Menuju konten utama

Babi-Babi di Dunia Kedokteran dan Pengobatan

Banyak fungsi biologis babi yang sama seperti manusia.

Babi-Babi di Dunia Kedokteran dan Pengobatan
Babi sebagai subjek eksperimen dan penelitian medis. FOTO/labanimaltour.org

tirto.id - Di sisi kesehatan, produk turunan hewan, termasuk babi lazim digunakan di berbagai bidang. Semisal farmasi, anestesiologi, psikiatri, bedah ortopedi, plastik dan bedah umum. Turunannya jamak ditemukan sebagai kontaminan maupun bahan penyusun obat maupun vaksin. Apa alasan di balik penggunaan turunan babi dalam medis?

Baru-baru ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan adanya kontaminasi DNA babi pada suplemen Viostin DS dan Enzyplex tablet. Produk-produk tersebut langsung ditarik dari peredaran karena telah menyalahi aturan izin edar: Tak mencantumkan keterangan tidak halal pada kemasan.

Bukan kali ini saja turunan babi ditemukan pada produk kesehatan maupun makanan. Tahun lalu, BPOM juga menarik mi instan dari Korea yang diimpor oleh diimpor oleh PT. Koin Bumi, yakni Samyang (mi instan U-Dong), Samyang (mi instan rasa Kimchi), Nongshim (mi instan Shin Ramyun Black) dan Ottogi (mi instan Yeul Ramen).

Pada 2014, ada penarikan keripik kentang merek Bourbon (Petit Consomme Potato). Sepuluh tahun sebelumnya, dendeng dan abon sapi dengan DNA babi. Sempat juga heboh kasus penyedap rasa Ajinomoto pada 2001.

Dalam produk kesehatan, kandungan babi sempat ditemukan pada vaksin meningitis dan polio. Lalu botox di Malaysia, serta obat yang mengandung heparin molekul rendah, yakni Lovenox injeksi, Fraxiparin injeksi, dan Fuluxum injeksi. Lazimnya, kandungan babi pada obat digunakan sebagai gelatin atau agen yang menghasilkan gel dalam produk-produk farmasi.

Babi, nyatanya, mengambil porsi besar dalam industri farmasi dan kedokteran. Tak hanya dijadikan penyusun produk farmasi, bagian tubuhnya seperti seperti pankreas, lapisan perut, dan usus halus digunakan dalam pembuatan produk jadi seperti insulin, heparin, dan pepsin.

Jaringan dari babi seperti submukosa usus halus dan perikardia digunakan untuk mengobati luka, menyembuhkan jaringan kulit yang rusak.

llmuwan genome Craig Venter, yang bermitra dengan United Therapeutics Corp, juga mengembangkan paru-paru babi yang kompatibel dengan tubuh manusia. Otot-otot kaki manusia dapat ditumbuhkan menggunakan implan yang terbuat dari jaringan kandung kemih babi.

Yang terbaru adalah organ babi yang disebut bisa ditransplansikan ke tubuh manusia. Ditulis Science Magazine, tak akan lama lagi manusia bisa menerima transplantasi jantung atau ginjal dari babi.

Alasan di Balik Penggunaan Babi di Bidang Kesehatan

Michael Swindle, seorang dokter hewan sekaligus peneliti dan penulis buku “Swine in the Laboratory” menjelaskan banyak sistem biologis babi mirip manusia. Kemiripan sistem organ babi dengan sistem pada manusia mencapai 80-90 persen, baik anatomi maupun fungsinya.

“Jadi jika sesuatu berfungsi pada babi, maka ada kemungkinan besar ia juga berfungsi dalam manusia.”

Sistem dalam tubuh babi yang paling mirip dengan manusia adalah sistem kardiovaskuler. Jantung babi kurang lebih mempunyai ukuran dan bentuk yang sama dengan jantung manusia. Binatang ini juga mengembangkan radang pembuluh darah (aterosklerosis) dan serangan jantung seperti manusia.

Karena kesamaan ini, para peneliti menggunakan babi untuk memahami cara jantung bekerja. Babi juga digunakan untuk menguji perangkat kateter intervensional dan metode operasi kardiovaskular (jantung). Bahkan, jaringan dari jantung babi digunakan untuk mengganti katup jantung yang rusak pada manusia dan bisa bertahan hingga lebih dari 15 tahun.

Babi merupakan hewan omnivora sejati seperti, bisa makan dan minum apapun layaknya manusia. Karakteristik ini yang disebut Swindle menyebabkan fisiologi pencernaan dan proses metabolisme mereka mirip dengan manusia.

“Babi digunakan dalam banyak jenis penelitian diet, dan studi penyerapan oral obat.”

Persamaan babi dengan manusia tidak berhenti sampai di situ. Bagian ginjalnya punya ukuran sama, sementara kulitnya memiliki fungsi penyembuhan sama seperti kulit manusia. Binatang ini telah membantu kelangsungan proses operasi plastik selama beberapa dekade dengan jaringan kulitnya.

Sementara itu, dalam wawancara bersama reporter Tirto, Sekretaris Jenderal Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Dra. Aluwi Nirwana Sani, M.Pharm., Apt menjelaskan alasan babi banyak digunakan di bidang farmasi. Cangkang obat, misalnya, banyak memakai gelatin dari babi dibanding binatang lain—sapi atau ikan—karena harganya lebih murah. Cangkang kapsul memakai gelatin agar memudahkan pelarutan dalam lambung sehingga obat bisa langsung diserap dan menghasilkan efek.

"Beda harganya bisa sampai 20 persen dari gelatin sapi. Kalau ikan bisa lebih mahal,” katanya.

Infografik Kandungan babi dalam medis

Selain berfungsi sebagai cangkang obat, gelatin juga juga digunakan sebagai emulgator untuk mencampur bahan obat yang tidak bisa saling campur. Campuran obat ini bisa dalam bentuk tablet, serbuk, sirup, krim, maupun salep. Di bidang farmasi, produk babi paling banyak memang digunakan sebagai gelatin.

Pada pembuatan vaksin jenis tertentu, babi biasa digunakan sebagai stabilisator dan katalis. Bakteri perlu dijaga dalam stabilisator agar fragmennya tetap stabil dalam penyimpanan dan efektif saat digunakan. Contohnya adalah vaksin meningitis: kuman dikembangbiakkan pada enzim tripsin dari babi.

Enzim ini membuat perkembangbiakan kuman, yang butuh waktu belasan tahun jika dilakukan dengan katalis lain, terjadi hanya dalam hitungan menit. Dalam kasus vaksin meningitis ini, jangan khawatir dengan isu kehalalan. Hasil akhir vaksin telah “dicuci” sehingga kandungan babinya hilang.

“Kalau bisa diganti dan masih memenuhi stabilitas, penggantian bisa dilakukan. Tapi ada yang tidak bisa diganti karena akan menurunkan stabilitas,” jelas Aluwi.

Baca juga artikel terkait BABI atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani