Menuju konten utama

Bacaan Niat Puasa Ramadhan Bahasa Jawa dan Artinya

Bacaan Niat puasa Ramadhan bahasa Jawa adalah "Niat insun poso ing dina sesuk saking anekani fedhune wulan Romadhon taun iki, kerono Allah ta'aala."

Bacaan Niat Puasa Ramadhan Bahasa Jawa dan Artinya
Ilustrasi Salat. foto/istockphoto

tirto.id - Setiap muslim yang mengerjakan puasa Ramadhan harus menunaikan dua rukun puasa, yaitu niat puasa dan menahan diri dari pembatalnya sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.

Membaca niat puasa dalam bahasa Jawa halus juga bisa dilakukan, karena Allah memberikan keleluasaan bagi umatnya untuk melafalkan niat puasa menggunakan bahasa Arab, Indonesia, niat puasa bahasa Jawa, atau niat puasa dalam bahasa lainnya.

Kewajiban niat ini tertera dalam sabda Nabi Muhammad SAW:

"Sesungguhnya amal perbuatan disertai dengan niat-niat, dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang telah mereka niatkan," (HR. Bukhari).

Niat ini menunjukkan kejelasan ibadah yang akan ditunaikan. Hukumnya wajib, meskipun hanya dalam hati. Sementara itu, menurut ulama mazhab Syafi'i, pelafalan niat sangat dianjurkan.

Niat secara bahasa artinya menyengaja. Sementara, secara istilah niat dimaknai sebagai "bermaksud melakukan sesuatu disertai dengan pelaksanaannya.

Niat Puasa Ramadhan Bahasa Jawa

Berikut ini niat puasa Ramadhan dan artinya bahasa Jawa, yang diikuti niat puasa bahasa Arab dan bahasa Indonesia:

Bacaan niat puasa Ramadhan dalam bahasa Jawa

"Niat insun poso ing dina sesuk saking anekani fedhune wulan Romadhon taun iki, kerono Allah ta'aala."

Artinya: "Aku berniat puasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Ta'ala."

Bacaan niat puasa Ramadhan dalam bahasa Arab

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Bacaan latinnya: "Nawaitu shauma ghadin an'adai fardi syahri ramadhani hadzihisanati lillahita'ala"

Bacaan niat puasa Ramadhan dalam bahasa Indonesia

"Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Ta'ala."

Niat puasa Ramadhan baik itu diucapkan dalam hati maupun dilafalkan dengan lisan, dilakukan pada malam hari sebelum berpuasa atau saat makan sahur. Ini berbeda dengan niat puasa sunah yang dapat diucapkan pada pagi hari atau hari ketika berpuasa.

Pembacaan niat puasa Ramadhan sering kali dilakukan bersama-sama selepas tarawih. Kegiatan ini sudah menjadi tradisi di Indonesia, sebagai langkah preventif untuk melakukan kewajiban meniatkan puasa, sebelum akhirnya melakukan puasa di keesokan harinya.

Dikutip NU Online, niat puasa yang dilakukan pada malam hari ini hanya berlaku bagi puasa Ramadhan, bukan puasa sunnah. Dalam puasa sunnah niat puasa tetap sah meski diniatkan waktu dhuha, dengan syarat belum minum atau makan sedikitpun.

Menjalankan puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi umat Islam yang mukallaf. Di balik kewajiban tersebut, terdapat berbagai manfaat terkait kedekatan seorang muslim terhadap Allah.

Dalam Maqashidus Shaum, Izzudin bin Abdis Salam mengumpulkan banyak riwayat Nabi tentang hikmah ibadah puasa dan manfaat puasa, yaitu:

  1. Meningkatkan ketakwaan,
  2. Menghapus dosa,

  3. Mengendalikan syahwat,

  4. Memperbanyak sedekah,

  5. Menyempurnakan ketaatan,

  6. Meningkatkan rasa syukur, dan

  7. Mencegah diri dari perbuatan maksiat.

Hukum Membaca Niat Puasa dalam Bahasa Jawa

Seperti disebutkan di atas, dalam Islam, bahasa apa pun dapat digunakan untuk membaca niat puasa, termasuk niat puasa Ramadhan bahasa Jawa, asalkan pemahaman maksudnya tetap benar dan sesuai dengan ajaran agama.

Oleh karena itu, membaca niat puasa dalam Bahasa Jawa atau bahasa daerah lainnya adalah sah, asalkan pemahaman dan maksudnya tetap jelas sebagai niat untuk menjalankan ibadah puasa.

Hukumnya sama dengan membaca niat puasa dalam bahasa lain, karena termasuk bagian dari persiapan yang diperlukan sebelum memulai puasa. Yang terpenting adalah niat tulus dan niat untuk beribadah kepada Allah SWT.

Baca juga artikel terkait NIAT PUASA BAHASA JAWA atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Dhita Koesno