Menuju konten utama

AZWI: Sampah Ilegal dari Negara Maju Karena Biaya Pengolahan Mahal

Sampah plastik diimpor ke Indonesia dari negara maju diakibatkan biaya pengolahan sampah di sana mahal, sedangkan di sini murah dan regulasi tak jelas.

AZWI: Sampah Ilegal dari Negara Maju Karena Biaya Pengolahan Mahal
Petugas menunjukkan contoh sampah plastik yang diduga mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) saat melakukan pemeriksaan lanjutan di Pelabuhan Batu Ampar, Batam, Kepulauan Riau, Rabu (19/6/2019). ANTARA FOTO/Andaru/Mnk/pras.

tirto.id - Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) menyebut asal sampah plastik secara ilegal dari jalur impor kertas di sejumlah pabrik di Indonesia berasal dari negara maju.

Di antaranya Inggris, Amerika hingga Australia sebagai negara pengirim ke sejumlah pabrik milik importir kertas Jawa Timur.

Anggota AZWI dari Ecoton, Prigi menjelaskan bahwa selain tampak pada keterangan pada kemasan atau bungkus produk yang dibuang, nama-nama negara itu juga muncul pada manifest importasi yang ditemukan.

Dari hasil pemeriksaan terhadap sampah yang menumpuk di Jawa Timur ternyata juga ditemukan bahwa terdapat setidaknya 43 negara yang mengekspor plastiknya ke Indonesia.

"Dari 3.000 item yang kami cek ada tercatat 43 negara melakukan ekspor [plastik] ke Indonesia. Paling banyak Amerika. Lalu Uni Eropa, Australia, Korea Selatan, hingga ada Italia. Semuanya negara maju," ucap Prigi dalam konferensi pers di sekretariat nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Selasa (25/6/2019).

Prigi juga mengatakan, penyebab impor sampah karena industri di negara pengirim tak mengolahnya.

Ia mencontohkan, pengolahan sampah di Amerika Serikat berbiaya 90 dolar AS per 1 bongkah besar sampah plastik. Ssedangkan di Indonesia, harganya hanya 30 dolar AS untuk ukuran yang sama.

Pengolahan sampah di sana, kata dia, juga mendatangkan masalah lingkungan. Sebab pengolahan daur ulang sampah memerlukan proses panjang mulai dari pembersihan, pemotongan, hingga pemanasan sampah plastik menjadi biji-biji kecil (palet).

"Ini negara maju kalau recycle plastik di sana mahal dan bikin pencemaran. Itu perlu dicuci dan dipotong. Makanya mereka gak mau. Biaya pengolahan di sana mahal jadi dikirim ke Indonesia," ucap Prigi.

Lalu kebijakan internal Indonesia, kata Prigi, memperburuk hal itu. Karena, Indonesia masih belum memiliki regulasi yang memadai untuk menegaskan sampah atau plastik apa saja yang boleh diimpor, sehingga celah ini dimanfaatkan oleh eksportir.

Belum lagi, katanya, sampah plastik ini pada importasi kertas juga turut disebabkan, karena kebutuhan bahan baku kertas di Indonesia tinggi. Hal ini menjadi alasan bagi pemerintah untuk membuka keran impor.

"Ini juga ada alasan bahwa Indonesia butuh kertas banyak. Sekitar 5 juta ton raw material, padahal di dalam negeri sekitar 3 ton saja. Klaimnya kata pemerintah sampah kertas impor lebih baik dan bersih," ucap Prigi.

Baca juga artikel terkait SAMPAH PLASTIK atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Zakki Amali