Menuju konten utama
Dewi Lestari

"Babak Berikutnya akan Fokus kepada Peretas Puncak"

Dewi Lestari genap 16 tahun berkarya di bidang penulisan.  Dee memutuskan mengakhiri saga Supernova tahun lalu, saat merilis Intelijensi Embun Pagi, Februari tahun lalu. Kini, setahun setelah dirilis, Dee menjawab ujung gantung IEP dan berbagi sejumlah rahasia.

Penulis Dewi 'Dee' Lestari. FOTO/deelestari.com

tirto.id - Dewi "Dee" Lestari adalah salah satu nama besar di panggung sastra Indonesia. Ia dikenal sebagai penulis fiksi yang produktif, sekaligus sebagai penulis karya fiksi-fantasi Indonesia yang sangat populer bertajuk Supernova. Melalui Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh yang diterbitkannya 20 Januari 2001 silam, Dee memulai kariernya sebagai penulis.

Karya itu kemudian meledak dan membentuk basis penggemar sendiri. Saga Supernova dari Dee berlanjut menjadi Akar (2002), Petir (2004), Partikel (2012), dan Gelombang (2014). Pada tahun ke-15 berkarya sebagai penulis, Dee memutuskan untuk merilis buku terakhir penutup Supernova pada 26 Februari 2016 lalu. Saga ini ditutup dengan Intelijensi Embun Pagi (2016) yang akhirnya mengentaskan rasa penasaran para penggemar terhadap karakter-karakter yang dibangun Dee sejak buku sebelumnya.

Namun, IEP rupanya membawa pengalaman baru di dunia fiksi-fantasi rekaan Dee. Tak hanya membuka teka-teki tentang “dunia Supernova”, IEP juga mengenalkan kita pada istilah-istilah baru macam Peretas, Sarvara, dan Infiltran. Sayangnya, keseruan aksi kejar-kejaran antara mereka tak tamat di IEP. Dee seolah sengaja meletakkan ujung gantung di akhir buku setebal 700-an halaman itu.

Kini, setahun setelah diterbitkan, bagaimana kabar mereka—para tokoh di saga Supernova? Dalam wawancara dengan Aulia Adam dari Tirto, Dee yang akrab disapa Ibu Suri, akan menjawab kerinduan sekaligus rasa penasaran para penggemar Supernova sekalian.

Februari nanti tepat satu tahun dirilisnya IEP, bagaimana kabar tokoh-tokoh di dalamnya--para peretas, infiltran, dan sarvara?

Kabarnya baik. Seperti saya, mereka tampaknya menikmati betul petualangan yang mereka alami dalam IEP.

Dalam rentang 15 tahun, sejak KPBJ pertama kali dirilis hingga IEP, rupanya karakter-karakter dalam Supernova berkembang tak hanya jadi sekadar tokoh dalam novel. Bak novel saga lainnya seperti Harry Potter, Twilight, atau Fifty Shade of Gray, mereka bahkan punya basis penggemar masing-masing. Apakah Ibu Suri memang merakit karakter-karakter ini supaya demikian?

Saya mulai merancang “plot berbasis karakter” itu setelah menulis Supernova 1 (KPBJ). Di KPBJ saya merasa ruang gerak karakter-karakternya agak sempit, terutama Dimas dan Reuben yang bahkan tidak keluar dari rumah mereka, dan untuk episode selanjutnya saya ingin memberikan ruang luas bagi setiap karakter. Artinya, saya bercerita dari sudut pandang mereka, kemudian saya menggambarkan kehidupan mereka sejak kecil, dsb. Dengan demikian, pembaca bisa benar-benar paham peristiwa-peristiwa penting yang membentuk setiap karakter.

Saya juga merancang agar setiap karakter memiliki sifat, latar belakang, kelebihan dan kelemahan, yang berbeda dari satu sama lain. Waktu kecil, saya pernah menonton serial Yogi Bear edisi khusus berjudul Laff-A-Lympics. Puluhan karakter dari serial kartun produksi Hanna-Barbera yang berbeda-beda tiba-tiba disatukan dan ditandingkan. Bagi saya, sensasinya luar biasa. Saya biasanya mengenal karakter-karakter itu di “dunia” mereka masing-masing, dan tiba-tiba mereka dipersatukan. Sensasi itu yang kira-kira ingin saya bangkitkan ketika merancang episode-episode berikut (2 sampai 5), dan puncaknya mereka bertemu di 6. Otomatis, seiring waktu, setiap pembaca sudah memiliki “jagoan” masing-masing. Dan, di buku 6 mereka akan melihat sisi-sisi baru dan segar dari jagoannya setelah berinteraksi dengan tokoh-tokoh dari episode lain.

Ibu Suri sendiri punya karakter Favorit? Siapa?

Sulit sebenarnya dijawab karena saya menyukai semuanya hampir sama rata. Tapi, saya amat menikmati proses menulis Alfa Sagala (Gelombang).

Apa yang membuatnya menarik?

Saya merasa karakter Alfa itu menggemaskan. Pintar tapi lugu. Pergelutan batinnya sebagai pionir yang memulai pemberontakan Peretas terhadap Sarvara juga membuat Alfa memiliki banyak lapisan menarik untuk dieksplorasi.

Ada banyak sekali teori, budaya, dan gaya bercerita yang berbeda Dee paparkan dalam hexalogi ini. Semua riset mendalam itu yang akhirnya jadi salah satu daya tarik Supernova. Apakah semua itu memang dirancang sejak awal?

Pada awalnya, saya hanya menentukan tema, jadi sifatnya sangat global. Misalnya, tema lingkungan untuk Partikel. Atau, tema alam mimpi untuk Alfa. Namun, ketika ditulis begitu banyak sudut pandang sekaligus informasi yang harus dipilih dan dipilah. Subjek-subjek pendukung seperti mikologi, konservasi orang utan, fotografi alam, dsb, saya pilih melalui proses. Mana subjek yang memiliki unsur “drama” yang kemudian menunjang kehidupan si karakter, itulah yang saya pilih. Jadi, mirip menyusun puzzle. Kepingan puzzle itu tidak sekaligus hadir, tapi bertahap. Gaya bercerita saya tentukan sesuai karakter. Cara bercerita Elektra, misalnya, pasti harus berbeda dengan Alfa atau Zarah. Bagi saya itu jadi tantangan yang menarik. Terutama ketika mereka semua berkumpul. Setiap karakter tetap harus menyuarakan keunikannya masing-masing, rasanya seperti menata orkestra.

Sebagai penutup, IEP sebenarnya terkesan 'penuh'. Sebab hampir semua penjelasan yang tak terjelaskan di buku-buku sebelumnya justru dijawab satu per satu oleh IEP. Bahkan IEP masih belum menjawab siapa Peretas Puncak, dan apa yang akan terjadi setelah kehadirannya tiba. Apakah ini memang akhir yang dirancang? Atau akan ada 'keping' baru yang akan mengejutkan penggemar Supernova?

IEP adalah akhir dari “babak”-nya Supernova. Ceritanya sendiri masih akan berlanjut. Kenapa Supernova berakhir babaknya? Karena Supernova sebagai sebuah permasalahan saya anggap sudah selesai dengan terbongkarnya siapa Diva dan apa tujuannya. Babak berikutnya akan fokus kepada Peretas Puncak dan ke pertarungan besar Sarvara vs Infiltran.

Boleh kasih bocoran tentang kelanjutan nasib Peretas Puncak? Siapa dia? Atau Bagaimana kelanjutan kisah cinta Gio-Zarah? ALfa-Isthar? Atau Empret-Etra?

Peretas Puncak adalah anak dari Gio dan Zarah. Dan karena dia adalah bagian dari gugus Asko yang melibatkan nama-nama yang disebut di atas, otomatis yang lainnya itu akan terceritakan juga. Walau fokusnya mungkin tidak akan sebanyak tokoh utama yakni si Peretas Puncak.

Jika punya kesempatan, dari sekian banyak tokoh di IEP, siapa yang paling memungkinkan punya cerita sendiri untuk dibuatkan novel sendiri?

Saya merasa Liong punya potensi untuk itu. Realitas yang dikisahkan dari sudut pandang Infiltran pasti akan berbeda dengan sudut pandang Peretas. Dan, Liong punya masa lalu yang masih misteri. Dia pernah menjadi Peretas. Rasanya sih akan menarik, walau belum tentu akan saya wujudkan beneran menjadi novel.

Kira-kira apa judulnya?

Judulnya belum terbayang. Sesuatu yang berhubungan dengan Naga, barangkali.

Supernova KPBJ sudah pernah dibuatkan film. Adakah rencana melanjutkan buku-buku selanjutnya untuk diterjemahkan dalam rol film?

Saya tidak pernah merencanakan. Dalam hal ini, tawaran adaptasi biasanya datang dari produser, bukan perencanaan dari penulis. Jadi, kalau ada produser yang punya ketertarikan terhadap satu buku tertentu, maka akan ada tawaran adaptasi. Bagi saya sendiri, hal itu tidak pernah menjadi target.

Bila dipaksa untuk menyebutkan aktor-aktor yang cocok untuk memerankan Alfa, Bodhi, Chandra, Empret, Etra, Gio, Ishtar, Kell, Liong, dan Zarah, siapakah mereka?

Itu pertanyaan sulit karena mereka semua harus “ter-orkestrasi” baru pas. Dan saat ini rasanya bagi saya terlalu pelik untuk menyusun orkestrasi casting itu. Kalau cuma dicocokkan satu-satu tapi secara keseluruhan nggak nyambung nantinya jawaban saya malah aneh dan merusak imajinasi pembaca.

Dalam waktu dekat, adakah rencana mengeluarkan buku baru? Bisa kasih bocoran?

Dalam waktu dekat, baru akan menulis manuskrip baru. Keluarnya belum tahu kapan, karena biasanya saya butuh waktu 6 bulan hingga setahun untuk rilis buku, termasuk produksi.

Ada pesan untuk para penggemar Supernova yang masih menanti kabar Peretas Puncak?

Bersabarlah. Paling cepat saya baru bisa menunaikannya dalam waktu lima tahun ke depan.

Baca juga artikel terkait NOVEL atau tulisan lainnya dari Aulia Adam

tirto.id - Mild report
Reporter: Aulia Adam
Penulis: Aulia Adam
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti