Jo

                      tirto.id - Sosial budaya
                      Kontributor: Beni Jo
                      Penulis: Beni Jo
                      Editor: Fitra Firdaus