tirto.id - Bacaan doa setelah shalat Tarawih dan witir versi Muhammadiyah dituntunkan dan diatur dalam hadits. Jumlah rakaat salat Tarawih Muhammadiyah adalah 11 rakaat, termasuk witir.
Ibadah sunnah yang hanya ditemukan pada bulan Ramadan adalah salat tarawih. Tarawih disebut pula sebagai salat malam di bulan Ramadan (qiyam Ramadhan). Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menuntunkan langsung ibadah ini beserta keutamaan melaksanakannya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu mengatakan, dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajurkan qiyam Ramadan tapi tidak mewajibkan. Rasulullah bersabda:
”Barangsiapa yang terjaga (melakukan qiyam) bulan Ramadan karena iman dan mengharap [pahala], maka akan diampuni dosanya yang telah lalu." (HR Imam Bukhari dan Imam Muslim, dengan lafal dari Muslim)
Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim mengatakan bahwa qiyam Ramadan yang dimaksud salah satunya adalah salat tarawih. Dengan melakukan shalat tarawih ini, terpenuhi apa yang dimaksud dari qiyam tersebut. Hal senada dikemukakan Al-Kirmani, “Mereka sepakat bahwa yang dimaksud Qiyam Ramadhan adalah shalat tarawih.”
Salat tarawih dapat dilaksanakan sendiri atau secara berjamaah. Di zaman Rasulullah, beliau tidak mengumpulkan jamaah untuk setiap malam melakukan salat tarawih karena khawatir jika nantinya salat ini dianggap berstatus wajib. Oleh sebab itu, beliau pun beberapa kali menunaikanya secara sendirian.
Jumlah rakaat tarawih memiliki perbedaan pendapat. Ada sebagian yang mengikuti pendapat 11 rakaat dan lainnya 23 rakaat. Perbedaan ini sebenarnya tidak perlu dijadikan pertentangan karena masing-masing memiliki dalil tersendiri berdasarkan mazhabnya.
Muhammadiyah memilih untuk mengambil pendapat jumlah rakaat salat tarawih yang dilaksanakan adalah 11 rakaat. Tata cara mengerjakannya menggunakan formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1.
Arti dari cara melaksanakan 4-4-3 yaitu empat kali rakaat sekali salam sebanyak dua kali, ditambah 3 rakaat witir. Lalu, untuk formasi 2-2-2-2-2-1 berarti dua kali rakaat sekali salam sebanyak lima kali, ditambah satu rakaat salat witir.
Jumlah rakaat yang dijalankan tersebut mengikuti tuntutan dalam hadis riwayat Abi Salah bin Abdirrahman saat bertanya kepada Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha:
“Dari Aisyah [diriwayatkan bahwa] ketika ia ditanya mengenai shalat Rasulullah saw di bulan Ramadhan. Aisyah menjawab: Nabi saw tidak pernah melakukan shalat sunnat di bulan Ramadhan dan bulan lainnya lebih dari sebelas rakaat. Beliau shalat empat rakaat dan jangan engkau tanya bagaimana bagus dan indahnya. Kemudian beliau shalat lagi empat rakaat, dan jangan engkau tanya bagaimana indah dan panjangnya. Kemudian beliau shalat tiga rakaat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Mengutip laman Muhammadiyah, bacaan doa setelah menjalankan salat tarawih dan witir yang digunakan di Muhammadiyah mengikuti tuntunan dari hadis berikut:
“Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab Adalah Rasulullah saw ketika shalat witir membaca surat Sabbihisma rabbikal a’la [al A’la], dan surat Qul ya ayyuhal kafirun [al Kafirun] dan surat Qul huwallahu ahad [al-Ikhlas]. Kemudian apabila telah selesai mengucapkan salam, beliau membaca “Subhanal malikil quddus” tiga kali.” (H.R. an-Nasa’i dalam Sunan an-Nasa’i no.1729, Kitab Qiyamu al-Lail wa tatawwu’u an-Nahar, Bab Nau’un Akharun min al-Qira’ati fi al-Witri)
Selain itu, tuntunan bacaan doa turut mempergunakan petunjuk dari hadis berikut dengan redaksi lain:
“Diriwayatkan oleh Ubay bin Ka’ab, adalah Rasulullah saw melakukan shalat witir dengan membaca surat Sabbihisma rabbikal a’la [al-A’la], dan surat Qul ya ayyuhal kafirun [al-Kafirun] dan surat Qul huwallahu ahad [al-Ikhlas]. Apabila telah selesai salam, beliau membaca Subhanal malikil quddus sebanyak tiga kali dengan memanjangkan suaranya pada [bacaan] yang ketiga. Kemudian beliau membaca Rabbil malaikati war-ruh.” (HR. At Thabrani dalam Mu’jam al-Ausath no.8115 Bab Mim)
Berdasarkan hadis tersebut, maka doa yang dilantunkan setelah salat tarawih dan witir sebagai berikut:
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ
Bacaan latin: "Subhanal malikil quddus"
Artinya: “Maha suci Allah yang Maha Merajai dan yang Maha Bersih” (3x)
lalu, dilanjutkan dengan membaca:
رَبِّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ
Bacaan latin: "Rabbil malaikati war-ruh"
Artinya: “Yang menguasai para malaikat dan uuh/Jibril” (1x)
Doa tersebut dibaca dengan suara yang meninggi. Namun, doa dibaca secara perorangan dan tidak dilantunkan secara berjamaah atau dengan panduan salah seorang jamaah.
Ibadah sunnah yang hanya ditemukan pada bulan Ramadan adalah salat tarawih. Tarawih disebut pula sebagai salat malam di bulan Ramadan (qiyam Ramadhan). Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menuntunkan langsung ibadah ini beserta keutamaan melaksanakannya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu mengatakan, dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajurkan qiyam Ramadan tapi tidak mewajibkan. Rasulullah bersabda:
”Barangsiapa yang terjaga (melakukan qiyam) bulan Ramadan karena iman dan mengharap [pahala], maka akan diampuni dosanya yang telah lalu." (HR Imam Bukhari dan Imam Muslim, dengan lafal dari Muslim)
Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim mengatakan bahwa qiyam Ramadan yang dimaksud salah satunya adalah salat tarawih. Dengan melakukan shalat tarawih ini, terpenuhi apa yang dimaksud dari qiyam tersebut. Hal senada dikemukakan Al-Kirmani, “Mereka sepakat bahwa yang dimaksud Qiyam Ramadhan adalah shalat tarawih.”
Salat tarawih dapat dilaksanakan sendiri atau secara berjamaah. Di zaman Rasulullah, beliau tidak mengumpulkan jamaah untuk setiap malam melakukan salat tarawih karena khawatir jika nantinya salat ini dianggap berstatus wajib. Oleh sebab itu, beliau pun beberapa kali menunaikanya secara sendirian.
Baca juga:
Jumlah Rakaat Salat Tarawih Muhammadiyah
Jumlah rakaat tarawih memiliki perbedaan pendapat. Ada sebagian yang mengikuti pendapat 11 rakaat dan lainnya 23 rakaat. Perbedaan ini sebenarnya tidak perlu dijadikan pertentangan karena masing-masing memiliki dalil tersendiri berdasarkan mazhabnya.
Muhammadiyah memilih untuk mengambil pendapat jumlah rakaat salat tarawih yang dilaksanakan adalah 11 rakaat. Tata cara mengerjakannya menggunakan formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1.
Arti dari cara melaksanakan 4-4-3 yaitu empat kali rakaat sekali salam sebanyak dua kali, ditambah 3 rakaat witir. Lalu, untuk formasi 2-2-2-2-2-1 berarti dua kali rakaat sekali salam sebanyak lima kali, ditambah satu rakaat salat witir.
Jumlah rakaat yang dijalankan tersebut mengikuti tuntutan dalam hadis riwayat Abi Salah bin Abdirrahman saat bertanya kepada Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha:
“Dari Aisyah [diriwayatkan bahwa] ketika ia ditanya mengenai shalat Rasulullah saw di bulan Ramadhan. Aisyah menjawab: Nabi saw tidak pernah melakukan shalat sunnat di bulan Ramadhan dan bulan lainnya lebih dari sebelas rakaat. Beliau shalat empat rakaat dan jangan engkau tanya bagaimana bagus dan indahnya. Kemudian beliau shalat lagi empat rakaat, dan jangan engkau tanya bagaimana indah dan panjangnya. Kemudian beliau shalat tiga rakaat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Baca juga:
Bacaan Doa setelah Shalat Tarawih dan Witir
Mengutip laman Muhammadiyah, bacaan doa setelah menjalankan salat tarawih dan witir yang digunakan di Muhammadiyah mengikuti tuntunan dari hadis berikut:
“Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab Adalah Rasulullah saw ketika shalat witir membaca surat Sabbihisma rabbikal a’la [al A’la], dan surat Qul ya ayyuhal kafirun [al Kafirun] dan surat Qul huwallahu ahad [al-Ikhlas]. Kemudian apabila telah selesai mengucapkan salam, beliau membaca “Subhanal malikil quddus” tiga kali.” (H.R. an-Nasa’i dalam Sunan an-Nasa’i no.1729, Kitab Qiyamu al-Lail wa tatawwu’u an-Nahar, Bab Nau’un Akharun min al-Qira’ati fi al-Witri)
Selain itu, tuntunan bacaan doa turut mempergunakan petunjuk dari hadis berikut dengan redaksi lain:
“Diriwayatkan oleh Ubay bin Ka’ab, adalah Rasulullah saw melakukan shalat witir dengan membaca surat Sabbihisma rabbikal a’la [al-A’la], dan surat Qul ya ayyuhal kafirun [al-Kafirun] dan surat Qul huwallahu ahad [al-Ikhlas]. Apabila telah selesai salam, beliau membaca Subhanal malikil quddus sebanyak tiga kali dengan memanjangkan suaranya pada [bacaan] yang ketiga. Kemudian beliau membaca Rabbil malaikati war-ruh.” (HR. At Thabrani dalam Mu’jam al-Ausath no.8115 Bab Mim)
Berdasarkan hadis tersebut, maka doa yang dilantunkan setelah salat tarawih dan witir sebagai berikut:
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ
Bacaan latin: "Subhanal malikil quddus"
Artinya: “Maha suci Allah yang Maha Merajai dan yang Maha Bersih” (3x)
lalu, dilanjutkan dengan membaca:
رَبِّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ
Bacaan latin: "Rabbil malaikati war-ruh"
Artinya: “Yang menguasai para malaikat dan uuh/Jibril” (1x)
Doa tersebut dibaca dengan suara yang meninggi. Namun, doa dibaca secara perorangan dan tidak dilantunkan secara berjamaah atau dengan panduan salah seorang jamaah.
(tirto.id - Sosial Budaya)
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Muhammad Fadli Nasrudin Alkof
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Muhammad Fadli Nasrudin Alkof